"Ya." Satu kata yang entah mengapa terdengar menantang di telinga Melody.
Melody menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Apa yang lo mau, Venus Kevaro?"
Venus geram mendengar pertanyaan gadis yang ada di hadapannya sekarang. Ia mencoba sabar, menarik napas sebentar.
"Gue cuma mau lo ikut kompetisi itu. Sampe ketemu di gedung kota besok lusa." Venus meninggalkan Melody yang cukup kesal mendengar perkataan Venus.
'Mau apa dia? Apa untungnya gue kalo gue ikut kompetisi itu? Oke, untuk kali ini gue dengerin perkataan lo, Venus Kevaro. Gue bakalan ikut kompetisi itu.' batin Melody.
Melody menyesal telah keluar kelas. Niatnya untuk mencari udara segar, pupus sudah. Ia justru bertemu Venus dan membicarakan hal yang membuat moodnya hancur.
Melody masuk ke dalam kelas, sebelum ia mendudukkan dirinya di kursi, bel masuk berbunyi. Siswa siswi segera masuk dan duduk di kursi masing-masing. Kelas sempat hening beberapa saat sebelum Ahmad masuk ke dalam kelas dan memberitahukan kabar gembira.
"Kelas kita jamkos sampe bel pulang!!!!!"
Semua siswa berteriak kegirangan. Ada yang menggebrak meja, berteriak dengan gaya alaynya, dan segala macam bentuk kegembiraan ditumpahkan oleh setiap siswa.
Tak lama setelah itu, Dania masuk ke kelas dan mengabarkan sesuatu yang menambah kegembiraan para siswa.
"Pengumuman! Bulan depan, bakalan ada pertandingan basket di sekolah kita. Sekolah kita melawan SMA Pancasila. Dan, pertandingan itu diadakan di sekolah kita. Jadi semua kelas jamkos dan wajib menonton dan mendukung sekolah. Sekian, terimakasih."
Kelas tambah berisik saat Dania selesai mengumumkan pengumuman. Yasmine yang sedari tadi tidur, akhirnya bangun dan ikut berteriak gembira. Ghevi pun tak jauh berbeda. Ia menghentikan aktivitas menggambar abstrak lalu ikut berteriak. Melody yang moodnya sedang buruk hanya tersenyum tipis. Ia bisa saja ikut berteriak seperti siswa lain, tetapi ia masih sayang dengan harga dirinya. Imagenya mungkin akan langsung buruk jika ia tiba-tiba berteriak kegirangan seperti itu.
Ghevi heran melihat ekspresi Melody yang biasa saja. Ya, katakanlah itu memang sudah biasa. Hanya saja kali ini Melody terlihat menyembunyikan sesuatu.
"Dy? Lo ngga papa?"
Melody balik menatap Ghevi yang tengah menatap keheranan ke arahnya. Melody menggeleng, "gue ngga papa,".
"Kalo ada apa apa, lo bisa cerita ke gue atau Yasmine." Ghevi mengelus punggung tangan Melody pelan.
Melody mengangguk meyakinkan Ghevi.
Jamkos kali ini benar benar membuat Melody, Ghevi, dan Yasmine bosan. Teman sekelasnya pun banyak yang keluar kelas entah pergi kemana. Bayangkan saja, dalam satu hari ada 7 jam pelajaran, dan kelas Melody hanya terisi 3 jam pelajaran. Sisanya masih sangat lama. Sebagian besar kelas sedang jamkos sekarang. Mereka bertanya-tanya, mengapa sekolah tidak dibubarkan saja?
Ketiga gadis itu akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin. Tak peduli kalau sekarang sedang jam pelajaran. Toh kelas mereka jamkos, guru juga tidak ada yang memberi tugas.
Dan disinilah mereka sekarang, kantin sekolah. Mereka asyik mengobrol sambil menyantap mie ayam dan lemon tea.
"Eh, Yas. Gimana lo sama Nafi?" Tanya Ghevi tiba tiba.
Yasmine hanya tersenyum malu. Muncul semburat merah di pipinya. Melody yang tak mengerti maksud pembicaraan Ghevi akhirnya bertanya. "Siapa Nafi?"
"Oh iya, ya ampun! Gue ato Yasmine belum cerita apa apa ke lo ya, Dy? Hehee sorry ya. Nafi itu sahabatnya Venus. Lo tau Venus kan? Nafi ini orangnya yang mirip Cina gitu. Nah, Venus, Nafi, sama Gilang, mereka kan jadi most wanted di sekolah. Bayangin aja deh, Venus kapten basket, Nafi selalu dapet peringkat 1 seangkatan, terus Gilang atlet karate. Uuuhhh, suatu keajaiban yang haqiqi." Jelas Ghevi panjang lebar.
"Oo, cowok Cina yang kemarin kejar kejaran sama lo, Yas?" Yasmin mengangguk.
"Emangnya ada hubungan apa lo sama dia? Sejak kapan kalian saling kenal?" Tanya Melody.
"Ngga ada hubungan apa apa kok." Lagi lagi muncul semburat merah di pipi tirus Yasmine.
Ghevi menyikut Yasmine. "Udah, ceritain aja. Sahabat kita tuh."
Yasmine bercerita panjang lebar tentang perkenalannya dengan Nafi. Melody mendengarkannya dengan baik. Ghevi yang mendengar cerita ulang juga ikut memperhatikan.
"Ya gitu deh. Akhirnya gue kenal sama dia. Emang sih, perkenalan kita agak aneh gitu." Ucap Yasmine di akhir ceritanya.
"Oh, ya bagus."
Ghevi mengerutkan keningnya. "Bagus apanya, Dy?"
"Ya bagus. Siapa tau besok mereka bisa jadian kan? Biar Yasmine ngga kebanyakan ngayal tentang cowok juga." Melody berbicara santai seakan-akan semua akan terjadi sesuai perkiraannya. Yasmine mencibir. Baginya, Melody adalah satu satunya orang yang berani menyindir seseorang secara langsung. Terkadang memang menyebalkan, tetapi Yasmine setuju dengan tindakan seperti itu, itu artinya Melody tidak akan membicarakan keburukan seseorang di belakang.
"Gue sih amin-in aja lah. Gue setia menanti PJ dari lo, Yas. Gini aja, sebagai DPnya, mending lo bayaran ni mie ayam sama lemon tea gue. Duit gue habis tadi gara gara bendahara laknat itu. Apalagi kemarin gue ketemu cowok gila tapi ganteng di parkiran." Ghevi berdecak mengingat kejadian kemarin siang. Ia berniat untuk terlihat baik di mata Gilang, tapi yang terjadi ia malah bicara ketus.
"Siapa?" Tanya Melody dan Yasmine kompak.
Ghevi mulai menceritakan kejadian kemarin dengan cowok itu secara rinci kepada dua sahabatnya.
"Gitu aja lo udah baper, gimana besok kalo lo ditembak sama dia? Mau pingsan lo?" Lagi lagi Melody dengan santainya menyindir Ghevi yang jelas jelas ada di hadapannya. Ghevi dan Yasmine kompak melirik kesal ke arah Melody.
"Eh eh, itu ada Venus dkk. Ah, gue ketemu Nafi lagi." Yasmine berbinar melihat tiga orang cowok masuk ke kantin. Mereka bertiga duduk di pojok kantin. Sepertinya itu memang markas mereka.
Ghevi menengok ke arah yang dilihat Yasmine, "dan gue ketemu Gilang lagi."
Melody menatap ke arah ketiga cowok itu. Disana hanya ada Venus, Nafi, dan Gilang. Barusan Ghevi bilang kalau ia bertemu Gilang. Lagi? Apa Gilang yang dimaksud Ghevi adalah Gilang yang disuruh Venus memberikan brosur kepada Melody?
"Gilang? Itu Gilang yang lo maksud, Ghev?" Ghevi dan Yasmine memandang Melody intens.
"Iya. Kenapa?"
"Lo kenal, Dy?"
"Ngga." Jawaban Melody membuat kedua sahabatnya lebih menatapnya dengan tajam. Melody menyerah. Ia akhirnya menceritakan semua yang terjadi dengannya. Tentang Gilang yang memberikan brosur yang sebenarnya disuruh Venus, sampai pertemuan saat istirahat tadi dengan Venus.
Yasmine dan Ghevi terkejut mendengar semua cerita Melody. Cewek cuek seperti Melody bertemu dengan cowok cuek seperti Venus? Dan, bagaimana bisa Melody yang biasanya anti cowok bisa berurusan dengan Venus yang notabene nya sebagai salah satu most wanted di sekolahnya?
"Sedekat itukah lo sama Venus?" Tanya Yasmine.
Melody memutar bola matanya. Malas sekali jika harus berurusan dengan cowok. "Ngga. Dia aja yang aneh. Tiba tiba nongol dan cuma ngomong seperlunya yang buat gue makin ngga ngerti."
"Hello! Lo juga kalo ngomong seperlunya doang. Mirror, Dy." Melody melirik kesal ke arah Ghevi yang sangat berbicara dengan jujur.
"Gue kenyang." Melody meninggalkan selembar uang di meja dan pergi meninggalkan kedua sahabatnya.
"Gue heran, setiap Melody pergi dari kantin dan ninggalin kita, dia selalu bilang 'gue kenyang'." Ucap Ghevi sambil menirukan gaya bicara Melody.
"Biarin lah. Yang penting sekarang gue mau memandang Nafi."
Ghevi berdecak kesal melihat Yasmine. Yasmine menumpukan dagunya pada tangannya. Matanya berbinar seolah sedang melihat jutaan berlian. Ghevi sudah tau, sekarang pasti Yasmine sedang menghayal. Ghevi juga akhirnya ikut memperhatikan Gilang.
***
Sorry ya kemarin Sabtu author ngga sempet apdet, lagi males soalnya ^_^ tapi kan author baik jadi hari ini sekalian apdet 2 part 😁
Salam hangat,
Syanantha ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Novela JuvenilSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...