Lost Control [On Going]

Lost Control |1|

Playlist: Pink Elephant ft. Irene-The Unicorns.

Author note.

Hai readers...  jangan langsung vote ya. Baca aja dulu, nanti kalau suka langsung tekan bintang kecilnya deh.

Okelah selamat baca. Semoga suka❤️.

#Story

BETH:

    Pagi itu aku keluar rumah dengan perasaan yang bercampur aduk. Pasalnya ini adalah pertama kalinya ayahku mengijinkanku untuk pergi ke club malam hari, namun disisi lain aku juga tidak enak kepada ayahku. Semua orang tau dia merasa khawatir dan melarangku karena dia sangat menyayangiku. Tapi aku ini sudah besar dan cukup dewasa untuk mengerti mana yang baik dan tidak.

"Waahhh... kau tau daddyku sudah mengijinkanku untuk pergi ke club nanti malam," ucapku dengan riang kepada sahabatku.

"Wah wah wah... benarkah? Kalau begitu kurasa kita harus membeli sebuah gaun malam untukmu nanti," jawab Jenny yang sedikit terkejut. Jenny memang sangat dekat dengan keluarga Beth. Bahkan ia pernah dimarahi oleh Crish karena mengajak Beth pergi ke club suatu malam.

"Hahaha.. kau benar sekali sehabatku. Kita akan bersenang-senang seharian," aku mengatakannya dengan bangga.

    Aku cukup percaya diri untuk bersenang-senang sepanjang hari. Karena aku sudah mendapat ijin dari keluargaku bahkan ayahku yang overprotective itu juga sudah mengijinkanku. Jadi aku tidak perlu merancang alasan untuk kujelaskan pada mereka jika pulang nanti.
    Hari sudah mulai siang, aku dan Jenny sudah berkeliling kota cukup lama. Kami berjalan di sepanjang jalan sambil sesekali mengambil foto di tempat yang terlihat instagramable. Jenny memang sangat pintar dalam mengambil foto. Jadi aku tidak meragukan perintahnya ketika dia akan memotretku. Selama ini aku sangat percaya kepadanya hingga kejadian pada siang itu.

"Beth posisimu itu terlalu dekat. Ayo mundurlah sedikit!" ucap Jenny mengarahkanku yang sedang berpose.

"Benarkah? Kurasa ini sudah pas. Kenapa tidak kau saja yang mundur Jen?!"

"Tidak tidak. Kau ini bagaimana. Aku yang memotretmu. Jadi kau harus menurut padaku!"

"Hhaahh... iya iya. Begitu saja kau sudah marah-marah. Baiklah aku akan mundur," jawabku kesal karena meladeni sahabatku yang crewet itu.

"Ayo Beth. Mundur lagi, mundur, sedikit lagi Beth. Ke kiri sedikit!" perintah Jenny kepadaku yang terlihat menahan senyumnya.

Buugghh..

"Hwwaa... aduhh," aku meringis karena terjungkal dan salah satu kakiku masuk ke lubang air pembuangan.

"Hwahahahaha...kau kenapa Beth? Hahaha... bagaimana bisa kau tidak melihat lubang itu ha?" ejek Jenny sambil tertawa terpingkal-pingkal karena berhasil mengerjaiku.

"Kaauu... lihat saja nanti, aku akan membunuhmu Jen. Kau mengerjaiku dan sekarang kau menertawaiku hah? Ayo cepat bantu aku. Ini semua terjadi karena ulahmu."

"Wwwooo.. slow down girl. Aku hanya bercanda. Aku bosan dari tadi kita hanya jalan-jalan," jelas Jenny tanpa rasa bersalah dan langsung membantuku.

Cletaakk..

"Aaawhh.. sakit," rintih Jenny karena mendapat jitakan dariku.

"Rasakan itu. Kau pantas mendapatkannya. Itu saja tidak sebanding dengan apa yang kau lakukan padaku."

***
    Setelah selesai dengan urusannya di jalan, mereka masuk ke sebuah mall ternama dengan harga produk yang bisa dibilang tidak murah. Tentu saja mereka sanggup membelinya, mengingat pekerjaan ayah Beth sebagai pemimpin mafia sekaligus seorang CEO dan ayah Jenny sebagai direktur di perusahaan ayah Beth. Mereka berdua memang tidak begitu suka berbelanja apalagi ke salon. Tapi sekali berbelanja jangan tanyakan berapa uang yang bisa mereka habiskan. Meskipun begitu, mereka bukanlah orang yang selalu menyombongkan kekayaan keluarganya. Bahkan mereka selalu menutupi status keluarganya. Mereka termasuk orang-orang yang peduli sesama. Tanpa sepengetahuan orang tuanya, mereka berdua selalu menyisihkan sebagian uang saku yang diberikan orang tuanya untuk disimpan dan kemudian disumbangkan ke sebuah panti asuhan.