Kriiingggg!!!!!!!!
"Yess.. akhirnya bel juga" gumam Shella lalu bergegas membereskan buku-buku serta alat tulisnya.
Riki menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabatnya itu, ia memasukan semua peralatannya ke dalam tas dengan absurt. Ia berdiri di samping meja menunggu Shella yang belum selesai dengan kegiatannya.
Shella sibuk melirik ke segala arah di tempat duduknya. Beberapa kali meraba loker mejanya seperti mencari sesuatu. "Lo cari apaan?" Tanya Riki penasaran.
"Ituloh, pulpen yang dari kak Vino. Ih ilang!!" Jawab Shella dengan nada panik.
Riki ikut membantu Shella mencari pulpen itu. Pulpen dari Vino yang katanya hadiah pertama yang Vino bawa dari Jakarta khusus untuk Shella, padahal di Bandung juga banyak pulpen model kaya gitu. Tetap saja, Vino kukuh bilang kalo pulpen itu berbeda.
"Coba cari di tas lo, siapa tau lo masukin," suruh Shella kepada Riki. Bukannya menuduh, tapi besar kemungkinan kalo Riki memasukan pulpen itu ke dalam tempat pensilnya. Mereka duduk sebangku, setiap hari alat tulis mereka bercampur di atas meja, jadi ya.. semoga saja ada di Riki dan gak jadi hilang.
Riki meraba semua bagian tasnya. Di tempat pensilnya tidak ada. Di dalam tasnya pun tidak ada. "Gak ada, Shel."
"Astagfirullah!!! Gue lupa! Pulpennya kan gak gue bawa. Semalem bekas gue pake ngegambar," ucap Shella merasa lega. Ia baru ingat, kalo pulpennya ia simpan dirumah, tepatnya si atas meja belajarnya. Baru kali ini ia tidak membawa pulpen itu.
Riki menghela napas, "dasar," ucapnya kepada Shella.
Shella beranjak lalu tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Maafin gue,, hehe."
"Hm.. ke toko buku dulu yuk! Ada buku yang mau gue beli" ajak Riki.
"Ayok deh.. yang rajin mah beda, maennya toko buku," ledek Shella.
Mereka pergi ke toko buku menggunakan motor Riki. Selama Riki naik ke kelas 3 SMA ia diperbolehkan membawa motor oleh Bundanya, asalkan pulang pergi selalu bersama Shella. Bundanya bilang,
"itung-itung nikmatin setahun terakhir sama Shella. Siapa tau kamu nanti jadi sekolah di luar negeri."
Hal itu membuat Riki berpikir, ada benarnya juga perkataan Bunda. Dengan membawa motor Riki bisa lebih menikmati hari bersama Shella.
......
Sepulang dari toko buku. Mereka mampir ke kedai kopi karena hujan turun sore itu. Mereka berdua tidak mungkin menerobos hujan hanya untuk pulang. Jam menunjukan pukul 4 sore. Mereka sudah Sholat di mushola kecil di kedai kopi ini. Untunglah disini menyediakan tempat untuk Sholat.
Mereka duduk di bangku dekat jendela di lantai dua. Menikmati suasana hujan Bandung di sore hari, terkesan sederhana tapi indah. Banyak remaja bucin di sekeliling mereka, membuat Shella tak henti-hentinya melontarkan nyinyiran dengan nada suara yang hanya bisa didengar oleh Riki.
"Kenapa coba di dunia peremajaan itu harus ada bucin? Geli gue dengernya, apalagi kalo udah liat live streamingnya secara langsung. Pen muntah!!"
"Iihh!!! Nengok ke belakang lo deh, Ki. Liat tuh, rambut si cewek ada di dahi sehelai doang padahal sampe di usap-usap."
"Dih!!! Jijik banget gue, sok-sok an mesem-mesem lagi ceweknya. Gue yakin tuh cewek dalem hatinya gak suka juga tuh,"
Riki mencondongkan posisi duduknya agar wajahnya bisa menatap Shella lebih dekat. "Udah jangan nyinyir terus, lo gak cape dari tadi ngoceh?"
Shella mendorong kening Riki dengan telunjuknya, tidak baik untuk kesehatan jantung Shella kalau wajah Riki sedekat itu apalagi ini di tempat umum. "Lo jangan ikutan buat bucin ya, gue gorok tau rasa!" Ancam Shella.
Riki tertawa setelah itu kembali menikmati keindahan Bandung dari jendela kedai kopi itu. Shella merenggut kesal, lalu meminum kopi hangat pesanannya.
•••••
Semoga suka😇😇
Maaf kalo acak-acakan, karena sejak awal cerita ini terpikirkan untuk di ketik. Ketika sebuah ide muncul, akhirnya diputuskan kalo cerita ini alurnya bakal mengalir seperti apa yang ada di pikiranku kalo lagi mood ngetik. Emang sih gak seharusnya kaya gitu.. tapi menurutku lebih menyenangkan kalo menuangkan segala kehaluan secara dadakan.. hasilnya lebih terasa asli. Itu sebabnya cerita ini bener bener ngaler ngidul gak jelas wkwk.. karena murni isinya kehaluan yang gak di filter sama sekali wkwk.. ada sedikit kisah nyata yang pernah dialami diri sendiri juga guys!!!
Bersyukur banget ada yang bilang suka sama cerita gajelas ini hehe..
Pokonya untuk kalian yang sampai saat ini setia buat terus baca sampai ending terima kasih pokonya, entah kalian berjumlah satu atau dua orang.. kalian moodku lebih dari apapun wkwk..
Malah lebih ke gak percaya kalo ada yang mau nunggu cerita ini☺️☺️😚
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapan jadian?
Teen FictionKata orang persahabatan antara cewek dan cowok itu tidak akan murni selamanya bersahabat karena salah satunya pasti memiliki perasaan lebih dari sekedar sahabat. Mungkin itu juga yang terjadi di antara Shella dan Riki, tapi mempertahankan persahabat...