BAB :: |4| Tingkatan Emosi

1.6K 637 617
                                    

BAGIAN EMPAT ♦

"Ada makhluk yang diberi isyarat namun tak kunjung peka;Kamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ada makhluk yang diberi isyarat namun tak kunjung peka;
Kamu."

          Pagi ini matahari mengintip malu-malu, sementara Jakarta masih setia dengan lalu lintasnya yang super padat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Pagi ini matahari mengintip malu-malu, sementara Jakarta masih setia dengan lalu lintasnya yang super padat. Mobil berbaris dan mengular. Motor yang berjejal berusaha mencari celah diantaranya. Dan Asya terjebak di sana.

          Kesialan pagi ini seperti tak ada habisnya untuk Asya. Belum sampai ia merasakan kelegaan akibat berdesak-desakan dalam bus, sekarang kendaraan itu malah tiba-tiba berhenti di tengah jalan gara-gara ban-nya kempes. Akhirnya, ia melewati jalan alternatif yang biasa ia gunakan demi menghindari kemacetan agar cepat sampai. Ketika melewati jalan yang dihiasi pemandangan lahan kosong dengan ilalang yang cukup tinggi, sayup-sayup terdengar suara orang yang kesakitan. Seketika ia menghentikan langkahnya. Diedarkan pandangan, jalanan itu kebetulan sangat sepi, dan salahkah jiwa kepo Asya yang akhirnya membawa dia melangkah perlahan ke sumber suara.

          Tak jauh dari tempatnya berdiri, terlihat lima orang sedang mengumpat seseorang laki-laki yang tampak bersimpuh, dikelilingi lima orang tadi. Otak Asya yang tak seberapa cerdas ini langsung berkesimpulan ada sesuatu yang tidak beres. Ini pengeroyokan! Terlihat jelas sosok laki-laki yang bersimpuh itu meringis kesakitan.

“Eh, Brengsek! Gue peringatan sekali lagi, lo jangan pernah berani cari gara-gara sama geng ini! Sekali lo bikin ulah, hidup lo nggak aman, sampai ke lubang semut pun bakal gue buru. Gue pastikan kalo gue sendiri yang akan kirim lo ke liang lahat.”

Asya bergeming kaku, ia serasa melihat adegan drama sinetron. Mereka bukan geng-geng anak SMA di Jakarta yang sering kena razia polisi karena tawuran, kan?

Suara bariton yang menggelar itu hanya dibalas dengan dengusan dan kalimat cari mati si cowok korban pengeroyokan. “Kalo otak lo masih ada di tempat yang seharusnya, lo pasti ngerti apa yang barusan gue omongin. BUKAN GUE YANG NGERUSAKIN MOTOR LO!” jawab cowok itu dengan lantang.

Wah, sakit jiwa nih cowok.

Hantaman keras bersarang tepat di perut si cowok. Ugh, sakit itu.

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang