Gadis cantik itu keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya. Ia duduk di meja riasnya, menatap pantulan dirinya. Dirinya hanyalah seorang gadis manja. Manja kepada kedua orangtuanya, terlebih lagi pada kakak laki-lakinya. Ia tidak menyangka kalau ia sudah melewati banyak hal selama enam belas tahun ini. Masa kecilnya bersama keluarganya yang hangat, masa putih merah yang masih polos, masa putih biru yang mulai menginjak masa remajanya, dan sekarang, masa putih abu-abu nya yang dipenuhi dengan beranekaragam cerita.
Gadis itu mulai menyisir rambutnya yang sudah sepinggang. Tiba tiba, pintu kamarnya dibuka dengan kasar oleh seorang pemuda yang sangat ia sayangi. Gadis itu sempat kaget dan berdecak melihat apa yang barusan kakaknya lakukan.
"Ya ampun, kak! Kalo mau masuk ketok pintu dulu dong. Gimana kalo kakak masuk terus Melody lagi ngga pake baju?"
Pemuda itu menampilkan sederet giginya yang rapih, tidak seperti adiknya yang memiliki gigi gingsul. "Kenapa emang? Kita kan kakak adek. Emang kamu ngga inget, dulu kita pernah mandi bareng, tidur bareng, terus hmmpphhh---"
Gadis itu membekap mulut kakaknya, "Udah ya kak, jangan dilanjut pliiss."
"Allahu Akbar! Gimana kalo tadi kakak kehabisan napas terus kakak dipanggil sama Allah?" Pemuda itu mengatur napasnya yang tidak beraturan. Wajahnya sudah merah padam. Adiknya hanya terkekeh geli melihat wajah merah kakaknya.
Musical merebahkan tubuhnya di kasur Melody. Ia sempat menyalakan AC di kamar adiknya. Ia berguling-guling kesana-kemari hingga kasur Melody berantakan.
"Subhanallah, kak Musical! Kasur Melody berantakan ih. Nanti kalo Mama marah gimana? Awas! Minggir! Astaga, kakak berat banget sih?!"
Melody berusaha sekuat tenaga untuk menarik Musical dari kasurnya. Ia yakin, Jessica akan ngamuk jika tau kasur Melody berantakan seperti itu.
Tiba tiba, Musical menarik tangan Melody sehingga gadis itu jatuh ke kasur, disamping kakaknya. "Ish, kakak apaan sih?!" Melody bangkit dan duduk bersila di sebelah kakaknya yang masih tengkurap.
"Habis dari mana tadi? Kok kakak ngga boleh njemput?"
Melody turun dari kasur, mengambil tusuk konde dari meja riasnya, lalu kembali ke kasur. Ia mengangkat tangannya, menggelung rambutnya dan menusukkan tusuk kondenya. "Ngga habis dari mana mana." Jawabnya santai.
Namun, bukan Musical namanya jika langsung percaya begitu saja. Saat jam pulang sekolah Melody, Musical menghubungi Ghevi, menanyakan keberadaan adiknya. Ghevi bilang kalau Melody ada urusan yang tidak ia ataupun Yasmine ketahui.
"Oh." Musical memilih untuk mengabaikan hal itu. Biarlah Melody yang bercerita sendiri nantinya.
"Kak?"
"Hm."
"Kalo orang lain tau Melody bisa main biola, kira kira gimana pendapat mereka?"
Deg.
Musical memfokuskan dirinya pada adik kecilnya itu. "Maksudnya?"
"Ya, kalo misal ada orang yang tau kalo Melody bisa main biola, gimana pendapat mereka tentang hal itu? Apa ada diantara mereka yang..."
"Ada orang lain yang tau tentang itu?"
Pertanyaan Musical sukses membuat Melody gelagapan. Ia memang tidak akan pernah bisa menyembunyikan sesuatu dari kakaknya. "Engga. Ngga ada."
Pemuda itu mendengus, ia melihat adiknya yang tidak berani menatapnya. Pandangannya kemana mana. Itu artinya, memang ada yang disembunyikan olehnya. Musical yang mengerti memilih untuk menasehati adiknya, "Lebih baik lupain semuanya. Sekarang semua baik baik aja kan? Ngga akan terjadi apapun. Kalo orang lain tau ya biarin, kamu cuman perlu nunjukin diri kamu yang sebenernya, itu aja. Kembalilah jadi Melody yang dulu."
Kalimat terakhir Musical membuat Melody menatap kakaknya. Bola mata kakaknya yang kecoklatan, sama seperti dirinya, tengah menampilkan sorot kesedihan. Kejadian beberapa tahun lalu terputar kembali di otaknya, layaknya film.
"Ngga usah terlalu dipikirin. You can do it! Kakak bakal selalu dukung apapun yang kamu lakuin. Intinya, jangan sering ngingetin kejadian itu. Kejadian buruk ngga perlu dikenang kan?" Melody mengangguk pelan. Musical turun dari kasur Melody. Ia mencium kening Melody sebentar lalu keluar dari kamar adiknya. Ia sengaja membiarkan Melody memikirkan kata katanya.
Benar saja, Melody termenung memikirkan perkataan kakaknya. Terbayang wajah Venus, tantangan Pak Andre, biola, wajah Musical, dan orang itu.
***
Besok udah lebaran aja😚
Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin 🙏
Maap kalo author punya salah sama kalian ☺
Happy Eid Mubarak 🎉Oya, aku mau promosiin nih temen aku yang nulis cerita jugaa looh
Ayook mampir!! Siapa tau suka❤
See u next chapter 😋
Salam sayang,
Gilang yang paling ganteng sejagad raya😎*Padahal di chapter ini ngga ada Gilang wkwk😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Teen FictionSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...