ARCHELO

126 10 0
                                    

"Ini aneh, mengapa para orc berlari ketakutan keluar dari Kerajaan Wizard? Apakah perang telah usai? Jika memang begitu mengapa aku masih merasakan aura kegelapan dari dalam Kerajaan?" V bertanya-tanya. Elf itu memiliki sedikit darah penyihir lantaran tekadnya yang ingin mempelajari ilmu sihir semenjak kecil. Tidak heran jika ia mengerti seluk-beluk Pedang Cahaya.

Leon mengendikan bahu, sedangkan Xilly mengerutkan dahi berusaha berpikir keras tentang apa yang terjadi. Bahkan para orc, troll, ogre, dan para gajah raksasa melewati mereka begitu saja tanpa melakukan penyerangan. Sedangkan para naga berhamburan di langit terbang tak tentu arah.

"Xilly, kau pimpin Pasukan Zabbur yang tersisa untuk memburu setiap orc yang kabur. Aku, Leon, dan 10.000 elf akan pergi ke dalam Kerajaan Wizard untuk membantu para penyihir," perintah V dengan serius.

"Tapi, bagaimana keadaanmu nanti, V? Bagaimana jika terjadi apa-ap--"

"Jangan banyak membantah! Ini perintah langsung dari Komandan Besar Armada Tempur Elf!" potong V tegas. V tidak ingin membuang-buang waktunya hanya karena perdebatan yang tidak penting.

V segera mengajak Leon dan memerintahkan sekitar 10.000 elf untuk ikut dengannya.

"Semoga kau tak apa, Sisca," batin Leon khawatir.

Tak lama setelah itu, 10.000 elf berkuda yang V perintahkan untuk mengawalnya telah berbaris rapi tepat di belakangnya dan Leon. Panji-panji berlambang busur dan panah kebesaran kaum elf berkibar ditiup angin dini. Udara sejuk masih terasa walau hanya sedikit.

"Semuanya! Tugas kita adalah mencari tahu energi kegelapan apa yang ada di dalam Kerajaan Wizard, yang membuat seluruh orc kabur. Apa pun itu kita hadapi bersama. Hidup atau mati nasib kita nantinya, semua ini demi masa depan Nortuland yang cerah!"

Semua elf sangat lelah sebab perang tanpa henti sedari kemarin, begitu pula tunggangan mereka yang harus berlari-lari ke sana-sini tanpa mendapat upah air dan jerami. Namun, pidato singkat V barusan membuat rasa lelah itu seolah sirna, berganti dengan semangat membara.

V-Iroff Gard mencabut pedangnya dari sarung sementara tangan kirinya mencengkram erat laso. Saat itu juga seluruh elf bersorak untuknya --begitu pula dengan Leon yang berada di sampingnya.

"MAJU!"

***

"Sisca, apakau tak apa? Jangan khawatir, Nak. Semua akan baik-baik saja," William berusaha menenangkan anak perempuan satu-satunya.

"Aku tak apa, Ayah. Hanya saja aku sedikit takut," ucap Fransisca Julian. Kedua matanya menatap bilah Pedang Cahaya yang memantulkan gambaran wajahnya.

Saat ini, seluruh pasukan penyihir dan manusia menetap di perumahan paling dekat dengan gerbang pemisah Wilayah Suci Recodo dengan Ibu Kota Kerajaan Wizard, Archelo. Tidak ada yang bahagia saat ini, angan-angan akan hancurnya Kerajaan Wizard terus menghantui. Jika gebang Archelo berhasil ditembus, maka wanita dan anak-anak penyihur yang bersembunyi di sana akan terbunuh oleh sosok Iblis Venomus.

"Takut? Sisca, seluruh penghuni Nortuland percaya padamu. Kau hanya cukup mengumpulkan keberanian, tenaga, dan chakra-mu untuk mengalahkan Venomus Sang Iblis Pembantai," tutur William lembut, "Lagipula, kami akan selalu berada di sampingmu, Anakku."

"Ayahmu benar, Sisca. Apa pun yang terjadi nantinya, kami akan menemanimu," Lora mulai berbicara.

"Kami selalu bersamamu, Sisca. Bukan begitu?" Setelah sekian lama dilanda kesedihan sebab kematian kakaknya, Egwin akhirnya dapat tersenyum.

Jems dan Goerge bergumam mengiyakan diiringi dengan senyuman.

Sedetik setelah itu munculah Davincio dengan pedang peraknya yang berjalan setengah pincang menghampiri Sisca. Terukir ketakutan yang mendalam pada muka Davincio.

Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang