19.Penganggu

500 17 0
                                    

      Sampai di taman kota. Shella maupun Riki sama-sama merasa bingung akan melakukan apa. Akhirnya mereka memilih untuk pergi ke sebuah mall di dekat taman kota. Mereka berjalan-jalan mengelilingi mall tersebut sampai akhirnya Shella merasa pegal. Riki pun mengajak Shella untuk makan.

      Mereka berdua memasuki salah satu restoran dan langsung memesan makanan. Setelah itu keduanya disibukan dengan aktivitas masing-masing. Shella sibuk dengan ponselnya begitu pun dengan Riki.

      Shella sedang membuka aplikasi Instagram miliknya dan menskroll beranda lalu melihat beberapa akun idolanya. Sedangkan Riki, ia sibuk dengan game favoritenya. Pandangannya lurus ke layar handphone. Sesekali Shella meliriknya lalu tersenyum kecil, berapa mengagumkannya ekspresi datar sekaligus serius Riki ketika bermain game.

       Tiba-tiba ada seorang wanita yang menghapiri mereka, tepatnya kepada Riki. Saat Shella mendongak untuk melihat wanita itu, ternyata wajahnya nampak familiar. Kalo gak salah ini kakak kelas yang pernah senyum ke Riki waktu mau ke kantin waktu itu deh. Pikir Shella.

        Riki yang sedang fokus dengan game sampai tidak sadar jika ada yang memandangnya, selain Shella.

       "Ada apa ya?" Tanya Shella sopan.

     Wanita itu menatap Shella. Wajah yang tadinya berbinar ketika memandang Riki akhirnya berubah jadi senyuman tipis ketika menoleh ke arah Shella. Shella rasa senyuman itu adalah bentuk ketidaksukaan wanita itu kepadanya. Oke biarkan.

      "Lo sahabatnya Riki ya?" Tanya balik wanita itu.

      Shella tersenyum ramah, lalu mengangguk. Riki yang merasa namanya disebut kemudian mendongak melihat Shella.

     Wanita itu menjulurkan tangannya untuk mengajak Shella berkenalan. Dengan senang hati Shella membalas uluran tangan itu. Walaupun begitu Shella tetap merasa tidak enak dengan wanita ini. Tidak enak disini, berarti Shella tidak menyukai kehadiran wanita ini.

      "Najwa."

      "Shella."

      "Salam kenal, Shel" ucap wanita itu yang ternyata bernama Najwa.

     Riki menoleh ke arah Najwa dengan kening berkerut. "Ajja. Lo ngapain disini?" Tanya Riki.

     Shella bingung, kok bisa Riki terlihat sudah kenal lama dengan Najwa? Bahkan Riki memanggilnya Ajja?

     Najwa tersenyum manis ke arah Riki. Lalu Riki hanya membalas dengan senyuman kecilnya.

     "Gue tadi lagi jalan aja sendiri. Terus pengen makan, eehh liat lo disini jadi gue samperin. Kalo gue gabung, boleh kan Ki?"

     Shella menghela nafas. Sungguh ia tak rela jika ada yang mengangguk acara mainnya bersama Riki. Tapi Shella juga tidak berani untuk mengatakan tidak boleh kepada Najwa.

     Riki menoleh ke arah Shella yang sedang menatapnya datar. Sebenarnya Riki tidak enak kepada Shella, ia tau kalau Shella tidak pernah suka jika ada yang menganggu acara mainnya. Tapi Riki juga bingung jika harus melarang Najwa untuk gabung.

     Seakan mengerti, Najwa akhirnya meminta izin kepada Shella dengan ekspresi yang sulit di artikan. "Eum.. Shel, gapapakan kalo gue gabung?"

     "Ehh?? Iya, ga.. gapapa ko" jawabnya dengan nada pelan, namun masih bisa didengar oleh Najwa dan Riki.

      Shella dan Riki saling berpandangan lalu Riki tersenyum tipis. Najwa langsung mengambil posisi duduk di samping Riki.

     Tak lama dari itu, makanan yang dipesan oleh Shella dan Riki akhirnya datang. Saat pesanan itu datang, Najwa juga ikut memesan makanan.

     Shella makan tanpa suara, moodnya hancur kali ini. Ia ingin segera menghabiskan makanannya lalu pergi membawa Riki dari hadapan Najwa. Sejak awal bertemu Najwa, Shella memang sudah tidak menyukainya. Shella dapat melihat ketertarikan dari Najwa terhadap Riki. Jelas, Shella cemburu.

     "Oiya Ki, semalam chatnya gak gue bales lagi, ketiduran. Baru gue baca tadi pagi" ucap Najwa yang berhasil membuat Shella tersedak.

     Dengan segera Riki mengasongkan minuman yang dipesan Shella. Setelah minum Shella menatap ke arah Najwa dan Riki bergantian. Semalam chattan? Kata itu terus saja terngiang di kepalanya.

     "Lo gak papa Shel?" Tanya Najwa.

    Shella hanya menggeleng. Dan ucapan Najwa tadi tidak mendapat jawaban apapun dari Riki. Memang benar, sudah seminggu ini Najwa sering mengirim pesan kepada Riki, dengan topik yang sangat tidak penting untuk ditanyakan kepada orang yang baru saja kenal.

     Riki baru mengenal Najwa sejak dirinya duduk di kelas XI. Tapi Najwa sudah mengenal Riki sejak Riki di MOS.

     "Kalo gue telpon lo malam ini, ganggu gak?" Tanya Najwa.

     Riki nampak bingung akan menjawab apa, "eum... gue... gue mau ngerjain tugas sama Shella" jawab Riki.

     Shella mendongak menatap Riki. Bukankah tidak ada tugas? Apa itu hanya untuk alasan Riki agar bisa menolak?. Sepertinya opsi kedua lebih benar.

     "Ohh yaudah deh. Besok-besok aja."

     Shella tidak menyangka, sebegitu inginnya Najwa untuk bertelepon dengan Riki? Sampai-sampai mau menunggu. Apa yang ingin diobrolkan?

     "Emang ada apa ya Ja?" Tanya Riki.

     "Gak ada apa-apa sih, pengen aja gitu. Soalnya kalo malem gue sepi banget, jadi supaya ada temen ngobrol."

     Dalam hati, Shella menggerutu. Ingin sekali tangannya mencakar wajah sok imut milik Najwa.

•••••

Kapan jadian?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang