Lost Control |25|

6.3K 138 7
                                    

Typo merajalela.
Jika kalian menemukan typo langsung mention aja.

💞VOTE AND COMMENT💞

***

Bryan menjauhkan tubuhnya dari tubuh Beth untuk melepas pakaiannya. Namun dering ponsel di sakunya membuatnya menggeram marah. Bryan mengambilnya dan meletakkannya di atas meja dengan sedikit melemparnya karena kesal. Kemudian ia kembali mendekatkan dirinya pada Beth.

"Bryan angkat telponnya," ucap Beth menahan tubuh Bryan dan sedikit mendorongnya

"Biarkan saja. Tidak penting," jawab Bryan.

"Tidak. Kau harus mengangkat telponmu".

"Baiklah," Bryan menunduk untuk mengecup bibir Beth kemudian beranjak dan mengangkat telponnya.

Bryan menjauhi Beth untuk mengangkat telponnya.

Beth segera memakai bajunya kembali. Wajahnya memerah malu. Tidak percaya tadi hampir saja ia melakukan itu bersama Bryan. Ia masih ingat bagaimana ayahnya benar-benar melarangnya melakukan itu sebelum menikah. Ada sesuatu di tubuhnya yang bisa membahayakannya dan keluarganya jika diketahui orang lain. seperti itulah kira-kira yang pernah dikatakan ayahnya pada Beth.

Tapi bukankah di sini ia bebas melakukannya. Teman-temannya bahkan ada yang mengatakan rasanya sungguh nikmat hingga membuat kecanduan. Beth yang tidak berpengalaman hanya diam menganggukkan kepala ketika teman-temannya membicarakan tentang seks yang hebat. Tidak hanya sekali dua kali. Tapi berkali-kali Beth harus mendengar saja tanpa bisa ikut berpendapat.

Beth sebenarnya juga ingin merasakan apa yang teman-temannya ceritakan. Namun setiap ia akan melakukan-nya ia selalu ingat dengan ucapan ayahnya. Ia tidak ingin menempatkan keluarganya dalam masalah seperti yang dikatakan ayahnya itu.

Beth diam melamun di sofa yang menjadi saksi bukti gairahnya dengan Bryan. Meskipun tidak jadi melakukan itu tapi mereka berdua sama-sama telah dilanda gairah yang memuncak.

"Beth," panggil Bryan membuat Beth segera menoleh dan tersenyum.

"Ada apa?" jawab Beth.

"Maaf, sepertinya kita harus segera kembali. Ada pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan," ucap Bryan berjalan mendekati Beth dan berdiri di samping Beth yang kini mendongak menatap tubuh tegap Bryan.

"Baiklah," jawab Beth mangangguk tanpa menghilangkan senyumnya. Bahkan Bryan kadang tidak tahan melihat bibir Betg yang terus tersenyum seperti itu. Apalagi Beth tidak tersenyum kepadanya saja. Tetapi kepada semua orang yang ditemuinya. Bryan sungguh kesal. Beth hanya boleh tersenyum bersamanya. Senyum itu hanya miliknya.

"Kau tidak marah?"

"Tidak. Kenapa aku marah? Jika itu memang penting pergilah".

Bryan tersenyum dan menunduk mencium bibir Beth. Melumatnya sebentar dan melepasnya.

"Ini benar-benar membuatku kecanduan," ucap Bryan mengusap sudut bibir Beth menggunakan ujung ibu jarinya.

Beth tersipu malu dengan wajah yang merona mendengar ucapan mesum Bryan. Namun Beth teringat dengan kejadian yang membuatnya harus sampai di tempat ini.

"Bryan, apa kau ingin menjelaskan siapa mereka? Dan kenapa tiba-tiba mereka menyerang kita?" tanya Beth.

"Bisakah kau menjelaskan kepadaku kenapa kau membawa pistol itu?" Bryan bertanya balik membuat Beth gelagapan.

"Jawab dulu pertanyaanku lalu bertanya padaku".

"Tidak. Ingin mendengar jawabanmu dulu. Bagaimana bisa gadis cantikku ini menyimpan senjata di balik celana yang membungkus bokong indahnya itu?" tanya Bryan sedikit menggoda.

Lost Control [On Going] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang