Cowok itu berjalan menyusuri koridor yang sudah sepi karena bel pulang berbunyi sudah berbunyi sejak tadi. Di sekolah hanya tersisa beberapa siswa yang mengikuti ekskul atau kerja kelompok. Ia melangkahkan kakinya menuju ruang musik, dimana seorang gadis yang ia cari sedang berada disana.
Di depan ruang musik, alunan tuts piano terdengar samar karena ruang musik yang dilapisi karpet kedap suara. Ia membuka pintu, menemukan seorang gadis duduk membelakanginya.
Permainan pianonya tidak seindah pianis terkenal, tetapi masih dapat didengar dengan baik. Gadis itu menghentikan permainannya saat mendengar deheman seseorang. Ia membalikkan badannya, terlihat cowok yang sudah ia kenal berdiri di dekat pintu dengan jaket hijau army melekat di tubuhnya.
Cowok itu mendekat. Ia menarik sebuah kursi ke dekat gadis itu lalu mendudukkan tubuhnya disana. Gadis itu memalingkan wajahnya, ia sedang tidak ingin melihat cowok didepannya sekarang. "Lo bisa main piano juga?"
"Cuma iseng."
"Kenapa ngga mainin biola?"
"Ngga ada biola disini."
Keheningan menyelimuti diantara mereka. Sampai akhirnya Venus buka suara. "Gue minta maaf."
Gadis bernama Melody itu menatap tajam cowok dihadapannya. "Buat?"
"Gue udah bocorin rahasia lo ke Pak Andre. Gue pikir dengan begitu, lo bisa lebih leluasa menampilkan bakat lo. Tapi ternyata gue salah, lo justru ngerasa terganggu."
"Percuma lo minta maaf, Ven. Udah terlambat." Ucapnya lirih.
Venus masih menatap Melody, matanya memancarkan rasa bersalah. "Gue tau. Tapi seenggaknya lo mau maafin gue."
Melody menghembuskan napas panjang. "Gue udah maafin lo."
"Maaf. Gue bakal ngelakuin apapun asalkan lo maafin gue. Gue bener bener ngga tau kalo pernah terjadi sesuatu sama lo."
"Ngga usah lebay. Gue ngga mau lo ngelakuin apapun." Melody tahu kalau kemarin Venus menemui Ghevi dan bertanya tentangnya, Ghevi yang memberitahu. Sebenarnya ia sedikit kesal dengan Ghevi yang seenaknya menceritakan masa lalunya pada orang lain. Tapi Ghevi berhasil membujuknya. Melody berdiri, hendak pergi keluar. Atmosfer di ruang musik memanas membuatnya tak betah lama-lama berada disana.
"Kalau lo lupa, gue tau semua tentang lo, Melody."
Melody menghentikan langkahnya. Ia menghadapkan tubuhnya ke arah Venus. Lagi lagi cowok ini membuatnya bertanya tanya.
"Gue mau bicara banyak sama lo,"
Saat Melody akan membuka mulutnya, Venus langsung memotongnya. "Dan gue ngga nerima penolakan."
Melody akhirnya kembali duduk di kursi yang sebelumnya ia duduki. Ia duduk sejajar dengan Venus, tetapi masih tidak ingin menatap cowok itu.
Venus mengeluarkan sesuatu dari kantong jaketnya, sesuatu yang membuat Melody terkejut bukan main. "Punya lo kan?"
Ditariknya tangan Melody dan diletakkan kalung silver di atas telapak tangan gadis itu. Melody memperhatikan setiap bagian dari kalung itu untuk memastikan kalau itu adalah kalung miliknya yang selama ini hilang. Ia melihat ukiran huruf MA yang merupakan inisial namanya dibalik liontin kalung itu. Kalung hadiah dari Musical saat ulang tahunnya yang ke sebelas. "Gimana bisa kalung ini ada di lo?"
"Kita udah pernah ketemu sebelumnya."
Gadis itu mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"
"Lima tahun lalu. Lo nolongin gue waktu gue keserempet motor. Apa lo inget?"
"Gue rasa engga." Tambahnya.
Melody mengerutkan keningnya, mengingat ingat hal yang dimaksud Venus. Ada beberapa kepingan memori yang terputar di otaknya, tapi ia belum bisa mencernanya. "Bisa jelasin lebih detail?"
"Lo ngebantuin gue ngebersihin luka gue. Lo juga ngasih gue eskrim sama coklat. Kita makan eskrim bareng waktu itu. Lo cerita banyak hal ke gue. Tentang keluarga lo, sekolah lo, dan kecintaan lo ke biola."
Melody merasa de javu saat itu juga. Kepingan memori tadi mulai tersusun hingga muncul satu nama di benaknya. "Vero?"
Venus tersenyum tipis. Gadis dihadapannya ternyata masih mengingatnya, meskipun butuh waktu untuk menjelaskan nya.
"Wait. Lo? Vero? Venus? Venus Kevaro?"
"Yes, i am."
"Apa dunia sesempit ini?" Ucap Melody tak percaya. Cowok seumurannya yang ia tolong di halte lima tahun lalu, kini ada di hadapannya.
"Ini namanya takdir."
"Kalung ini?" Tanyanya sambil mengangkat kalung tadi.
"Gue nemuin itu di halte waktu gue mau pulang ke rumah. Gue rasa itu punya lo yang jatuh."
Melody tersenyum sampai menampilkan gigi gingsulnya. "Thanks Ven. Kalung ini berharga banget buat gue. Bertahun-tahun gue nyari tapi hasilnya...nope." Venus ikut tersenyum, rasa bersalahnya perlahan hilang. Ternyata mood Melody mudah sekali berubah. Tadi ia cuek, sangat cuek. Sekarang, hanya karena kalung itu, ia bisa tersenyum lebar.
"Apa yang gue lakuin barusan udah ngebuat lo buat maafin gue?"
"Ven, udah gue bilang, gue udah maafin lo."
"Tapi gue masih ngerasa bersalah. Seenggaknya minta sesuatu kek, sama gue." Bujuk Venus.
Melody diam sebentar, kemudian senyum smirk nya mengembang. "Oke, gue minta lo tampil sama gue waktu pensi besok." Mata Venus membulat sempurna lalu menggeleng cepat. "Gue ngga mau."
"Yaudah, lo ngga dapet maaf dari gue." Ucap Melody santai. Ia masih sibuk memandangi kalungnya.
"Ck, yang lain aja. Gue ngga mau kalo harus berurusan sama alat musik." Elak Venus.
"Why?"
"Gue ngga bisa main alat musik. Pertama, karena gue cuman suka ndengerin musik, bukan mainin alat musik. Kedua, gue ngga tertarik sama sekali sama yang namanya alat musik. Ketiga, gue males kalo harus belajar alat musik, buang waktu aja."
Melody tertawa mendengar penuturan Venus. "Alasan lo ngga logis banget."
"Bodoamat."
"Yaudah, gue juga bodoamat. Pokoknya lo harus tampil sama gue waktu pensi."
Venus masih tetap pada pendiriannya. Ia memang tidak bisa memainkan alat musik. Di grup bandnya, ia menjadi vokalis, untung saja ia mempunyai suara yang bagus. Nafi pernah mengajari Venus bermain gitar, tetapi baru satu Minggu ia belajar sudah menyerah. Gilang juga pernah mengajari Venus bermain drum, tetapi baru tiga hari latihan, drum Gilang jebol karena dipukul terlalu kuat.
"Gue ngga mau. Lagian lusa kan gue mau ada pertandingan, jadi gue ngga punya waktu buat latian pensi." Sangkal Venus.
"Gini ya, kapten, lo itu tandingnya lusa. Sedangkan pensi dua bulan lagi. Jadi lo masih punya banyak waktu buat latian."
"Gue ngga mau."
"Ck, capek gue ngomong sama lo." Melody berdiri dan meninggalkan Venus sendiri di ruang musik.
'Dasar cewek moody. Dikit dikit cuek, dikit dikit senyum, eh, balik cuek lagi.' batin Venus.
***
Author mau mengucapkan terimakasih buat 1k reads🎉jujur, author seneng banget. Maklum ya, ini cerita pertama, pengalaman pertama juga😂. Sekali lagi makasiiiihhhh <3
Cuma mau ngasih tau kalo vote dan comment dari kalian sangat berharga bagi author😄jadi ya...u know
To be continue........

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Fiksi RemajaSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...