28

2.3K 123 3
                                    

Menjagamu sudah menjadi tugasku, walaupun aku masih sedikit lalai menjalaninya.

***
Vote dulu sebelum membaca :)

***

Andra masih duduk menunggu Rena yang tak kunjung keluar. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menyusul Rena ke dalam toko.

Andra berkeliling memutari mini market namun tak kunjung mendapati Rena.

Saat akan keluar minimarket, sekilas ia melihat tas yang tak asing baginya.

Bukannya itu tasnya Naya, ya? Tanyanya dalam hati.

Dengan segera ia mengambil tas tersebut dan benar, tas itu milij sahabatnya.

Yang membuatnya bertanya-tanya adalah kemana Rena dan mengapa tasnya tergeletak di lantai.

Ia pun masuk kembali ke mini market, dan meminta pada pegawai untuk melihat rekaman cctv.

Dia melihat Rena yang sudah keluar dari minimarket, namun tak lama kemudian, Rena di bekap seseorang berbadan kekar yang dia yakini seorang pria.

Andra tak bisa tau siapa pria tersebut karena pria tersebut memakai masker dan tudung sweater *yang pasti itulah, gue gk tau namanya :v

"Makasih ya mas, udah nunjukin rekamannya" ucap Andra kemudian keluar dan segera menghubungi teman-temannya.

"Gue kerumah lo sekarang, kabarin yang lain. Gak pake lama!"

Andra mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata-rata membuat orang-orang mengumpat namun Andra tak peduli itu.

Yang ia pedulikan hanyalah sahabatnya.

Renaya.

Dia sampai di rumah Irfan -karena hanya rumahnya yang sepi- dengan wajah kusut membuat semua orang disana bertanya-tanya.

"Ada apa lo tiba-tiba nyuruh kumpul?"

Dia pun langsung memberikan ponselnya yang menunjukan sebuah video.

Video cctv yang sempat ia minta dari pegawai minimarket tadi.

"Itu Rena beneran?" Tanya Rafka bingung

"Lo bego atau gimana sih?" Kesal Irfan karena bisa-bisanya di situasi se-genting ini bercanda.

"Terus lo mau gimana?" Tanya Irfan menoleh ke arah Andra

Andra mengembuskan nafas kasar.

"Raf, tolong kasih tau salah satu temennya Naya. Suruh ngabarin kalo Naya lagi nginep. Tapi yang rumahnya gak ada orang" suruh Andra kepada temannya itu.

Untung saja besok hari mingguN jadi tak perlu repot-repot untuk ijin sekolah.

Tanpa disuruh dua kali, Rafka segera menelfon Aya. Karena memang yang ia tau, orang tua Aya hampir tidak pernah dirumah.

Sejujurnya ia malas untuk mengabari Aya, karena ia tau responnya akan berlebihan.

Dan benar, respon Aya seperti orang kesurupan. Teriak-teriak gak jelas.

Namun, Aya tetap melakukan apa yang disuruh Rafka dan segera mengabari teman-temannya yang lain.

Drtt... drtt... drtt...

Ponsel Andra bergetar menunjukkan sebuah pesan dari nomor yang tak ia kenal.

Unknown number calling...

"Haii, Ndra!"

"To the point aja"

"Woww, berubah ya lo ternyata. Perasaan dulu gak dingin kek gini deh"

Reandra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang