Gadis itu masuk ke dalam kelasnya dan duduk di kursinya. Ia mengambil novel di tasnya yang memang sengaja belum selesai dibacanya. Ia mencoba meresapi isi novel itu, tetapi gagal. Entah apa yang ada di pikirannya kali ini. Kejadian kemarin masih terngiang di kepalanya. Ia masih terus bertanya-tanya tentang maksud cowok bernama Venus yang memberikan brosur itu.
Di sekolah, Melody merahasiakan kemahirannya dalam bermain biola. Hanya Ghevi dan Yasmine yang tahu akan bakat Melody yang satu ini. Melody hanya tidak ingin kejadian dulu terulang lagi. Kejadian yang hampir membuatnya kehilangan Musical, kakak kesayangannya.
Melody menghembuskan napas panjang untuk menetralkan pikiran nya. Ia kembali sibuk dengan novelnya hingga ia benar-benar bisa meresapi isi novel itu.
***
Teet...teet...teet...
Bel pulang sekolah berbunyi membuat siswa siswi segera bersiap membereskan buku-bukunya. Pelajaran terakhir hari ini kelas Melody jamkos karena guru matematika mereka ada rapat dengan kepala sekolah. Siswa siswi cepat cepat merapikan buku dan alat tulisnya. Mereka segera berhamburan keluar kelas.
"Ibnuuuu!!! Piket lo! Enak aja main kabur. Kelas kotor banget noh. Buruan ambil sapu terus nyapu." Ahmad, ketua kelas, kewalahan mengurus para anak buahnya.
"Males gue." Ibnu berlari keluar kelas dan entah menuju kemana. Ahmad yang kesal membuang sapu ke sembarang arah dan tak sengaja sapu itu mengenai kepala Dania.
"Ahmad, lo ngapain sih? Ngga liat ada gue disini hah? Kalo mau naro sapu itu disana! Di pojok noh. Ngapain sih ngelempar---" Ahmad tak tahan mendengar ocehan Dania yang cepetnya nauzubillah itu langsung membekap mulut Dania dengan tangannya.
"Berisik, Dan. Lo itu kalo ngomong kagak kira kira ya. Kek kereta aja cepet banget. Kagak ada spasinya lagi. Sakit kuping gue."
"Lepas ih! Ngapain lo?! Lo berani megang megang gue?! Ya Allah. Jauh jauh lo!" Dania menghempaskan tangan Ahmad yang tadi membekapnya. Ia segera berjalan keluar kelas dengan gaya bak model yang dibuat buat.
"Pusing gue ngeliatin perdebatan mereka." Ucap Melody tiba tiba. Ghevi dan Yasmine saling bertatap keheranan melihat tingkah Melody. Tumben sekali ia mau mengomentari orang lain. Wah, suatu kejadian langka!
"Lo sehat, Dy?" Yasmine menempelkan punggung tangannya ke dahi Melody.
"Lah? Gue? Alhamdulillah gue sehat. Ngapain tangan lo?"
"Wow! Suatu keajaiban dunia lo mau ngomentarin mereka. Kesambet apaan lo?" Tanya Ghevi dengan heboh.
Kelas mereka sudah sepi sekarang. Hanya tersisa mereka bertiga. Ahmad tadi juga langsung pergi entah kemana. Sapu yang tadi dilemparnya pun masih tergeletak rapi di lantai. Melody, Ghevi, ataupun Yasmine tidak peduli dengan sapu itu. Toh bukan mereka yang membuangnya.
"B aja keles. Udah yuk pulang. Kak Musical udah di depan jemput gue."
Ghevi dan Yasmine mengiyakan ajakan Melody. Mereka bertiga menggendong tas masing masing dan berjalan bersama menuju gerbang. Melody dan Yasmine berpisah dengan Ghevi yang berpamitan ke tempat parkir untuk mengambil motor Scoopy nya. Sampai di gerbang, Yasmine berpamitan pada Melody karena sudah dijemput oleh supir pribadinya. Melody langsung berjalan ke mobilnya. Kakaknya sudah menunggunya di dalam mobil.
"Kok keluarnya lama?" Tanya Musical saat Melody sudah masuk ke mobil.
"Iya tadi liat drama ketua kelas sama wakilnya dulu." Melody tertawa kecil mengingat perdebatan Ahmad dan Dania tadi.
Musical hanya ber'oh' ria lalu mulai melajukan mobilnya.
***
Melody adalah gadis yang sebenarnya bermuka dua. Itu karena jika di sekolah, ia akan terkesan menjadi gadis yang cuek, kurang peduli dengan keadaan sekitar, dan hemat bicara. Lain halnya jika di rumah. Dirumah, ia adalah gadis yang cukup terbuka dengan keluarganya, gadis yang ceria, dan cukup bawel. Dirumah, Melody akan menunjukkan sifatnya yang sebenarnya. Melody bebas berekspresi apapun.
"Melody pulaaaannggg!" Teriak Melody setelah membuka pintu rumahnya.
"Jangan teriak teriak, Melody. Telinga Mama masih berfungsi dengan baik ya." Mamanya, Jessica, menatap kesal ke arah putrinya yang justru dijawab dengan cengiran lebar. Melody menaiki tangga rumahnya dan masuk ke kamarnya.
"Musical pulang, Ma." Musical masuk ke rumah lalu menyalami tangan Mamanya.
"Musical mau ke atas ya, Ma. Mau ganti baju. Gerah." Jessica berdeham singkat. Musical melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.
Sebelum sampai di kamarnya, Musical melewati kamar adiknya. Pintu kamar yang tidak tertutup sempurna membuat Musical bisa melihat Melody yang tengah mengutak-atik laptopnya. Mimik wajahnya menunjukkan kalau ia sangat serius menekuni layar di depannya. Ia tengah mencari informasi tentang kompetisi biola seperti yang ada pada brosur yang kemarin ia dapat. Ia merasa penasaran dengan brosur itu. Entah bagaimana, tiba tiba ia ingin mencari kebenaran tentang brosur itu.
Karena penasaran, Musical memutuskan untuk masuk ke kamar adiknya.
"Dy? Kamu ngapain?"
"Emm..ini. Apa bener Minggu depan mau ada kompetisi biola di gedung kota, kak?"
"Hah? Oh, iya. Kakak lupa. Kemarin kakak dapet brosurnya kok. Dimana ya?" Musical mengubrak abrik tasnya. Ia mengambil selembar kertas dan memberikannya pada Melody. Brosur itu, brosur yang sama dengan brosur yang diberi Gilang. Ah, bukan Gilang, tapi Venus. Melody mengerutkan keningnya. Bagaimana bisa Venus mendapatkan brosur ini?
"Kakak dapet ini dari mana?" Tanya Melody.
"Dari temen kakak. Sepupunya dia jadi salah satu panitia di kompetisi itu. Jadi ya, dia punya brosurnya. Kenapa?"
Melody menggeleng cepat. "Hah? Ngga papa, kak."
"Kamu mau ikut kompetisi itu? Kalo iya, kakak bisa daftarin ke temen kakak."
Melody berpikir sebentar sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan kakaknya. "Engga kak. Melody lagi ngga tertarik buat ikut kompetisi."
Musical tersenyum tipis, ia mengacak rambut Melody sebentar. Setelah itu ia keluar dari kamar adiknya dan menuju ke kamarnya sendiri.
'Siapa Venus?' satu pertanyaan yang berputar di pikiran Melody saat ini. Mengapa seakan-akan Venus tahu segalanya? Bagaimana Venus mengenal Melody?
Melody menutup laptopnya. Ia berjalan ke lemari pakaiannya. Mengambil baju santai, kemudian melangkah ke kamar mandi dan mengganti seragamnya.
***
"Yasmine! Yas! Buka pintunya!" Teriak Mami Yasmine, Liana, dari luar kamarnya. Yasmine yang sedang menyumpal kedua telinganya dengan headset dengan volume yang keras membuatnya tidak mendengar teriakan Maminya. Ia tengkurap di atas kasurnya. Sesekali ia mengucapkan lirik lagu yang ia dengarkan. Yasmine memang memiliki suara yang bagus. Itu menurun dari Maminya yang pernah menjadi vokalis band terkenal pada masanya.
"Yas! Yasmine, ya ampun! Buka pintunya!" Kini Liana menggedor pintu kamar Yasmine sambil terus berteriak.
Yasmine sedikit mendengar gedoran pintu. Ia melepas headset di telinganya. Dan benar saja, Maminya menggedor pintu dengan kasar sambil terus meneriaki namanya. Ia bangkit dari kasurnya. Yasmine memutar kunci, terbukalah pintu kamarnya. Terlihat Maminya yang tengah berkacak pinggang menatap tajam ke arah Yasmine. Yang ditatap hanya menampilkan wajah polosnya.
"Makan siang! Dari tadi dipanggil panggil. Heran Mami. Ngapain aja kamu di dalem hah?!"
"Iya Mi, Yasmine makan. Yasmine tadi cuma dengerin lagu kok." Yasmine menutup pintu kamarnya dan berjalan malas ke ruang makan.
"Heh! Mami belum selesai ngomong, Yasmine!"
***
Haaaiii! Chapter kali ini sedikit lebih sedikit dari yang sebelumnya yaa :v buat next chapter insyaallah bakalan di update hari Kamis atau Jumat. Intinya salah satu dari dua hari itu. Atau nanti kalo authornya mood bisa dimajuin updatenya😂 see ya!
Salam hangat,
Syanantha ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Teen FictionSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...