Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•●•
Irene pov on
"Kau harus ikut denganku". Orang itu berkata lagi kepadaku.
Entah apa yang diinginkannya, aku masih menatap kearah dimana orang itu muncul, bagaikan dua dimensi yang berbeda dengan tempat yang kutinggali sekarang.
"Kenapa aku?".
"Karna itu rencananya dari awal". Ucap gadis itu.
"Sekarang tinggal pilih, kau memilih masuk sendiri kesana, atau aku akan membuatmu masuk kesana dengan cara yang kejam".
Apa maksutnya, "seperti teman temanmu maksutku, aku akan membunuhmu".
Aku bergidik ngeri dan melangkahkan kakiku ragu, dan kini aku didalamnya semua disekitarku terasa berputar, menunjukan sisi dunia yang tidak pernah kulihat.
Tempat dimana sesuatu yang belum tenang bertempat tinggal.
Gadis disebelahku tadi sudah menghilang entah kenapa, tiba tiba saja muncul kertas ditanganku.
Teruslah berjalan, ikuti kata hatimu, kau akan menemukan sesuatu yang harus diselesaikan.
Jadi rupanya aku sekarang menjadi arwah gentayangan?
Aku terus melangkah kemana aku ingin pergi, kulihat banyak orang seperti sedang berkutat dengan pikirannya.
Aku tiba disuatu tempat yang lumayan ramai, melangkahkan kakiku terus menerus.
Dan akhirnya aku berhenti, hatiku mengatakan begitu.
Aku memutar kan tubuhku ragu, kenapa hatiku mengatakan untuk berdiri disini?
Dan aku melihat sesuatu, yang aku rindukan.
Aku melangkah kearahnya, dan langsung dihujani pertanyaan.
"Lo kok disini?".
"Harusnya lo kan masih hidup?".
Sepertinya aku harus melepas derajatku sebagai orang hidup.
"Kalo gue masih idup gimana gue disini?"
"Bagaimana.. bisa?".
"Aku sudah mengatakannya, ini semua adalah rencana dari awal".
Gadis itu datang lagi, membaur dengan percakapan kami.
"Lo ngebunuh dia juga?".
"Lo bilang setidaknya bakal ada yang tersisa dari kita berlima".
"Semuanya udah terjadi, it's all your fault".
Entahlah, gimana perasaanku sekarang, tapi aku sedikit senang, setidaknya aku tidak disini sendirian.
