Ratusan ribu penyihir di setiap tingkatan tembok seketika melafal mantra dengan fokus tinggi, menyebabkan aliran-aliran sihir mulai dari api, listrik, es, atau bahkan cahaya melesat kencang dari pucuk tongkat sihir mereka menembus udara sekeliling dan menusuk tubuh setiap orc yang ingin mendekati tembok.
Tembakan demi tembakan sihir terus para penyihir kerahkan. Membuat para orc yang mendekat di tembok lenyap menjadi abu.
Dari kejauhan, terlihat sekitar seratus ekor naga yang terbang cepat membelah udara di hadapannya, mata mereka bewarna merah menyala membuat siapa pun silau saat menatapnya. Kedua kaki sang naga mencengkram erat sebongkah batu besar yang berukuran setengah kali besar tubuh sang naga.
"Komandan, terdapat ratusan naga yang membawa batu-batu besar dari bagian timur, utara, dan selatan tembok!" lapor salah seorang penyihir kepada atasannya menggunakan sihir telepati.
Sang komandan yang berada di pusat Kerajaan segera membalas pesan telepati untuk bawahannya, "Pusatkan tembakan pada para naga! Jangan biarkan mekhluk-makhluk bodoh itu sampai menodai Tembok Agung Wizard!"
"Siap, komandan."
Sang penyihir seketika melakukan telepati kepada seluruh armada tempur penyihir, "Perintah dari komandan. Pusatkan tembakan pada para naga!"
Naga-naga telah mencapai jarak 100 meter dari tembok. Dikibaskannya dengan lebih cepat kedua sayapnya supaya laju terbangnya dapat lebih cepat dari semula.
Para penyihir mulai menembaki naga-naga bercula itu. Namun, para naga terlihat sama sekali tidak kesakitan, kulit mereka yang tebal bak kulit pohon raksasa membuat aliran sihir yang melesat ke arahnya sama sekali tidak terasa.
Saat jarak para naga berkulit hitam belang itu dengan tembok hanya dua puluh meter saja, di embuskannya melalui mulut sang naga kobaran api yang melesat dan membakar setiap tubuh penyihir yang berdiri di jendela pembatas tembok.
Beberapa penyihir sampai terjatuh ke bawah dengan tubuh berbalut api, teriakan mereka menggema memenuhi atmosfer membuat para orc di bawah sana tertawa. Seketika tubuh para penyihir yang menghantam tanah dan masih hidup langsung diberi hadiah berupa lesatan kapak yang mencium leher mereka hingga putus secara gratis dari para orc--tubuh para penyihir kebal akan benturan grafitasi.
Para naga mulai melempar sebongkah batu besar yang menghiasi kedua kaki mereka langsung ke tembok, membuat puluhan bahkan ratusan bata kelabu raksasa yang menyusun tembok runtuh dan jatuh menghantam tanah menjadi ratusan keping krikil yang bercipratan.
Para orc mulai bersorak atas kemajuannya. Tak lama lagi Kaki-kaki kotor milik para orc akan menodai wilayah dalam Kerajaan Wizard.
Perlahan namun pasti, bongkahan-bongkahan batu raksasa yang menghiasi kaki setiap naga bercula sukses menghantam dengan kerasnya tubuh Tembok Agung Wizard, menyebabkan ribuan bata kelabu runtuh dari tempatnya, diikuti oleh para penyihir yang bernasib sial.
Raja Clorex duduk fokus di atas tunggangannya. Kesepuluh jemarinya melilit gagang pedang kegelapan berukir kepala serigala yang meraung memamerkan dua taring tajamnya. Kedua matanya tertutup rapat, rambut Clorex mulai berkibar-kibar ke sana-sini sebab aliran sihir yang sangat kuat dari pedangnya.
Perlahan diangkatnya pedang kegelapannya itu tinggi-tinggi, bilah peraknya memantulkan sinar mentari yang melesat. Jarak antara tembok dengan Clorex adalah tujuh puluh meter. Beberapa lesatan aliran sihir yang para penyihur tembakan dari arah tembok terpantul kembali saat mendekati sang Raja Kegelapan ini, hal itu karena kuatnya medan sihir yang pedang Clorex hasilkan membuat sihir kelas rendah apa pun terpantul saat mendekatinya.
Dengan gerakan sempurna, Clorex melesatkan pedangnya ke depan berkali-kali, menciptakan lesatan-lesatan udara yang mengarah lurus ke arah tembok dengan sangat cepat. Sepuluh-duapuluh orc di hadapan Clorex terbelah menjadi dua seketika saat lesatan udara yang Clorex lucutkan mencium tubuh mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]
Fantasia[Completed] Ini tentang perjuangan Fransisca Julian sang penyihir yang berkelana menjelajahi lembah bersama teman-temannya untuk meraih kebahagiaan dan kejayaan yang lama sirna. Ini tentang senyum dan tawa yang ingin Fransisca Julian bawakan di kela...