"Egwin, ayo!" aku berser mengajak.
Lamun Egwin akan Zack dan Stuerd dari kejauhan langsung pudar seketika, sewaktu diriku mengajaknya. Egwin mengarahkan maniknya pada tampangku baru kemudian mengangguk penuh keseriusan.
Melihat Egwin mengangguk, aku langsung menggerakan sendi-sendi kaki dengan beragam otot yang menempel di sana, semoga saja aku bisa menyusul laju lari Zack dari kejauhan. Aku tidak melihat Egwin karena aku langsung berlari begitu melihatnya mengangguk, tapi diriku yakin seribu persen jika penyihir itu kini berlari mengekoriku.
"Egwin, aku akan mengaktifkan mantra lari cepat, sebaiknya kau juga!" seruku tanpa menoleh.
Samar-samar gendang telingaku menangkap bunyi Egwin dari belakang, "Baiklah!"
Ini aneh, biasanya Egwin-lah yang memimpinku di depan. Namun, entah jiwa pemberani milik siapa yang kini merasukiku. Mungkin Egwin benar, jika aku tidak lemah.
Terkadang sebuah pemikiran terlintas di benakku, tentang di mana semua goblin yang semula memenuhi desa ini? Maksudku, mereka tidak mungkin, 'kan, hanya bersembunyi di dalam rumah? Samar-samar aku melihat lewat jendela ubin-ubin tempat goblin tinggal di dalamnya tidak ada satu pun makhluk berkulit hijau itu. Entah ke mana perginya mereka, hanya terlihat sekelompok goblin berjumlah 20-an yang berkeliling desa entah untuk apa.
Aku mengayunkan tongkat sihirku, kulafalkan mantra untuk mempercepat laju lariku, " ICanalizo mi cakr, para acelerar la carrera!"
Beberapa detik berikutnya, Egwin yang berada di belakang mulai melafal mantra yang sama. Sebuah energi--super--kuat tiba-tiba langsung merasuki sekujur tubuhku, terkhusus di bagian kedua kakiku. Maksudku, kedua kakiku serasa lebih ringan dari sebelumnya.
Aku mulai berlari, lebih cepat dari sebelumnya. Kurasakan rambut merahku yang mulai berkibar bebas sebab kecepatan lariku yang--mungkin--melebihi kecepatan laju kuda. Beberapa saat kemudian, jarak kami dengan Zack hanya sepuluh meter saja, napas Zack tampak sangat memburu, keringat mulai membanjiri dirinya. Di tambah lagi dirinya yang harus membopong sesosok penyihir es yang pingsan entah mengapa.
"Hei, Zack!" kupanggil Zack sekeras mungkin.
Aku dan Egwin berada tepat di samping Zack, melompati atap rumah demi rumah yang saling berdempetan seperti halnya yang Zack lakukan, hanya saja jarakku dengannya sekitar sepuluh meter. Tampak dari tampang dan gerak-gerik dua ekor serigala yang mengejarnya, duo serigala raksasa itu sudah sangat kelelahan. Dan entah energi macam apa yang Zack punya sampai bisa berlari secepat dan selama itu. Menakjubkan.
Alih-alih menjawab pertanyaan kerasku, Zack malah terus berlari seolah dia sudah mempunyai rencana.
"Hei, Zack, kau dengar tidak!" Kali ini Egwin yang memanggil, suaranya lebih keras dariku.
Zack menoleh ke arah kami dan sedikit terkejut, entah mengapa Zack masih bisa melompati rumah-rumah dengan sempurna saat pandangannya mengarah padaku dan Egwin.
"Zack, kaubutuh bantuan?!" tanyaku keras.
Penyihir lelaki berjubah hijau pemberian Zuton itu pun kembali mengarahkan sorot pandangnya ke depan seolah tak menghiraukanku. "Tidak, aku dan Lora sudah merencanakan ini semua, kalian berdua pergilah ke lapangan goblin tepat lurus di belakang kalian, para manusia dan Davincio butuh bantuan kalian, cepat!"
"Kau yakin tak butuh bantuan, Zack?" aku bertanya sekali lagi.
"Ya, pergilah!" Zack membentak, dari nada bicaranya aku yakin jika penyihir lelaki itu sedikit kesal.
Aku pun berbalik, melihat diriku yang beralih arah Egwin pun kembali mengekoriku dari belakang. Setahuku, sihir lariku ini bisa bertahan sampai sepuluh menit, semoga saja bisa lebih, karena jika aku menggunakan untuk kedua kalinya, maka cakra-ku akan terkuras dua kali lipat dari penggunaan pertaman

KAMU SEDANG MEMBACA
Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]
Fantasy[Completed] Ini tentang perjuangan Fransisca Julian sang penyihir yang berkelana menjelajahi lembah bersama teman-temannya untuk meraih kebahagiaan dan kejayaan yang lama sirna. Ini tentang senyum dan tawa yang ingin Fransisca Julian bawakan di kela...