Matahari mulai meredup, cahayanya yang semula senantiasa menerangi Kerajaan Wizard kini menghilang bagai lilin yang ditiup. Digantikannya oleh rembulan malam dan kedipan dari jutaan bintang nan memanjakan mata. Embusan angin malam seolah telah menusuk gigil kulit para penyhir terkecuali para penyihir yang memiliki elemen udara, air, dan es.
Fransisca Julian, seorang penyihir muda berusia 18 tahun tengah berdiri santai memandang derasnya aliran sungai Redie yang sebagian kecilnya sampai mengalir ke dalam kerajaan melewati saluran irigasi yang dibuat khusus guna mencukupi kebutuhan air Kerajaan Wizard. Suasana di jembatan Wizard yang kini ia pijaki sangatlah sepi, bahkan hanya ada satu-dua penyihir saja yang melintas. Entah karena maraknya khasus penyalah gunaan sihir atau hanya sekedar kebetulan saja.
Sebelumnya, gadis berjubah merah dan bertopi penyihir ini telah berjanji dengan Egwin bahwa mereka berdua akan bertemu bersama di jembatan Wizard, segera setelah matahari beristirahat. Sisca dan Egwin juga telah mengadakan janji pada beberapa temannya tadi sore, tentu saja kedua penyihir remaja ini belum memberi tahu maksud sebenarnya mereka mengundangnya, mereka baru akan memberitahunya saat semua telah berkumpul di jembatan Wizard.
Hei, aku sudah sampai di jembatan sedari tadi, cepat kemari! Batin Sisca melakukan sihir telepati pada Egwin yang entah sekarang berada di mana dan sedang apa.
Sisca tahu, jika kini sihir telepatinya sudah sampai di pikiran seorang Egwin, gadis ini sudah berlatih berbulan-bulan untuk menguasai sihir yang satu ini.
"Sisca," panggil seseorang.
Sial, siapa itu?
Mendengarnya sontak membuat gadis ini menoleh kanan-kiri berusaha mencari sumber suara. Suaranya memang tampak familiar di kuping Sisca, namun gadis ini masih belum bisa menyimpulkan suara siapa.
"Sisca, Sisca, Sisca!" panggilnya lagi, lagi, dan lagi suaranya begitu pelan nyaris seperti suara orang berbisik.
"Hei Sisca." Seorang laki-laki setinggi 170 centimeter berambut putih pendek tiba-tiba muncul di samping Sisca, laki-laki ini duduk di atas pembatas jembatan sembari menatap Sisca dengan senyumnya seolah mengatakan, hei-apa-kabar-kau-sehat-bukan?
Jantung Sisca seolah ingin meloncat keluar dan terbang membelah awan-awan waktu menyadari kehadiran lelaki yang sebelumnya telah ia dan Egwin undang.
"Kautahu jika aku mudah terkejut, Stuerd! Bisakah kau tidak muncul tiba-tiba dengan sihir menghilangmu itu?" tegur Sisca melototi lelaki yang ia panggil Stuerd.
"Hahaha! Baiklah, Sis," kekeh lelaki yang mengenakan jubah putih dengan lambang es di bagian punggung jubah seolah tanpa dosa.
"Omong-omong yang lain mana?" tanya Stuerd berusaha memecah ketegangan Sisca.
Stuerd Gholoby, seorang pemuda satu kelas dengan Sisca dan Egwin, kekuatan elemennya adalah es.
"Entahlah, sebentar lagi mereka juga akan da--"
Tiga sosok penyihir remaja sontak muncul dihadapan Sisca dan Stuerd, jantung Sisca seolah ingin melompat dan terbang untuk kedua kalinya.
Gadis ini benar-benar mudah sekali kaget, atau mungkin hal yang mengagetkan adalah phobianya? Sewaktu kecil dulu, orang tua Sisca pernah mengejutkannya dalam pesta ulang tahun kelimanya, alhasil gadis ini harus dirawat di Rumah Kesehatan Kerajaan selama dua hari penuh akibat rasa kagetnya yang terasa amat dalam. Kini, kedua orang tuanya telah tiada. Ayahnya gugur dalam misi penyelamatan sang pengeran di negeri goblin, sedangkan ibunya melakukan aksi bunuh diri sewaktu dirinya tahu bahwa suaminya telah gugur.
"Oh, ayolah! Bisakah kalian semua berhenti mengejutkanku, huh?!" tegur Sisca sambil memegang dadanya yang mulai sesak dengan napas tak beraturan.
"Maaf, kami tidak bermaksud seperti itu, Sis," Egwin meminta maaf, gadis itu lalu mendekat dan mengarahkan tangn kirinya untuk hinggap di pundak kiri Sisca sambil memasang tampang (sok) manis.
Lagi-lagi tampang menipu itu lagi yang aku lihat .... Oh, Tuhan tolong singkirkan muka itu dari hadapanku! Batin Sisca memutar bola mata.
Sosok Egwin dan teman-temannya yang sedari tadi Sisca tunggu akhirnya kunjung datang. Sisca dan Egwin semula telah mengajak sepuluh orang, namun, karena kesibukan dan alasan yang beraneka ragam rasa, hanya tiga sajalah yang datang.
"Ada apa sampai kalian mengundang kami kemari? Memancing?" tanya Stuerd melucon meski tidak ada yang tertawa.
Stuerd segera turun dari duduknya di pembatas jembatan dan berdiri seperti yang lainnya.
"Memancing? Oh, yang benar saja," ujar dingin seorang penyihir lelaki berambut merah panjang dengan jubah bertudung bewarna merah lengkap dengan lambang api di bagian punggung jubahnya.
Zacking Hell, yang merupakan kakak kandung dari Egwin Hell. Sisca tahu jika Egwin telah berusaha mati-matian merayu kakak pendiamnya itu agar dia ingin ikut dalam rencananya. Entah mengapa nama belakang kakak beradik itu berarti 'Neraka', tentu alasan kedua orang tua mereka menamakannya seperti itu bukan untuk memasukan anaknya ke dalam neraka.
"Cepat beritahu kami apa rencanamu atau aku akan pergi segera!" sentak Zacking Hell yang lebih akrab dipanggil Zack dengan kasar.
Zack, pemuda ini mempunyai kekuatan elemen penyihir yang amat langka di Tanah Nortuland; api. Kekuatannya begitu besar dan ganas, sampai-sampai semua orang di Akademi Sekolah Tinggi Sihir Kerajaan Wizard (ASTSKW) menjauhinya karena keluarbiasaan kekuatannya itu. Namun, tidak untuk Sisca dan Egwin, bagi mereka Zack adalah sosok yang disiplin, rajin, kuat, dan pintar. Meski terkadang perlakuan Zack yang sering kali cuek, dingin, dan tidak peduli kerap muncul kedua gadis ini tetap tidak membedakannya dari yang lain.
"Malam ini kita akan melihat para orc dari atas tembok," ujar Egwin to the point dengan santai sukses membuat suasana menjadi hening.
"Egwin, seriuslah!" Seorang gadis berambut hijau panjang hingga selutut bedecak tidak percaya, manik mata hijaunya bertemu dengan manik mata hijau milik Egwin di sampingnya dengan penuh akan rasa keseriusan.
Florasia Greedy, seorang gadis berambut hijau panjang dengan jubah penyihir bewarna hijau mudanya lengkap dengan lambang daun di bagian punggung jubah. Kekuatannya tak lain dan tak bukan adalah elemen tumbuhan.
"Aku tidak sedang bercanda, Lora. Apa kalian sudah mendengar berita tentang kaum orc yang menetap di seberang sungai Redie?" tanya Egwin antusias sembari menunjukan jarinya ke arah kanan, tempat yang ia maksud sebagai 'seberang sungai Redie' tadi.
"Egwin, apakau tahu hukuman bagi penyihir biasa yang berani menginjakan kakinya di atas tembok?" tanya Zack memperingati dengan nada serius. Dilihat dari tampangnya saja, sudah pasti bila Zack akan mengatakan 'tidak', namun siapa yang tahu?
"Tentu saja aku tahu, Kak," jawab Egwin keras-keras, "Dengar, Kerajaan kita tengah terancam runtuh, ada baiknya jika kita mengenali sosok orc, troll, dan ogre dari kejauhan!"
Semua orang memasang tampag bingung khas mereka masing-masing, Egwin hanya bisa berharap mendapat persetujuan dari teman-temannya, karena itu sudah cukup membuat gadis nekad ini merasa gembira bak mendapat tongkat sihir baru.
"Huh ... baiklah aku ikut denganmu," Lora membuang napas beratnya setelah sekian menit diam.
Egwin dan Sisca langsung terkejut setengah senang mendengar jawaban dari seorang Lora si penyihir tumbuhan, mata kedua gadis itu melototi Lora penuh akan rasa ketidak percayaan seolah mengucapkan, serius-kau-ikut-dengan-kami?
Manik mata merah milik Zack menatap dingin muka Stuerd, menyadarinya Stuerd langsung balik menatap penyihir api itu, kedua lelaki ini pun mengangguk yakin baru kemudian menoleh secara bersamaan dan menatap puas sepasang manik mata milik Egwin yang masih menunggu jawaban mereka.
Egwin menelan ludah seraya menggigit bibir bawahnya.
"Aku ikut denganmu," ujar Zack dingin, "Lagipula, aku juga ingin melihat sosok orc yang sebenarnya."
"Aku juga ikut denganmu, Egwin! Kita teman, 'kan? Dan teman harus saling membantu."
Egwin tersenyum penuh kemenangan sembari menmbuang napas lega. "Baiklah, begini rencananya!"
-TBC-
Eksan B.
[Selesai direvisi pada: Rabu, 25 Juli 2018 (✔)]
🏰

KAMU SEDANG MEMBACA
Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]
Fantasy[Completed] Ini tentang perjuangan Fransisca Julian sang penyihir yang berkelana menjelajahi lembah bersama teman-temannya untuk meraih kebahagiaan dan kejayaan yang lama sirna. Ini tentang senyum dan tawa yang ingin Fransisca Julian bawakan di kela...