Chapter 25

3.6K 182 41
                                        

Lagu itu berakhir dengan baik. Venus dan Melody menyanyikan lagu dengan apik. Tanpa koordinasi terlebih dahulu pun, mereka bisa membagi lirik lagunya.

"Panas gila! ACnya dinginin lagi dong." Pelipis Gilang sudah dipenuhi keringatnya. Harus diakui, permainan drum Gilang patut diacungi jempol.

Ghevi yang berada di dekat meja tempat remote AC berada, mengambilnya dan mendinginkan suhunya. "Sampe segitunya, Lang?"

"Udah biasa. Itung itung olahraga. Tangan sama kaki gue kan jadi gerak semua. Music is everything." Gilang berkata sambil tersenyum. Ia melonggarkan dasinya dan melepas dua kancing seragamnya yang paling atas.

"Heh! Lo mau ngapain Lang?! Gue cewek dodol!" Heboh Ghevi.

"Apaan sih? Gue pake baju dua kok. Nih." Gilang menunjukkan kaos putih di balik seragam sekolahnya. Ghevi bernapas lega.

"Pikiran lo kemana mana ya? Ngaku lo." Serbu Yasmine.

"Paan si ah."

"Udah ini kita latian yang bener kapan?!"

Mereka semua menengok ke arah Venus yang tiba tiba berteriak. Sepertinya ia bosan.

"Heh planet! Yang latian kan cuma lo. Gue sama yang lain kan cuma bantu. Ralat, yang latian lo sama Melody."

"Mending kita ke rumahnya Melody, yuk! Kita latihan disana. Melody punya ruang musik loo." Ajak Yasmine.

Melody membulatkan matanya. "Kok gue sih? Kenapa juga lo yang ngajak, kan itu rumah gue."

"Yaudah santai aja sih. Ngga papa lah, Dy. Udah lama juga gue ngga main ke rumah lo. Kuy!" Ghevi mencabut kabel keyboard lalu menggendong tasnya.

"Kuy lah!" Yasmine, Nafi, dan Gilang juga melakukan hal yang sama. Membereskan alat musik masing-masing lalu menggendong tasnya.

"Woy, tungguin gue!!!" Melody buru buru mengembalikan mikrofon ke tempatnya semula. Ia mengambil tasnya. Ketika melihat Venus yang masih diam di tempat, ia merebut mikrofon yang masih dipegang Venus lalu dikembalikan ke lemari. Melody mengambil tas Venus dan menarik paksa tangan pemilik tas itu.

Mereka berenam sampai di parkiran sekolah. Venus dan Melody yang tadi tertinggal juga sudah ada.

"Yas, pesen taksi buruan." Suruh Ghevi. Dalam hal pesan online entah itu barang, makanan, ojol, semua menjadi urusan Yasmine.

"Eh..udah ngga usah, Yas. Gue nyuruh kak Musical njemput kita aja. Irit duit."

"Ngga usah. Lo sama gue." Ucap Venus.

Kini giliran Venus yang menarik paksa tangan Melody. "Eh eh eh! Mau ngapain?!"

Venus membawa Melody ke sebelah motor sport miliknya. Ia naik terlebih dahulu, memakai jaket dan helm full face nya, lalu menyuruh Melody untuk naik. "Naik buruan." Melody masih saja diam. Tatapan matanya seakan ingin menerkam mangsa didepannya.

"Ngeliatin guenya b aja. Gue tau gue ganteng."

"Ish. Geli banget gue tau ngga."

"Buruan naik!"

Melihat Melody yang masih diam, membuat Venus kebingungan. "Ngga bisa naik? Ketinggian? Iya? Makanya tinggiin badan!" Venus tertawa kecil di dalam helm full face nya.

"Lo aja yang mirip tiang listrik. Dasar planet nyebelin!"

"Ayo naik." Venus mengulurkan tangan kirinya untuk tumpuan Melody. Melody memang tergolong pendek. Tingginya saja hanya sepundak Venus. Oke, mungkin karena Venus yang mirip tiang listrik.

Melody [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang