4.0 | They are Not Extinct yet ?!

303 28 13
                                    

Sisca mulai membuka dan mengusap kedua bola matanya yang semula tertutup rapat tak sadarkan diri, dilihatnya langit-langit tenda berwarna cokelat kusam penuh akan tambalan kain.

Di mana aku? Batin Sisca bingung sekaligus takut. Sial! Apa para penyihir kerajaan itu telah membawaku ke penjara?

Sisca menegakkan punggungnya bagun dengan kedua kaki yang masih terbujur di atas kain tipis, dilihatnya sekeliling berusaha mencari keempat temannya yang lain. Namun, tidak ada apa-apa kecuali tenda kusam berbentuk limas persegi panjang dan segelas air panas yang masih mengeluarkan asap hangat di sampingnya.

Munculah sesosok lelaki dewasa yang masuk melewati pintu tenda, lelaki itu hanya mengenakan celana kelabu selutut tanpa mengenakan atasan yang pantas, tato-tato hitam berlambang elemen kuno yang tergambar pada otot lelaki itu seolah membuatnya lebih gagah. Tampangnya gerang dan keningnya selalu berkerut, dipegangnya sebuah pisau pendek sukses membuat Sisca merogoh saku jubahnya yang berisi tongkat kepercayaannya dan bersiap menembak suatu sihir saat lelaki itu mencoba macam-macam.

"Siapa kau?!" tanya Sisca menatap tajam pria itu dengan tampang menyelidiki.

Alih-alih menjawab, pria itu malah mendekat beberapa langkah baru kemudian terhenti menyadari Sisca yang tidak nyaman melihatnya.

"Namaku Zuton sang manusia, aku adalah kepala suku Human," jawab lelaki itu dengan suara berat dan tatapan datar.

"Anak buahku menemukan kalian terkujur lemas di bawah tembok agung Wizard," lanjut lelaki bernama Zuton menjelaskan, "Kalian adalah penyihir buangan jadi kami memutuskan untuk membawa kalian kemari."

Sisca berdiri dari tidurnya, dirinya tidak percaya telah diselamatkan oleh sekelompok makhluk langka yang dikiranya lemah, kini gadis ini tidak lagi menganggap manusia sebagai makhluk lemah karena manusia telah menyelamatkannya.

"Terima kasih telah menyelamatkan nyawa saya, Tuan Manusia! Bisakah Anda tunjukan pada saya teman-teman saya?" tanya Sisca berterimakasih dengan kepala tertunduk malu.

"Tolong, cukup panggil aku Zuton, teman-temanmu sudah berada di api unggun pusat sedari tadi," Zuton menyelipkan pisau peraknya di ikat pinggang serabut cokelatnya.

Pria berkulit sawo matang ini pun segera keluar dari tenda Sisca tanpa berucap lagi dan berlalu entah ke mana.

Benar-benar pria yang tagguh, batin Sisca memuji Zuton yang memiliki perawakan kekar dan tampang wibawa.

Tanpa menunggu lama lagi, Sisca langsung melangkah keluar tenda, tongkat sihir bermotif bunganya telah berada digenggamannya berniat berjaga bila terjadi sesuatu. Sisca terkejut kagum saat melihat puluhan atau bahkan ratusan manusia yang katanya merupakan makhluk langka tengah lalu lalang di hadapannya, mayoritas manusia di sini adalah laki-laki kekar dengan busana dan perawakan yang hampir serupa dengan Zuton.

Mengoles perisai dan pedang, menempa besi, memberi makan kuda telah menjadi rutinitas orang-orang suku Human. Sebagian wanita sengaja dipekerjakan di dapur, namun beberapa di antaranya malah memaksa menjadi petarung, melihat jiwa nekad dan pemberani mereka.

Sisca mulai melangkahkan kakinya berusaha mencari api unggun yang Zuton maksud, sinar mentari yang berada tepat di atas kepala membuat kening gadis ini berkeringat deras, ditambah lagi banyaknya manusia yang berlalu lalang di sekelilingnya seolah tidak menyisahkan oksigen untuk Sisca hirup. Muka gugup mulai terukir pada tampang seorang Sisca, namun dirinya terus menerus berusaha tegak dan tenang di hadapan puluhan manusia yang menatapnya.

"Ada yang bisa aku bantu?" Seorang pemuda setinggi Sisca bertanya membelakangi Sisca yang tengah bingung menoleh kanan-kiri.

Sisca berbalik merasakan seseorang berbicara dengannya dari belakang.

Fransisca Julian and the Nortuland Magic Sword [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang