Sore ini, setelah pulang sekolah, Melody, Yasmine, Ghevi, Venus, Nafi, dan Gilang berkumpul di cafe tempat trio most wanted itu biasa nongkrong. Iya, mereka lagi-lagi ditraktir, tapi sekarang Nafi yang mentraktir karena PJ alias pajak jadian untuk teman-temannya.
"Emang ya, kalo gratisan itu selalu enak dan nikmat." Ucap Gilang dengan mulutnya yang masih mengunyah makanannya.
"Enak di lo, ngga enak di gue, peak!"
"Lah? Kan lo udah jadian, berarti lo juga enak dong Naf." Venus menyedot milkshake cokelat miliknya. "Mana kagak ngajak ngajak." Tambahnya dengan suara pelan.
"Ngomong apa lo Ven?" Tanya Gilang.
Venus mengulang kalimatnya yang awal.
"Bukan, habis itu tadi lo ngomong sesuatu." Gilang terus saja bertanya. Ia memang merasa mendengar sesuatu tadi.
"Gue ngomong itu doang. Lo salah denger kali." Venus menampilkan wajah datarnya kembali lalu lanjut memakan makanannya. 'Pendengarannya Gilang tajem juga. Kok gue baru tau ya?'
"Eh, bulan depan kita UKK gaes. Cepet banget ya, masa udah mau kelas dua belas. Ngga nyangka gue." Ucap Ghevi.
"Heem, kayanya baru kemaren kita ikut MOS." Timpal Yasmine.
"Siap siap aja lo Yas, ngebimbing junior. Gue mah ogah!" Bukan hanya Yasmine yang merupakan anggota OSIS, tapi juga Gilang. Hanya saja, Gilang bukan anggota inti seperti Yasmine yang setiap ada acara selalu sibuk. Gilang saja terkejut saat dulu ditunjuk sebagai perwakilan kelas untuk mengikuti OSIS. Ia juga jarang mengikuti rapat OSIS dan jarang ikut berpartisipasi saat ada acara.
"Lo kan di OSIS numpang nama doang Gil!" Tawa mereka meledak bersamaan.
"Kambing lo, nyet!"
"Plin-plan banget lo. Kalo kambing ya kambing. Monyet ya monyet."
"Iya iya, Abang Nafi emang yang paling pinter."
"Naf, UKK besok lo ngga usah belajar deh." Nafi mengerutkan keningnya. "Kok gitu Dy?"
"Ntar lo ranking 1 terus. Kan sedih gue. Ngga kasian lo sama gue hah?" Melody terkekeh.
Mereka semua tertawa. Kecuali Nafi yang tersenyum malu. Sejak kelas X cowok itu selalu menduduki peringkat pertama seangkatan. Sampai sekarang belum ada yang bisa menandinginya. Ia sering dikirim pihak sekolah untuk mewakili lomba cerdas cermat dan sejenisnya. Teman-temannya pun terheran dengan kecerdasan otaknya yang luar biasa.
Gilang bahkan pernah berpikir, apakah sahabatnya yang satu ini memelihara tuyul dirumahnya, atau pergi ke dukun dan 'orang pintar' sejenisnya?
Tawa mereka berhenti saat sebuah ponsel berdering cukup keras. "Hape siapa tuh?" Tanya Gilang.
"Hape gue."
Melody mengambil ponselnya yang berbunyi di dalam tas. Nama seseorang dengan emoticon love di belakangnya muncul di layar ponsel itu.
Ia tadinya ingin mereject panggilan itu. Mengingat apa yang dikatakan kakaknya kemarin. Tadi pagi saja ia menolak diantar Musical dengan alibi kalau ia sedang ingin diantar Samuel.
Akhirnya, ia tetap menerima panggilan itu.
"Halo?"
"Kamu dimana, Dy?"
"Di cafe sama temen-temen kak. Kenapa?"
"Pulangnya masih lama?"
Melody menatap teman-temannya sebentar. "Mungkin sebentar lagi."

KAMU SEDANG MEMBACA
Melody [TAMAT]
Teen FictionSeorang gadis cuek yang menyembunyikan fakta bahwa ia mahir bermain biola. Memiliki dua sahabat yang selalu mendukungnya. Memiliki seorang kakak laki-laki yang sangat menyayanginya. Kehidupan nya sedikit berubah setelah bertemu dengan seseorang yang...