"Lo itu cuma orang baru yang hadir di hidup gue, Ven. Lo ngga tau apa apa tentang gue!"
"Gue hampir kehilangan orang yang gue sayang karena seseorang memanfaatkan kemahiran gue main biola! Puas lo?!"
Perkataan menusuk yang Melody lontarkan tadi siang terus berputar di kepala Venus. Venus sedikit merasa bersalah karena sudah memberitahu Pak Andre tentang Melody. Ia tidak mungkin mencabut perkataannya lantaran video penampilan Melody saat kompetisi sudah ada di ponsel Pak Andre. Venus belum mengerti sepenuhnya tentang perkataan Melody. Entah apa yang telah terjadi pada Melody. Ia berpikir, kemungkinan hal itu yang menyebabkan Melody menjadi gadis yang cuek.
Venus mengambil ponsel di atas nakas, ia membuka WhatsApp lalu mencari nama seseorang. Ia mengetikkan pesan singkat. Venus merasa, ia harus bertemu dengan orang ini untuk mengetahui lebih lanjut tentang Melody.
VenusKevaro
Gue tunggu lo di cafe depan sekolah jam 7 besok pagi.***
Musical menyemprotkan parfum kesukaannya ke sekujur tubuhnya. Ia baru saja selesai mandi karena tadi lembur menyelesaikan tugas di kampus hingga Maghrib. Ia mengecek ponselnya, hanya ada notif WhatsApp dari grup teman temannya, Azam, dan...Zaskia, mahasiswa jurus.an kedokteran di kampus yang sama dengannya, yang akhir akhir ini dekat dengannya karena suatu pertemuan yang tidak disengaja. Musical mengabaikan semua pesan itu, termasuk Zaskia, toh ia bisa membalasnya nanti saja. Ia keluar dari kamarnya dan nyelonong masuk ke kamar adiknya.
"Ish, hobi banget masuk kamar orang sembarangan." Celetuk Melody yang sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja belajarnya.
Musical tersenyum lebar lalu duduk di sebelah Melody, ia menggeser kasar badan Melody yang kecil sehingga membuat pemiliknya terjatuh.
Gubrak!!!
"Ya ampun kak Musical! Pantat Melody mahal tauk!" Musical tertawa keras tanpa berniat membantu adiknya. Sedangkan Melody mengerucutkan bibirnya, ia buru buru membereskan kertas kertas yang berserakan di meja belajarnya.
"Santai aja kali beresinnya. Kertas apa itu sih?" Kepo Musical. Ia mengambil selembar kertas yang belum diambil Melody. "Chord biola?"
Melody cepat cepat mengambil kertas itu dari tangan Musical. "Apa sih kak, jangan ganggu deh." Ia memasukkan semua kertas itu ke sebuah map berwarna peach yang Musical ketahui berisi beraneka chord biola.
"Dy," panggil Musical lembut.
"Hm." Melody masih sibuk membereskan kertas kertas itu dan memasukkannya satu persatu ke dalam map.
"Melody,"
"Hm."
"Dek,"
"Iya." Melody masih saja menjawab panggilan kakaknya tanpa menoleh.
"Princess,"
"Astaghfirullah, apa sih kak?" Melody meletakkan map miliknya di atas meja belajar, lalu duduk di pinggir kasur menghadap Musical.
"Stok keripik kakak udah habis." Ucap Musical polos.
Melody berdecak kesal, "Udah? Gitu doang? Ya udah tinggal beli."
"Temenin ayo." Musical merengek pada adiknya sendiri sambil menarik narik tangan Melody layaknya seorang anak kecil yang merengek pada ibunya.
Tanpa ba-bi-bu lagi, Melody menyambar jaket biru dongker di lemarinya dan menarik tangan Musical keluar kamar.
"Eh, bentar, kakak juga mau ambil jaket." Musical ngacir ke kamarnya mengambil jaket sedangkan Melody turun ke bawah.
Di ruang keluarga, Samuel tengah berkutat dengan laptopnya dan beberapa map di atas meja. Sedangkan Jessica duduk di samping Samuel sambil menonton TV setelah meletakkan secangkir kopi untuk Samuel.
Melody menghampiri kedua orangtuanya untuk berpamitan. "Pa, Ma." Samuel dan Jessica kompak menoleh ke arah putrinya.
"Ada apa, sayang?" Tanya Jessica.
"Melody sama Musical mau keluar sebentar, Ma." Jawab Musical yang datang tiba tiba dengan jaket yang sudah melekat di tubuhnya.
"Mau kemana?" Tanya Samuel posesif. Ke-posesif-an Musical pada Melody mungkin menular dari Samuel. Samuel selalu bersikap posesif pada kedua anaknya, dan pastinya, pada istrinya, Jessica.
"Ke supermarket depan komplek, Pa."
Melody melirik malas ke arah kakaknya, "Kak Musical tuh, stok keripiknya habis. Terus ngerengek ke Melody."
Samuel menggelengkan kepalanya, Jessica tersenyum geli. Samuel mengambil dompet di kantung celananya, mengeluarkan dua lembar uang berwarna merah.
"Nih, pake buat beli stok keripik kamu. Sekalian beli es krimnya Melody tuh. Papa liat tadi di kulkas tinggal sedikit." Ucap Samuel sambil memberikan uang itu pada Musical yang diterima dengan senyum lebar.
"Makasih Pa." Ucap Musical dan Melody kompak.
Saat Musical dan Melody akan melangkah keluar, Jessica menghentikan mereka. "Melody, coklat kamu Mama sita. Mama perhatiin kamu tambah gemuk sekarang. Mama ngga suka ya. Jadi kamu beli eskrim aja."
"Iya Ma iya. Melody tau kok." Melody berjalan malas sambil menggandeng lengan kakaknya.
Samuel dan Jessica memang mengizinkan kedua anaknya untuk mempunyai stok cemilan seperti itu, selagi semuanya masih dibawah pengawasannya. Samuel juga tidak selalu memberikan uang untuk itu, ia sengaja melatih anak anaknya untuk belajar menabung untuk membeli cemilan kesukaan mereka masing-masing.
Sedangkan Jessica, ia selalu mengatur cemilan cemilan yang akan masuk ke dalam pencernaan kedua anaknya. Ia menyediakan lemari khusus di dapur berisi stok cemilan mereka, kecuali eskrim dan sebagian coklat Melody yang memang harus berada di dalam kulkas. Jessica mengatur berapa banyak dan kapan waktu yang tepat untuk memakan cemilan itu.
Seperti barusan, ia memperhatikan badan Melody yang terlihat lebih gemuk, maka ia menyita coklat Melody. Ia yang akan memakan coklat coklat itu. Setelah badan Melody kembali normal, ia akan mengembalikan coklatnya.
Jessica juga sering mengatur keripik kesukaan Musical yang beraneka rasa itu. Mulai dari barbeque, ayam panggang, rumput laut, keju, dan masih banyak lagi. Ia rajin membatasi konsumsi nya karena mengkonsumsi makanan berpenyedap rasa terlalu banyak tidak baik untuk kesehatan.
***
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Novela JuvenilSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...