"Lo kesambet apaan mau nraktir kita kita?" Tanya Melody di perjalanan.
"Hidup emang kek lagunya Raisa ya. Serba salah. Gue baik, salah. Gue jahat, juga salah."
Melody mengerutkan keningnya, "Lo lagi ngelawak Ven?"
"Menurut lo?"
"Menurut gue, lo bukan ngelawak."
"Terus?"
"Lagi curhat." Jawabnya polos.
Venus tertawa. Tapi bukan tertawa asli. Tertawa dibuat-buat. Seakan jawaban polos Melody perlu ditertawakan.
"Oh ya, gue seneng banget sama pensi tadi." Ucap Venus sambil melirik Melody yang ternyata sedang sibuk menatap ponselnya.
"Gue juga."
Venus merasa kurang puas dengan jawaban Melody yang sangat singkat dan flat. Semenjak ia latihan untuk pensi, Melody mulai menunjukkan sifat aslinya. Gadis yang ceria. Sehingga mendengar Melody yang jutek membuatnya sedikit kesal. "Kalo ada orang ngomong, diperhatiin. Bukan malah fokus ke yang lain." Sindirnya.
"Venus, lo itu lagi nyetir. Kalo gue ngeliatin lo terus lo ke-geer-an terus salfok, kelar hidup gue. Gue ngga mau mati muda ya. Apalagi mati konyol cuma gara gara lo lagi nyetir terus salfok sama kecantikan gue."
Venus mendengus, 'ni bocah udah ketularan Ghevi keknya. Ngomong seenaknya aja. Tapi bener sih yang dia omongin.'
"Gue bisa baca pikiran orang."
Cowok itu terkejut mendengar perkataan Melody. Jangan jangan, Melody sedang membaca pikirannya sekarang.
Tiba tiba, Melody tertawa terbahak-bahak membuat Venus mengerutkan keningnya. "Astaga Venus! Muka lo tolong kondisikan ya. Gue boong elah. Ya kali gue beneran baca pikiran orang. Emang gue cenayang?"
"Ga lucu!"
"Ih, emang siapa yang bilang lucu?"
***
Di mobil Nafi, suasana hening. Nafi masih deg-degan karena penampilannya tadi. Ia tidak pernah menyangka kalau ia berani melakukannya, terlebih mendahului kedua sahabatnya. Yasmine juga masih deg-degan karena hal yang dilakukan Nafi. Ia tidak pernah menyangka kalau semua terjadi begitu cepat.
Nafi Fahreza, cowok yang awalnya hanya ia kagumi. Yang tiba-tiba masuk ke kehidupannya berkat kejadian di tangga saat itu dan Melody yang memiliki urusan dengan Venus. Oke, sepertinya Yasmine harus berterimakasih kepada Melody dan Venus.
"Yas,"
Yasmine sedikit gugup saat menoleh ke arah Nafi yang sedang fokus menatap ke depan. "Ya?"
"Gue bingung mau ngomong apa sebenernya." Ucap Nafi disertai kekehan kecil.
Lagi lagi mata itu, mata sipit itu. 'Gue lagi ngga mimpi kan? Gimana bisa gue sedeket ini sama Nafi?'
"Naf,"
"Ya?"
"Gue ngga nyangka sama---" belum selesai Yasmine berbicara tapi sudah dipotong oleh Nafi. "Sama kita?"
"Hah?"
"Gue nembak lo nya terlalu cepet ya?"
"Eng...engga...maksud gue..."
"Gue orangnya ngga suka nunggu terlalu lama. Kalo kesempatannya udah ada, laksanain. Ngga perlu nunda nunda lagi. Ya kan?"
Yasmine yang mengerti arah pembicaraan ini, mengangguk. "Gue pikir, lo udah punya pacar." Nafi mengerem mobilnya mendadak, membuat Yasmine sedikit terpental ke depan.
"Sori Yas. Gue kaget sama pertanyaan lo."
"Itu...bener?" Tanya Yasmine hati hati.
Nafi memutar posisinya menjadi menghadap Yasmine. Ia menarik sedikit dagu Yasmine ke atas. "Siapa yang bilang, hm?"
"Ngga ada yang bilang."
"Terus?"
"Waktu itu, gue liat lo di mall lagi jalan berdua sama cewek, kalian keliatan mesra." Yasmine langsung memalingkan wajahnya ke jendela, ia takut Nafi akan merespon yang tidak-tidak.
Cowok itu berpikir sebentar, lalu teringat sesuatu. Ia menarik wajah Yasmine supaya mau menatapnya. "Lo mau tau dia siapa?"
"Siapa?"
"Dia kakak gue. Namanya Fina."
Yasmine terkejut. Ia tak pernah tau kalau Nafi memiliki kakak perempuan. Setahunya, Nafi adalah anak tunggal.
"Lo pasti bingung ya? Gue punya kakak cewek. Namanya Fina Farriza. Iya, namanya mirip sama gue. Dia udah kuliah sekarang, jurusan arsitektur. Dulu waktu SMA, kakak gue tinggal di Bandung, sama nenek gue. Terus waktu kuliah, dia balik lagi kesini. Makanya Venus ataupun Gilang jarang ngebahas tentang dia." Cowok itu mengacak rambut Yasmine pelan. "Lo jangan salah sangka ya. Lain kali gue ajak lo ketemu kak Fina deh. Dan mulai sekarang, gue ataupun lo harus saling terbuka, biar bisa saling kenal lebih jauh, oke?"
Yasmine mengangguk. Sepertinya ia blushing sekarang. Kata kata Nafi membuatnya lebih tenang. "Udah yuk, jalan. Kasian kalo yang lain nungguin kita." Nafi tersenyum tipis, ia melajukan mobilnya kembali.
***
Acara makan-makan yang ditraktir Venus berjalan mulus. Venus ternyata sudah memesan tempat bahkan makanannya. Sesampainya disana, di atas meja sudah tersedia banyak makanan. Acara makan itu penuh canda tawa. Sampai waktu semakin sore dan mereka memilih kembali ke rumah masing-masing setelah mengucapkan terimakasih kepada Venus.
"Assalamualaikum, Yasmine pulang!!!"
"Waalaikumsalam, pulang sama siapa Yas?" Tanya Liana yang sedang duduk di sofa ruang keluarga sambil bernyanyi mengikuti lagu yang sedang diputar di ponselnya.
"Sama Nafi, Mi."
"Nafi? Nafi yang suka kamu ceritain itu? Yang sipit?"
Yasmine tersenyum, "Iya Mi. Yaudah Yasmine mau ke kamar. Mau mandi."
"Eehh, nanti dulu. Kamu hutang cerita sama Mami. Masuk ke rumah ketawa-ketawa ngga jelas, heran Mami. Jangan jangan, kamu udah pacaran sama Nafi Nafi itu ya?" Yasmine tidak menjawab apapun, ia masih malu mengakui kalau ia dan Nafi sudah berpacaran. Ia langsung masuk ke kamarnya.
Sampai di kamar, ia menghempaskan tubuhnya ke kasur setelah melepas high heels dan meletakkan tas selempang nya. Yasmine tersenyum sendiri sambil menatap langit kamarnya yang berhiaskan hiasan bintang kecil glow in the dark yang dibelinya bersama Melody dan Ghevi.
Gadis itu bangkit, mengambil ponsel di tasnya. Ia membuka lock screen lalu menuju galeri. Dibukanya foto candid Nafi yang sedang meng-shoot bola basket ke dalam ring. Yasmine mengambil foto itu saat pertandingan basket kemarin. Digeser layar itu, foto Nafi saat bermain gitar di rumah Melody waktu itu. Lalu foto Nafi saat tampil tadi, yang baru saja dikirim melalui WhatsApp oleh Shasi, rekan OSISnya yang bertugas sebagai seksi dokumentasi. Dan masih banyak foto Nafi yang lain. Senyum Yasmine selalu mengembang saat memandang foto foto itu.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
JugendliteraturSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...