Lagi dan lagi. Satu minggu setelah pertandingan basket, Venus mulai latihan untuk pensi dua bulan lagi. Ia rajin ke rumah Melody untuk berlatih disana tiga kali dalam seminggu. Musical yang mengajarinya terkadang masih menampilkan sikap dinginnya. Terkadang saat istirahat atau pulang sekolah, mereka berlatih di ruang musik sekolah. Sekadar untuk memanfaatkan waktu. Venus sudah beralih ke piano. Ia tidak mau terlalu lama belajar gitar tapi ujung ujungnya ia tampil dengan piano.
Jari jarinya menari lincah di atas tuts piano ditemani gesekan biola yang menggema di ruang musik. Di tengah lagu, Venus berhenti, membuat Melody mau tak mau juga harus berhenti. Melody yang hendak mengomel langsung tutup mulut saat sebuah botol minuman dingin terulur untuknya. "Apa?"
"Buat lo."
"Thanks." Ia menerima botol itu. Membukanya, lalu meminumnya sedikit. Bel tanda masuk setelah istirahat sudah berbunyi sejak tadi. Tapi mereka sengaja memutuskan berdiam diri di ruang musik setelah meminta izin dengan Pak Andre dan Bu Wati dengan alasan ingin belajar untuk pensi. Dan beruntungnya, mereka mendapatkan izin itu sehingga mereka tidak perlu repot-repot mengikuti pelajaran di kelasnya.
"Latihannya di pending dulu napa. Lagian masih lama juga kan." Ucap Venus setelah meneguk minumannya.
"Ngga. Apaan si. Nanti kalo lama ngga latian, lo lupa lagi." Tolak Melody.
Venus berdecak. "Lo tau? Gue sekarang jarang latian band ato kumpul kumpul sama curut curut gue tau ngga."
"Sayangnya gue ngga tau dan ngga mau tau," Melody meletakkan botol minumnya di sebelah kotak biolanya. "Udah, ayo latian lagi."
Mau tak mau, Venus harus melanjutkan latihannya. Ia sangat menyesal karena telah meminta hal aneh pada Melody. Kalau tahu akan seperti ini, ia bisa saja meminta Melody hal lain untuk memaafkannya.
***
"Allahu Akbar!!!"
Ghevi berteriak saat ia akan keluar kelas, tepat di pintu, ia melihat wajah gila Gilang yang terpampang jelas tepat di depan wajahnya.
"Hai calon pacar!"
"Astaghfirullah lo lagi! Kenapa sih dunia ini sempit banget?!"
"Ngomongnya santai aja sayang. Dunia ini lebar kok, kecuali dunia kamu yang emang sempit, karena cuma ada kamu dan aku." Goda Gilang. Nafi yang ada di belakangnya mengetuk ngetukkan kepalanya ke tembok. "Ngapain lo?" Tanya Gilang.
"Gue kayanya nyasar ke dunia lain deh. Di dunia gue kagak ada orang gila kaya lo!" Nafi meninggalkan Gilang menuju kantin, menyusul Venus yang baru saja WhatsApp kalau ia ada disana.
"Eh! Tungguin gue Abang Nafi! Calon pacar, gue pergi dulu ya. Jangan kangen. Bye!" Gilang berlari menyusul Nafi yang sudah jauh di depannya.
Cowok Cina itu memindai isi kantin, dan menemukan sahabatnya duduk sendirian di pojok kantin sambil bermain ponsel. "Woy!"
"Bangsat!" Teriak Venus.
"Your mouth!" Nafi balas berteriak. Siswa disekeliling mereka sempat menengok sebentar lalu melanjutkan aktivitasnya masing-masing.
"Ngapain sih lo? Ngumpat sembarangan. Kagak tau ini kantin lagi rame ramenya?"
Venus melirik sebal. "Ya lagian lo. Gue lagi main game, ngagetin aja."
Nafi melirik ponsel Venus yang menampilkan game piano tiles. "Anjir selera lo ganti Ven? Udah kagak suka mobilejen terus berpaling ke piano tiles kek gini?" Ia tertawa terbahak-bahak saking gelinya.
"Diem lo!"
Tiba tiba, Gilang muncul dengan napas yang terengah-engah. Ia duduk di depan Venus lalu menyambar gelas es teh yang ada di atas meja dan meneguknya tanpa ampun. Dalam hitungan detik, gelas itu sudah kosong, hanya tersisa tiga balok kecil es batu yang akhirnya dimakan juga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Novela JuvenilSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...