FORESTIO

150 11 0
                                    

Dari Bab ini hingga seterusnya belum saya revisi. Mohon maklum jika menemukan kesalahan tanda baca.

***

"TETAP PADA FORMASI!!"

Bunyi teriakan Komandan Besar Armada Tempur Elf, V-Iroff Gard, mengema ke penjuru medan peperangan. Suara desing pedang terdengar di mana-mana. Fransisca Julian dan Derytoby Leon Alexsandra berkuda beriringan dengan tangan kanan yang telah berhias pedang.

Fransisca Julian menyapu pemandangan di sekelilingnya. Para orc dan elf terus bertarung tak kenal lelah. Mayat-mayat tergeletak di sana-sini, bau anyir darah menyebar menguasai indra penciuman.

Salah satu orc yang jelas-jelas masih belum dewasa melompat ke arah Sisca dengan kedua tangannya memegang kapak. Tubuhnya lebih tinggi sedikit dari para goblin yang tingginya hanya satu meter, usianya masih bau kecur.

Dengan mudah, Sisca melesatkan pedangnya ke arah dada orc tersebut, membuat darah hitamnya memancur deras keluar dan jatuh di tanah, Sisca memalingkan pandangannya dari orc yang menikmati kematian perlahannya itu ke sosok Tontaro Sang Raksasa Emas pemegang Pedang Kilauan Kuning Utara yang sedari tadi sibuk menebas setiap gajah raksasa yang mendekat.

"Leon, kita harus mencari Clorex untuk segera menyelesaikan perang ini!" Sisca menyimpulkan sembari menebas seorang orc dewasa yang berusaha membunuhnya.

Leon menusukan ujung pedang lancipnya di dada seorang orc. Ia pun mencabut pedangnya dengan gerakan memutar, membiarkan orc itu mati perlahan.

"Tapi, di mana makhluk keparat itu berada sekarang? Akan sangat menyulitkan jika harus mencarinya di antara para orc yang marah!" balas Leon.

"Entahlah, Leon. Mungkin Clorex telah berhasil masuk ke wilayah Dromedo. Ah, sial! Aku lupa jika Tembok Agung Wizard telah runtuh sebagian! Itu berarti ...." Mulut Sisca tak lagi ingin berbicara, ia tak mau memikirkan hal-hal negatif tentang kerajaannya yang porak-porada.

"Sisca, kau pergilah ke Wilayah Dromedo. Aku yakin, di sana kaummu tengah berjuang melawan ratusan ribu orc yang menerobos masuk. Pimpinlah mereka untuk menang, berilah mereka semangat."

Leon akhirnya menatap Sisca dan memberikan senyum terbaiknya. Sisca takut jika ia tak bisa melihat senyum itu lagi di kelak hari, Sisca juga takut jika nantinya kaum orclah yang menang dalam peperangan ini.

"Ba-bagaimana denganmu, Leon? A-aku khawatir akan keselamatanmu ...." Suara Sisca terbata-bata lantaran tak sanggup meninggalkan Leon bertarung bersama V, Xilly, dan ratusan ribu pasukan elf.

Dengan gerakan secepat cheetah, Leon melesatkan pedangnya ke arah dua orc yang mendekat, bilah pedang Leon tepat mencium leher kedua orc itu, menyebabkan lehernya terputus dan mati seketika.

"Aku bisa menjaga diriku, Fransisca Julian," ucap Leon selembut sutera.

Sisca tampak terharu, baru kali ini Leon memanggilnya dengan nama lengkapnya.

"Leon benar, Yang Terpilih! Kau pergilah ke barisan penyihir di Wilayah Suci Dromedo. Kehadiranmu di sana akan sangat membantu," ucap Xilly yang tidak Sisca sadari telah memperhatikan mereka berdua sejak tadi. Sedangkan V terlihat hanya menyimak tanpa membuka mulutnya sedikit pun.

Xilly menarik pedangnya dari tubuh orc penunggang serigala. "Pergilah sekarang sebelum kaummu dibantai!"

Sisca tampak memperdekat unicorn-nya ke kuda Leon. Leon tahu apa maksud Sisca sebenarnya. Saat jarak muka Sisca dan Leon sudah cukup dekat, Leon pun mengecup bibir Sisca dengan lembut.

"Aku memcitaimu, Leon. Kau sudah berjanji jika kau tak akan mati, maka tepati janjimu itu," ucap Sisca sambil mengeluarkan tongkat sihirnya.

Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang