°twenty eight°

448 56 0
                                    

Change your theme into black if you mind to

Change your theme into black if you mind to

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•●•

"Seulgi".

Seulgi melangkahkan kakinya menuju kearah dapur.

"Seulgi".

Seseorang disana tersenyum kepadanya, tatapannya begitu mematikan.

"Kenapa kau sangat lama".

"Kau, siapa, apa maumu". Ucapnya tanpa basa basi.

"Yang kumau? Kau".

"Hentikan basa basimu, apa yang kau lakukan". Ucap Seulgi sambil menguap.

Beberapa saat kemudian dia menghilang, dan seulgi segera membalikan badannya.

Namun sayangnya mereka berdua berhadapan sekarang.

"Jangan mencoba untuk kabur".

"Hentikan bodoh". Ucap seulgi kasar, "Kau yang hentikan". Balasnya.

"Kau membuat Yura meregang nyawa". Ucapnya dramatis, tapi bukanlah seulgi tidak melakukan apapun.

"Kenapa kau melakukan ini padaku". balasku seulgi setelah melihat pisau ditangannya yang mendadak mendekat.

"Waktumu sudah tiba seulgi, saatnya memudar bersama ketujuh warna pelangi".

"Mengapa kau terus menerus mengatakan itu, apa maksutmu sebenarnya". dia mendadak menghentikan gerak tubuhnya, dan berganti menatap seulgi.

"Kau terlalu bodoh, kau dan teman temanmu itu".

"Apa maksutnya?". Seulgi bergidik ngeri dengan tatapan matanya itu.

"Aku akan memberi clue kepada teman temanmu ,mereka terlalu bodoh untuk ini, tapi yang aku mau sekarang adalah kau".

"Jangan mendekat". dia terus mendekatkan dirinya.

"Aku tidak mendekat, hanya berpindah".

Yang benar saja dia sudah tidak ada didepan, seulgi segera menyadari jika  dibelakangnya ada sesuatu yang tajam mengenai lehernya, sesuatu yang dingin.

Tentu saja itu sebuah pisau.

"Kau bisa bergerak jika kau mau mati".

"Ehm, kutarik lagi kata kataku, bergeraklah, itu akan memudahkanku untuk menancapkan pisau ini".

Seulgi berpikir keras dan, "PEEK A BOO". Dia berharap bisa berpindah tempat sekarang. Itu berhasil, tapi hanya berpindah. Orang itu masih dibelakangnya.

"Tidak akan berhasil".

Dalam sekejap dia berpindah kedepan lagi dan memojokkan seulgi hingga punggungnya terbentur tembok keras, itu menyakitkan, sungguh.

Dia tersenyum licik.

Tanpa disadari dia sudah menancapkan pisau tajam itu tepat dijantung, mata seulgi mulai sayu.

Benda tajam itu menusuknya, menembus kulitnya. Membuat darah mengenai tembok dan sedikit mengenai wajah orang itu.

Dia semakin menancapkan pisau itu dengan brutal, sehingga hanya terlihat gagangnya saja.

Tidak sampai disitu saja, dia memutar gagang itu kekanan dan kekiri, membuat seulgi mati rasa, sepertinya jantungnya sudah hancur sekarang.

Dan lama lama pandangannya hilang.

•●•

Peek-A-BooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang