31.0 | The Resurrection Of A Fransisca Julian

158 18 0
                                    

Jarum pendek pada jam besar di menara istana Zabbur telah berayun di angka dua belas. Langit telah berubah menjadi hitam sedari tadi, namun jutaan bintang yang saling berkedip-kedip membuat kehitaman itu seolah sirna--padahal tidak.

Para penjaga sibuk lalu lalang di istana berusaha mencari kejanggalan, mereka yang berjaga adalah mereka yang mendapatkan jadwal jaga di malam hari. Lampu-lampu minyak yang berpendar di sana-sini membuat istana tetap terang, terlebih beberapa penjaga yang membawa obor guna berkeliling seolah tidak bersyukur dengan kehadiran bintang-bintang dan lampu-lampu minyak.

Fransisca Julian, gadis itu sedang berjalan menelusuri lorong demi lorong, melewati penjaga yang melontar senyum kepadanya dan dengkuran para elf di balik pintu-pintu yang kadang sampai hinggap di telinganya.

Ratu Elivia dan Clara telah tertidur lelap di kamar mereka, mereka sangat kelelahan karena telah menempuh perjalanan panjang hanya dengan seutas sapu terbang.

Sesuai janji, Sisca akan menemui V tengah malam di lapangan olahraga kerajaan. Kali ini Leon tidak menemaninya. Sisca merasa tidak enak jika dirinya membangunkan Leon di tengah malam begini hanya untuk menemaninya. Lagipula, Sisca bisa menjaga dirinya sendiri.

Suara hentakan kaki melangkah terdengar menggema menjelajahi penjuru lorong, tidak ada penjaga yang mengobrol, sebab jika mereka berbicara maka suara mereka akan ikut menggema bersama suara hentakan kakinya. Menyebabkan atasannya marah jika suara obrolan itu sampai hinggap di telinganya.

Setelah lima belas menit berjalan, Sisca akhirnya sampai di lapangan olahraga kerajaan. Lapangan sangatlah gelap, sebab minimnya tiang-tiang lampu di area terbuka itu.

Pandangan Sisca menoleh ke kanan-kiri, berusaha mencari sosok penjaga elf yang mulai jarang terlihat. Hawa silir yang masuk melalui celah-celah jendela dan lapangan olahraga membuat kulit Sisca berdansa ke atas dan ke bawah. Toh, gadis ini hanya mengenekan jubah kelabu tipis dan kemeja putih di dalamnya.

Sisca ragu untuk melangkah ke tengah lapangan, dirinya khawatir jika tidak ada siapa pun di sana. Hanya warna hitamlah yang tertangkap oleh indra pengelihatannya kala kaki Sisca mulai melangkah maju beberapa langkah memasuki lapangan dan membuang jauh-jauh rasa ragunya itu.

Sisca memberanikan diri, dirinya pun berjalan lebih jauh mendekati pusat lapangan.

Sial, mengapa di sini sangat gelap, huh?!

Tidak, Sisca tidak takut dengan hantu ataupun pencuri yang menyelinap masuk. Dirinya hanya takut bila V tidak benar-benar datang. Namun, Sisca seketika membuang prasangka buruknya itu, tidak mungkin seorang pangeran seperti V sampai mengikari janjinya.

Sisca pun mengambil tongkat sihirnya yang tersembunyi di saku jubah. Perlahan tanpa kepastian, diucapkannya sebuah mantra pelan supaya ujung tongkatnya menyala terang.

"Lightiny-ekrabus!"

Ujung tongkat Sisca berhasil menyala tepat setelah dirinya selesai mengucapkan mantra itu, perlahan gadis ini mulai bisa melihat sekelilingnya. Sisca menoleh ke kanan, kiri, belakang, dan depannya berusaha mencari keberadaan seorang V-Iroff Gard. Namun, sama sekali tidak terlihat sosok V di sini.

"Sisca, duduk bersila dan pejamkan matamu!" pinta V to the point yang entah darimana.

Sisca benar-benar bingung. Alih-alih V akan menghampiri Sisca dan menampakan dirinya, V malah menyuruh Sisca untuk duduk bersila.

Sisca bertanya sedikit kesal, "Apa? Di mana kau sekarang, V?"

"Duduk saja, fokus dan pejamkan matamu!"

Sisca mendesah kesal, dirinya hanya bisa menurut. Sisca percaya pada ucapan Stevory siang tadi yang mengatakan jika semua yang V latihkan ada maksud tersembunyi di baliknya.

Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang