Mungkin jika tanpa mereka gue gak bakal jadi sekuat ini.
-Renandra Aditya-
***
Brukk!!
"Aduh!!! Pantat gue ya Allah!" Pekik Faiz yang baru saja datang, terpeleset di lantai rumah sakit yang licin mengundang perhatian semua orang yang ada didepan UGD.
"Astaghfirullah, ngapain lo duduk disitu?" Celetuk Aya.
"Duduk duduk pala lo botak, kepeleset nih!" Sentak Faiz kesal.
"Orang jatoh gini dibilang duduk" lanjutnya.
Rafka yang tidak mengingkan Faiz berakhir diusir pun langsung menarik Faiz supaya berdiri.
"Sabar dong, neng!" Kesalnya.
"Makanya jadi orang tuh yang normal dikit" sahut Irfan.
"Orang masih normal gini juga" balas Faiz.
"Normal dari mana coba, otak aja masih ketinggalan di kolong kasur." Celetuk Keyla tak masuk akal mengundang tawa.
"Iya tuh, masa gak bisa bedain rasa garem sama gula kan gak normal banget" sahut Aura dengan kekehan.
"Ya Allah, teman hamba kenapa seperti ini semua ya Allah." Doa Faiz di sedih-sedihkan.
"Dok, disini ada dokter spesialis jiwa gak, dok?" Tanya Sean kesal dengan keributan sahabat adiknya.
"Ah elah bang, jahat amat sih" gerutu Faiz mencebikkan bibirnya.
Dokter hanya menanggapi dengan kekehan kecil dan setelah itu pamit pergi.
Sandra pun tak masalah dengan sahabat anaknya itu, karena cukup menghibur.
Namun, ada satu orang yang masih tidak bisa tertawa bahkan tersenyum atau terkekeh. Dia Rena. Rena masih menangis walaupun hanya isakan yang keluar.
Sandra yang tau Rena masih belum terhibur pun menghampiri Rena yang masih dipelukan Keyla.
"Ren, udah dong. Jangan nangis, nanti Andra malah ikutan sedih" rayu Sandra.
"Maaa, Rena gak kuat liat Andra kayak gitu" ucapnya menangis dipelukan Sandra.
"Udah dong, jangan nangis. Andra kan emang ngeyel, disuruh dirumah malah tetep pergi. Biarkan jadi pelajaran buat dia" Sandra masih membujuk anak sahabatnya supaya bisa tenang.
Sampai akhirnya Rena tenang dan Andra juga sudah dipindahkan dirawat inap.
Semuanya berkumpul dikamar inap Andra kecuali Sandra dan Sean yang pamit untuk membawa barang yang dibutuhkan dan kembali setelah sholat Maghrib.
Namun Rena masih enggan mendekati ranjang yang diatasnya sudah ada Andra yang masih tertidur, belum juga terbangun dari tadi. Rena kini berada di sofa ujung paling jauh.
"Ren, sinian dong. Ini kan pacar lo" ucap Keyla menarik tangan Rena namun tenaga Rena masih kuat
"Gak mau, gue takut"
"Takut apa? Masalah kalian berantem urusan belakangan." Sahut Rafka kesal melihat kedua temannya meninggikan ego dan gengsi.
"Bukan! Kalo masalah itu, gue udah gak masalah. Cuma..." Rena menjeda ucapannya.
"Gue gak suka, eh maksudnya semacam itulah sama orang yang dipasang gips. Takut kenapa-napa" lanjutnya dengan raut masih ketakutan.
Yang perempuan memang sudah tau, namun dia ingin Rena menghadapi itu untuk kali ini. Ya masa pacarnya lagi sakit malah dijauhi. Kan gak lutcu :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Reandra [END]
Teen FictionBerawal dari persahabatan yang memiliki masalah yg belum terselesaikan membuat mereka berpisah, dan sampai saatnya mereka bersatu kembali dengan perasaan yang dinamakan Cinta. Banyak kesalahpahaman yang menghampiri hubungan keduanya, apakah mereka b...