Mulai dari chapter ini hingga beberapa chapter kedepan akan dipenuhi dengan adengan action.
*
"Baginda, beberapa objek tak dikenal telah menerobos masuk melalui atap istana bagian utara, objek berjumlah ratusan," lapor salah satu penyihir berjubah kelabu di depan Raja dan Ratu-nya dengan posisi menunduk hormat.
Keheningan sukses memenuhi atmosfir ruangan. Penyihir berjubah kelabu itu masih menunduk hormat menunggu jawaban dari Raja-nya. Sinar-sinar mentari menyusup melalui jendela-jendela yang berada di kanan-kiri ruangan, membuat ruang Raja dan Ratu ini tidak begitu gelap.
Raja Hendry Cristoper sontak berdiri dari singgasananya, tampangnya begitu tidak terima dan kesal, sorot matanya menatap lurus. Ratu Elivia Elivabel menatap suaminya itu dengan tatapan khawatir, sang Ratu tak ingin suaminya setegang ini.
Wushh!
Sesosok pria berjubah merah muncul seketika tepat di samping penyihir berjubah kelabu, kabut yang menyelimutinya perlahan pudar dimakan angin, rambut merah pemuda itu terurai panjang hingga menyentuh punggungnya.
"Ayah, ratusan orc telah menyusup ke istana, ayah harus cepat tanggap!" pemuda itu berseru.
Raja tampak berpikir sampai akhirnya ia menjawab, "Perang dimulai, kirim pasukanmu ke istana bagian utara, blokade semua jalan utama supaya mereka tak berhasil menyusup ke wilayah tengah, timur, barat, dan selatan istana. Cepat!" perintah Raja dengan kesal.
Sang penyihir berjubah kelabu lalu berdiri tegak. "Siap, Baginda."
Sedangkan lelaki berjubah merah yang tak lain dan tak bukan merupakan Pangeran Penyihir Jordan Harmambo Cristoper berbalik dan pergi.
*
"Grroooo!"
Para orc terus berlari menelusuri lorong demi lorong, dikibaskannya sebuah kapak kepada penyihir-penyihir yang menghalangi, menyebabkan cairan kental merah bersimba di mana-mana. Kapak para orc begitu tajam menyebabkan korbannya seketika terbelah dua sekali ayun.
Keheningan yang semula menghiasi atmosfir lorong istana telah sirna, digantikan oleh bunyi jerit para penyihir yang dijemput ajalnya. Para orc pun demikian, mereka terus meraung-raung liar sembari berlari tanpa arah.
Begitulah prinsip kaum orc, terobos-bunuh-pergi. Meski tanpa rencana rumit sekalipun, kaum orc selalu menang. Entah karena keberuntungan atau karena memang mereka yang kuat.
Aneh, hanya beberapa penyihir sajalah yang menyerang para orc, entah ke mana yang lain.
"RAJA HENDRY, DI MANA KAUU!! GROO!" raung salah satu orc dari barisan paling depan pasukannya, badannya tinggi dan besar melebihi orc yang lain, beberapa bekas sayatan pedang menghiasi kulit-kulitnya yang dipadati oleh otot. Sayap hitam dengan motif sobek sukses menutupi bagian belakang tubuhnya.
Dialah sang Pangeran Kegelapan dari negeri Dargon, Xuttaro.
"Elextro-Kabaw!"
Sebuah aliran listrik bewarna biru menyala sontak mengarah pada sang orc yang barusan meraung, namun dengan cepat dan tepat Xuttaro langsung melompat ke kanan. Menyebabkan aliran listrik yang harusnya telah menyetrumnya meleset menyetrum mati anak buahnya yang berada di belakang orc bertaring itu.
"Wah ... wah ... wah .... Lihat siapa yang datang, sosok yang menjulukinya dirinya sebagai pangeran kegelapan, bersama rombongan monyetnya. Padahal dirinya tak jauh berbeda dengan segumpal kotoran," sindir Pangeran Penyihir Jordan Harmambo Cristoper dengan santai dan sinis seolah tak takut pada para orc. Kabut masih membalut tubuh pangeran penyihir itu, tanda jika ia barusan melakukan sihir perpindahan kemari.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]
Fantasy[Completed] Ini tentang perjuangan Fransisca Julian sang penyihir yang berkelana menjelajahi lembah bersama teman-temannya untuk meraih kebahagiaan dan kejayaan yang lama sirna. Ini tentang senyum dan tawa yang ingin Fransisca Julian bawakan di kela...