Mobil Gilang berhenti tepat di depan rumah Ghevi. Ghevi melepas seat belt lalu hendak membuka pintu mobil. Namun, Gilang mengunci pintu mobil secara otomatis.
Ghevi berbalik, menatap Gilang yang tengah merapikan jambul kesayangannya. "Buka pintunya." Oke, itu tidak terdengar seperti perintah atau permintaan. Hanya sebuah kalimat singkat.
"Tunggu sini dulu, sebentar aja."
Seketika bulu kuduk Ghevi berdiri, mendengar suara Gilang yang sangat lembut dan pelan, nyaris seperti bisikan. Ia melirik Gilang yang ternyata sedang memperhatikan nya. Ghevi mengusap tengkuknya untuk menghilangkan kegugupannya. "Lo ngap-ngapain si-sih Lang?"
"Jangan gugup gitu, gue ngga gigit. Btw, tumben lo manggil gue 'Lang'?"
"Pengin aja." Jawab Ghevi cepat.
Gilang menampilkan senyum smirk nya ke arah Ghevi, membuat Ghevi semakin salah tingkah. "Ghev,"
Dengan ragu Ghevi menoleh ke arah Gilang. "Apa?"
"Lo---Gilang menjeda ucapannya sebentar---ngga mau kaya Nafi sama Yasmine?"
"Maksud lo?"
Cowok itu menarik napas panjang, "Lo udah siap denger gue ngungkapin sesuatu ke lo?"
Ghevi meremas tali tas selempangnya. Matanya menatap kemana-mana.
"Kalo lo belum siap ngga papa. Gue ngga mau maksa. Gue selalu nungguin lo sampe lo bener bener siap."
Ghevi masih diam dengan jantungnya yang berdegup kencang. Gilang menekan sebuah tombol disampingnya hingga pintu mobil sudah tidak terkunci lagi.
"Lo udah boleh turun."
Ghevi tersenyum singkat ke arah Gilang lalu langsung turun tanpa mengucap apapun. Gadis itu langsung masuk ke rumahnya. Ia berhenti di jendela ruang tamu, untuk memastikan kalau Gilang sudah pulang. Sepertinya Gilang sedari tadi memperhatikan nya. Cowok itu melambaikan tangannya ke arah Ghevi dari dalam mobil. Setelah itu barulah mobil itu berjalan.
Ghevi menghembuskan napas lega. Saat ia berbalik badan, Difa muncul secara tiba-tiba.
"Allahu Akbar! Bunda! Ngagetin aja."
Difa tertawa, "Lagian kamu baru pulang, ucap salam engga, langsung nyelonong masuk, tau tau ngintip di jendela, maksudnya apa coba?"
Ghevi meringis, ia tidak sadar kalau Bundanya memperhatikan nya. "Maaf Bun. Ghevi ke atas dulu."
"Eh bentar." Ghevi menghentikan langkahnya. "Kamu udah makan?"
"Udah Bun, barusan temen aku nraktir."
"Siapa?"
"Venus."
"Pacarnya Melody?"
"Otw Bun." Ghevi berlari menaiki tangga sambil tertawa kecil. Gadis itu memang selalu bercerita tentang kesehariannya pada Bundanya. Ia anak tunggal, tidak ada yang bisa ia ajak curhat, tidak seperti Melody yang punya kak Musical. Ayah Ghevi sibuk dengan pekerjaannya, Ghevi tidak ingin menambah beban. Hanya pada Bundanya Ghevi bercerita segala hal. Bahkan semua tentang Melody atau Yasmine, Bundanya tau.
Gadis itu masuk ke dalam kamarnya. Ia mengganti dress nya dengan baju santai. Setelah itu, ia duduk di pinggiran kasur, memijat kakinya yang terasa pegal karena tidak biasa memakai high heels.
Sebuah notifikasi WhatsApp masuk ke ponselnya yang berada diatas nakas. Ia mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi hijau itu.
Gilang
Jangan buat gue nunggu terlalu lama, Ghev :)
![](https://img.wattpad.com/cover/146598261-288-k814773.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Teen FictionSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...