Chapter 35

2.9K 173 9
                                    

Melody tengah melangkahkan kakinya menuju kamarnya saat suara lembut Mamanya menghentikannya. Ia menoleh ke arah Mamanya yang baru keluar dari kamarnya. Sepertinya Papanya belum pulang dari kantor.

"Kamu habis darimana sayang?" Tanyanya lembut sambil mengelus rambut Melody. Melody hanya diam menatap Jessica. Ia merasa sedikit jauh dari wanita yang telah melahirkannya ini. Sudah dibilang kan, kalau Melody lebih dekat dengan kakaknya dibanding dengan kedua orangtuanya.

"Mama!" Gadis yang masih mengenakan seragam sekolahnya itu berhambur memeluk Jessica. Biarlah Jessica kebingungan, ia hanya ingin menjadi anak yang dekat dengan ibunya, yang selalu bercerita segala hal dengan ibunya, yang sering shopping bersama ibunya, seperti anak perempuan lainnya. Melody jarang merasakan hal itu.

Jessica membalas pelukan putrinya. Ia merasa, Melody membuat baju bagian pundaknya basah. Ia menangis. Jessica tau itu. Jessica juga tau apa yang membuat putrinya seperti ini.

"Assalamualaikum say---"

Perkataan Samuel terhenti saat melihat kedua wanita yang disayanginya tengah berpelukan di ruang tamu. Ia bisa melihat kalau Melody menangis. Melody terlebih dahulu melepaskan pelukannya dan menatap Papanya.

"Melody kenapa?" Tanyanya dingin.

Melody menunduk takut. Jessica menyuruhnya untuk masuk ke kamar, membersihkan diri, lalu tidur. Tadinya ia menyuruh Melody untuk makan, tapi Melody mengatakan kalau ia sudah makan. Iya, makan sate lontong bersama Venus tadi sudah membuatnya kenyang.

"Apa yang terjadi pada putriku?" Jessica mengambil alih tas kerja yang ada di tangan Samuel. Ia menarik lengan Samuel untuk duduk. Samuel menurutinya. Ia meminta Jessica untuk menceritakan semuanya.

Ya, Jessica menghubungi Ghevi saat itu karena Melody tidak mengangkat teleponnya dan tidak membalas satupun pesannya. Ghevi mengatakan kalau sebelumnya mereka makan bersama di cafe, lalu Melody menerima telepon dari Musical. Ghevi juga memberitahukan obrolan antara Melody dan Musical di telepon kala itu. Ghevi pikir, tidak masalah kalau Jessica tau karena ia ibunya. Ia bercerita tentang Melody yang tiba-tiba terdiam dan pergi begitu saja. Lalu Venus yang juga ikut meninggalkan teman-temannya untuk menyusul Melody. Ghevi tidak tau apa yang terjadi selanjutnya. Tapi ia mengatakan pada Jessica kalau selama Melody ada bersama Venus, maka semua akan baik-baik saja.

Jessica akhirnya mencoba untuk selalu berpikir positif tentang putranya itu. Bagaimana bisa ia lebih mementingkan tugas kuliahnya dibanding adiknya sendiri?

Wajah Samuel memerah setelah mendengar semuanya dari Jessica. Samuel tidak melakukan apa-apa. Ia tetap duduk di sofa dengan pandangan lurus ke depan. Jessica mengelus punggung Samuel lembut, menenangkannya. Ruang tamu itu diselimuti keheningan hingga akhirnya orang yang mereka tunggu pulang ke rumah.

Orang itu sempat kaget melihat kedua orang tuanya duduk di sofa ruang tamu. Tidak seperti biasanya, orang tuanya lebih memilih untuk bersantai di ruang keluarga. Orang itu hendak menyalami tangan Samuel tapi langsung ditepis oleh Samuel.

Musical terkejut. Ia merasa ada yang tidak beres di rumahnya. Papanya masih mengenakan kemeja dan setelan jas yang sudah dibuka kancingnya. Mamanya terlihat sedang menenangkan Papanya, membuatnya semakin merasa tidak enak. 'Apa yang terjadi?'

"Pa---"

"Duduk!" Perintah Samuel tegas. Matanya menatap putranya tajam. Musical menuruti perintah Papanya. Ia duduk di sofa yang berseberangan dengan orangtuanya.

"Habis darimana kamu?"

Musical menunduk. Selama ini Samuel tidak pernah terlihat marah seperti ini kecuali saat dulu Rey hampir membunuh Musical. Dulu Samuel marah besar. Tentu saja, ayah mana yang tidak marah saat seseorang mencoba membunuh putranya.

"Papa tanya sama kamu, Musical." Kata katanya terdengar lebih tenang, tapi masih penuh dengan penekanan.

"Kampus Pa."

"Ngapain?"

"Musical nyelesein tugas yang harus dikumpulin hari ini juga."

Samuel tersenyum miring, "Bagus. Apa yang kamu lakukan sangat bagus. Terus gimana sama adik kamu itu? Kamu nyuruh dia pulang bareng temennya? Iya?" Musical diam. Ia sudah tak berani lagi menjawab. "Tatap mata Papa!"

Cowok itu perlahan mendongakkan kepalanya. Manik kecoklatannya mulai menatap mata Papanya.

"Dengerin Papa baik baik. Apa yang kamu lakuin itu bagus, Musical. Kamu berusaha untuk menyelesaikan tugas kamu dengan sesegera mungkin, tapi cara kamu itu salah." Tatapan Samuel melunak. Sudah tak ada lagi tatapan tajam seperti tadi. "Sisakan sedikit waktu kamu buat jemput Melody. Kalo kamu bener bener ngga bisa, kamu bisa hubungi Papa. Papa yang bakal jemput Melody.

Kamu tau sendiri, Melody lebih deket sama kamu daripada sama Mama sama Papa. Harusnya kamu memahami itu. Dia anak yang perasa, Musical. Kamu bisa bayangin, apa yang dia pikirin waktu kakak kesayangannya lebih mentingin hal lain ketimbang dirinya sendiri. Papa ngga mau ngomong terlalu banyak. Bicarakan semua sama Melody. Buat dia mengerti. Dan Papa harap, hal ini ngga akan keulang lagi."

Musical menatap punggung Samuel yang menjauh. Jessica masih terdiam di sofanya. Ia berdiri menghampiri Musical, merapikan rambutnya. "Dengerin apa kata Papa. Jangan diulang ya. Mama percaya kamu ngga akan ngelakuin itu lagi." Jessica berjalan ke kamarnya. Musical juga memilih untuk ke kamarnya.

Sebelum mencapai kamarnya, Musical melewati kamar Melody. Ia sedikit membuka pintu kamar adiknya, memastikan apa yang sedang adiknya lakukan. Melody sudah tidur. Musical memasuki kamar Melody, ia mengusap rambut Melody. Ia sadar kalau Melody belum sepenuhnya tertidur. Napasnya masih belum teratur. Musical bisa melihat bekas air mata di pipi adiknya.

"Maaf. Maaf. Maaf. Maafin kakak, sayang." Ia mencium kening Melody lalu mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur. "Have a nice dream, Princess."

Ia berjalan ke arah pintu. Ia keluar dari kamar adiknya lalu melangkah ke kamarnya. Tas ranselnya ia lempar ke sembarang arah. Jaketnya juga bernasib sama dengan ranselnya. Ia duduk di tepian kasur. Kedua tangannya mengusap wajahnya kasar. Diambilnya sebuah figura diatas nakas. Terlihat seorang laki-laki yang sedang merangkul seorang perempuan di sampingnya. Mereka tertawa bahagia. Ia membalik figura itu, membaca sebuah kalimat yang ditulis rapi.

Ialah nada yang menyempurnakan musikku,
Melody Alodya❤

***

Tata is comeback 🎉🎉🎉
Akhirnya aku udah selesai UN gaess😋
Tinggal nunggu hasil mwehehehe

Happy reading ❤

Melody [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang