BAB :: |14| Hati Dibayar Ego

1.1K 324 358
                                    

♦ BAGIAN LIMA BELAS ♦

Jadi, singkatnya begini.
Kamu harus bahagia, meskipun kita tidak harus bersama.
Tapi kamu juga harus mengerti, aku benci kalimat ini.

          Ketukan langkah kaki menggema di ruangan itu, terdengar jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Ketukan langkah kaki menggema di ruangan itu, terdengar jelas. Setelah menaiki anak tangga kini ia berdiri di depan sebuah pintu, lalu meremas handle pintu dan membukan dengan perasaan yang membuncah. Menghentakkannya, pintu tertutup dengan keras. Melangkah mendekat ke arah seseorang yang ingin dituju. Sayangnya, sedari tadi orang itu hanya fokus dan sibuk memainkan stick play station, tanpa mau menoleh sedikit saja.

          Atar tersenyum sinis, layar berukuran 24 inch yang ia lihat seketika berubah menampilkan warna hitam penuh. Menoleh ke samping kiri, Bima berdiri melihat Atar dengan tatapan tajam namun tetap tenang, sambil memegang kabel listrik yang baru ia cabut dari stop contact untuk mengalihkan perhatian Atar ke arahya.

“Papa sudah memberi banyak kebebasan untuk kamu selama ini. Bahkan, sekalipun kemarin kamu sempat kabur dari rumah, papa tidak pernah menarik satupun fasilitas yang sudah papa berikan. Tapi, apa yang kami dapatkan dari kamu? Baiklah ... besok, undur diri dari sekolah. Dan bersiaplah untuk bersekolah di luar negeri.” ucapnya telah berdiri di sisi Atar.

          Terhitung sudah satu minggu Atar meninggalkan rumah. Hari ini, tanpa perlu berpikir banyak lalu dengan santainya ia masuk ke rumah ini dan duduk manis di dalam kamar yang sudah dari kecil ia tempati. Belum beberapa jam di sini, lihatlah ternyata pemilik rumah ini datang menghampiri dan merusak segala aktifitas dan mood Atar. Dasar penganggu, pengacau!

“Kenapa? Apa papa tidak puas hanya mengirimku ke panti asuhan saja?” katanya tenang, namun rahangnya sekali gemeletuk. Atar mengeratkan genggaman pada stick PS, matanya melihat ke depan tanpa mau repot-repot memandang wajah papanya. Ralat, papa angkatnya.

“Sebaiknya, kamu mulai merenungkan perbuatan kamu sebaik-baik mungkin.”

Atar mengangguk pelan, tersenyum sinis. “Benar. Tapi, mengapa hanya satu sisi yang tersudut. Oh, iya, kebenaran akhirnya terungkap. Tidak ada yang berpihak padaku, papa hanya ingin menyingkirkanku.” bisa-bisanya ia sampai terkecoh atas perlakuan Bima yang dengan senang hati merawatnya sejak bayi. Karena kematian kedua orang tua kandungnya, Atar diangkat sebagai anak oleh Bima yang dulunya ia adalah teman dekat ke dua orang tua Atar. Keluarga ini memang cukup mampu untuk memperikan segala fasilitas mewah, jelas dan tentu. Apalagi kasih sayang seorang keluarga kepadanya, namun itu dulu, sebelum ia tau bahwa dirinya ternyata bukan anak kandung keluarga ini.

          Sebenarnya ini bukan inti dari masalah yang ada, akan tetapi menurut Atar letak permasalahannya adalah pada kekayaan yang sebenarnya milik sah ke dua orang kandung cowok itu yang tiba-tiba jatuh ke tangan Bima sebagai pemilik utama. Sejak Atar diangkat menjadi anak keluarga ini, nama belakangnya benar-benar diubah sedemikian rupa dan segala macamnya. Terlebih perlakuan Bima yang sedikit demi sedikit berubah pada Atar, dimulai ketika ia sempat mendengar percakapan Bima dengan seorang pengacara mengenai pengalihan sebuah kekayaan.

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang