Chapter 17

3.5K 211 26
                                    

Guru di kelas Melody mengakhiri pelajaran dengan mengucapkan salam lalu keluar kelas, hingga membuat siswa siswi segera bersiap-siap untuk pulang. Yasmine yang terlebih dulu selesai membereskan alat tulisnya, menuju ke meja Melody dan Ghevi.

"Yuk pulang!" Ajaknya dengan wajah yang ceria meskipun sudah sedikit kucel karena beraktivitas seharian.

"Kalian duluan aja, gue ada urusan." Melody yang terlihat masih santai alias belum beres beres.

Yasmine dan Ghevi saling bertatapan sesaat sebelum Ghevi menjawab, "Yaudah, gue sama Yasmine duluan ya, Dy. Lo jangan pulang telat, nanti kakak lo nyariin."

"Iya. Gue udah ngasih tau kak Musical kok."

"Kita duluan, Dy." Ghevi dan Yasmine berjalan beriringan keluar kelas. Kini hanya tersisa Melody di kelasnya, dan beberapa teman sekelasnya yang sepertinya sedang kerja kelompok.

Melody langsung membereskan alat tulisnya saat menerima WhatsApp dari Venus.

Venus
Gue udah di parkiran.

Melody sedikit berlari menuju ke parkiran. Saat tiba disana, ia melihat Venus sedang asyik bercengkrama dengan kedua sahabatnya, Nafi dan Gilang. Melody menghentikan langkahnya. Hingga Nafi yang pertama kali menyadari keberadaannya.

"Hai! Sini, Dy!" Melody mendekat ke ketiga cowok itu dengan wajah khasnya, datar.

"Hai Melody!" Sapa Gilang. Melody membalasnya dengan say hai juga karena memang Melody bisa dibilang cukup akrab dengan Gilang. Ya, dia sering bertemu Gilang setelah kejadian saat Gilang memberikan brosur saat itu. Gilang juga sempat meminta Melody sebagai mak comblang antara ia dan Ghevi. Melody tau kalau Gilang menyukai Ghevi, Gilang sendiri yang bercerita, tapi Melody sampai sekarang masih tutup mulut. Melody juga terkadang chat dengan Gilang dan sebagian besar hanya membicarakan tentang Ghevi.

"Hai Melody! Gue Nafi. Ini pertama kali kita ngobrol ya." Ucap Nafi disertai tawa kecil yang menyebabkan matanya menyipit.

Melody tersenyum tipis, "Hai juga. Gue udah tau lo kok."

Venus melirik kedua sahabatnya yang sedang asyik berbicara dengan Melody. Padahal Melody ingin bertemu dengannya, tetapi malah asyik mengobrol dengan kedua sahabatnya.

Venus berdeham cukup keras membuat ketiga orang di depannya menoleh bersamaan.

"Lo kenapa Ven? Keselek biji salak?" Tanya Gilang.

Nafi menoyor kepala Gilang, "Daritadi Venus kan kagak makan apa apa, dodol!"

"Yaudah si, ngga usah noyor pala gue, Abang Nafi yang menang lomba cerdas cermat mewakili Indonesia dan melawan Mimi peri yang mewakili kayangan." Melody menahan tawa yang akan keluar dari mulutnya. Gilang suka sekali berbicara asal, persis seperti Ghevi.

"Kampret lo! Udah, ayo balik!" Ajak Nafi yang disetujui oleh Gilang.

"Planetku tersayang, gue sama Abang Nafi pulang duluan ya. Lo jagain Melody okay? Dy, gue duluan, kalo si planet jahat, lo telpon gue aja okay?" Tanpa menunggu jawaban dari Melody ataupun Venus, Gilang dan Nafi mengendarai motornya keluar gerbang sekolah.

Tersisa dua orang itu. Suasana sempat awkard sebelum Venus bersuara. "Lo mau ngomong apa?"

"Lo kenapa ngasih tau Pak Andre kalo gue bisa main biola?" Tanya Melody to the point.

Venus memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. "Karena gue pengin."

"Lo tau ngga sih Ven kalo apa yang lo lakuin itu bakal berdampak besar buat gue?" Venus hanya diam menunggu kelanjutan Melody.

"Lo tau Ven? Selama ini gue mati matian nyimpen rahasia ini. Ngga ada seorang pun di sekolah yang tau kecuali Ghevi sama Yasmine, dan lo." Lanjut Melody.

"Lo itu cuma orang baru yang hadir di hidup gue, Ven. Lo ngga tau apa apa tentang gue!"

Deg.

Venus menatap mata kecoklatan milik Melody. Hatinya sedikit teriris saat mendengar perkataan Melody. Orang baru. Venus meresapi setiap kalimat yang diucapkan Melody. Ya, hanya orang baru.

"Kenapa lo diem?" Gadis dihadapannya menaikkan dagunya.

"Emangnya dampak apa yang bakal lo dapet kalo rahasia itu kebongkar?"

"Penting buat lo tau?"

"Ya."

"Tapi menurut gue lo ngga perlu tau," Melody menatap sekelilingnya, parkiran sudah sepi sekarang. Lalu ia mulai melanjutkan kata katanya.

"Gue minta lo bilang ke Pak Andre kalo semua yang udah lo kasih tau itu bohong."

Venus menajamkan tatapannya pada Melody. "Kenapa?"

"Ck, lo ngga akan ngerti, Ven! Pokoknya lo cukup ngelakuin itu. Gue ngga mau hal buruk terulang lagi setelah ini." Melody berbalik badan, hendak pergi meninggalkan Venus. Tetapi, sebuah tangan mencegah pergelangan tangannya.

"Lepasin!"

"Gue ngga akan lepasin sebelum lo bilang ke gue maksud lo itu."

Melody menghempaskan tangan Venus dengan kasar. Emosinya sudah memuncak. "Gue hampir kehilangan orang yang gue sayang karena seseorang memanfaatkan kemahiran gue main biola! Puas lo?!"

Jantung Venus berdetak lebih kencang saat Melody selesai berbicara. Ini pertama kalinya ia melihat Melody yang ganas. Melody yang benar benar emosi. Dan, hal yang dikatakan Melody? Venus terkejut mendengarnya. Apa maksudnya?

Melody ingin melampiaskan semua kekesalannya pada Venus, tetapi ponselnya berdering nyaring. Melody merogoh kantong jaketnya, mengambil ponselnya. Di layar ponsel terpapar nama kakaknya. Melody menggeser tombol hijau lalu menempelkan ponselnya di telinganya.

"Halo."

"...."

"Iya, bentar lagi Melody pulang."

"...."

"Iya, kak, iya."

"...."

"Astaga, iya, ini Melody pulang sekarang."

"...."

"Bye, sayang kakak."

Venus fokus mengamati gadis disampingnya. Ada yang berbeda dengan gadis ini. Venus kini melihat sisi sebenarnya dari Melody. Melody yang ceria. Hanya karena telpon dari kakaknya, gadis itu bisa mengubah ekspresinya. Padahal tadinya ia sangat emosi.

Melody pergi begitu saja meninggalkan Venus setelah ia mengakhiri teleponnya. Venus menatap punggung gadis itu dengan tatapan sendu.

'Sampe sekarang lo bahkan belum ngelihat gue yang sebenarnya.' batinnya.

***

Nah, gimana chapter kali ini? Hayoloo si Melody marah marah gitu. Rahasia apa sih yang disembunyiin Melody?

Silahkan vote and comment kalo suka atau ada kritik dan saran👌

Salam sayang,
Musical & Melody ❤

Melody [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang