7.0 | Tension In The Kingdom Wizard

261 25 4
                                    

Tengah malam di Kerajaan Wizard

Sekitar dua puluh orang orc bersenjatakan pedang dan mengenakan zirah kelabu serta empat orang troll bertubuh besar yang memegangi sebuah panji-panji raksasa bewarna hitam kelabu dengan lambang kepala serigala yang memamerkan dua taring tajamnya tengah berbaris rapi di depan istana Kerajaan Wizard berniat menyampaikan sesuatu kepada raja penyihir. Ribuan kaum penyihir di sekitar gerbang istana menatap penuh intimidasi yang mendalam kepada para orc yang dianggap sebagai makhluk terkutuk dan kejam.

Raja penyihir pun keluar dari istana melewati pintu depan dengan didampingi oleh puluhan pengawal kerajaan, jubah merah api yang raja kenakan sangat mewah, ditambah dengan mahkota emas di kepalanya dan tongkat sihir berlapis emas sepanjang 1.3 meter dengan ujung berpendar biru keunguan.

"Raja Hendry Cristoper!" Salah satu orc dari barisan paling depan maju beberapa langkah dan berhenti, digenggamnya sebuah gulungan cokelat yang telah ia buka sebelumnya.

"Apa yang membuat kalian sampai berani menginjak tanah para penyihir?" tanya sang raja dengan nada berat dan penuh wibawa.

"Izinkan kami membacakan surat ultimatum yang raja Clorex tulis, beliau ingin kami menyampaiannya kepada raja secara langsung," jelas seorang orc dengan suara keras. Sangat tidak sopan di depan raja terhormat.

Raja Hendry tersentak kaget waktu mendengar kata 'ultimatum'. Jarak antara beliau dengan para orc hanya dua puluh dua meter saja.

"Bacakan!" pinta Raja mulai kesal.

Orc itu lalu mulai membacakan surat ultimatum yang ditulis pemimpinnya dengan tinta darah binatang, "Untuk Raja Hendry Cristoper. Mengapa kami para orc makhluk perkasa dan kuat harus terus tinggal di perbukitan Dargon yang sempit dan miskin, sedangkan kalian tinggal di sebuah kerajaan yang kaya akan sumber daya dan luas? Kalian pasti tahu, 'kan, kawanan besar kami yang menetap di sisi lain sungai Redie? Ingatlah, kami adalah penguasa seluruh tanah Nortuland! Dan kami tidak suka melihat kaum lain yang lebih bahagia dari kami!

"Maka dari itu kami ingin Anda mengosongkan kerajaan terkutukmu minggu depan, tidak peduli apa yang terjadi! Dan jika tidak? Hancurlah kaum kalian seperti halnya yang terjadi pada kaum manusia! Era manusia telah berakhir! Dan jika kalian tidak segera mengosongkan kerajaan, maka era penyihir juga akan berakhir sekarang juga! Bersiaplah menghadapi kekuatan dari jutaan orc, troll dan ogre! Dari penguasa tanah Nortuland, Raja Clorex Gegobo."

Raja Hendry tertunduk tidak percaya, ribuan penyihir di pembatas gerbang istana tercengang bungkam dengan tampang takut mendengar isi surat ultimatum.

"Tanah Nortuland bukan milik kalian!" Raja Hendry mulai membentak keras. "Namun, tanah Nortuland milik semuanya! Penyihir, elf, kurcaci, goblin, atau bahkan kalian; orc, troll, dan ogre! Ketahuilah kami para penyihir tidak akan pernah pergi dari tanah tempat kami lahir, tanah yang mengandung banyak kenangan dari kami! Bukankah begitu rakyatku!"

Seluruh penyihir di sekeliling istana yang tadinya hanya bungkam kini bersorak untuk raja mereka. Semangat mereka kembali seketika.

"Persiapkan armadamu untuk peperangan terbesar dalam sejarah Nortuland seminggu lagi!" ujar sang orc gerang sembari berbalik dan berjalan keluar kerajaan. "Dan bersiaplah untuk mati," lanjutnya berbisik pelan. "Perang Besar Nortuland kedua akan segera dimulai."

"Raja Hendry! Raja Hendry! Raja Hendry!" Rakyat kerajaan terus menyoraki nama raja mereka keras-keras.

*

Di waktu yang sama, di Ladang Hijau

Stuerd langsung memacu kudanya mengahampiri sesosok raksasa bertubuh besar yang telah menelah Sisca hidup-hidup, bola mata penyihir es ini berubah menjadi warna putih menyala-nyala, tanda bahwa dia telah mengaktifkan kekuatan sihirnya secara maksimal. Stuerd berharap Sisca masih hidup di dalam perut raksasa bodoh.

Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang