BAB :: |29| Bermain Dengan Api

335 138 79
                                    

♦ BAGIAN DUA PULUH SEMBILAN ♦

“Jumlah mantan pacar yang sedikit berbanding terbalik dengan banyaknya mantan gebetan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Jumlah mantan pacar yang sedikit berbanding terbalik dengan banyaknya mantan gebetan.
Ibaratnya, gagal sebelum jadian. Berakhir sebelum memulai.”

****

Asya masih ada di depan meja belajarnya, sampai lamunannya terpecah mendengar bunyi ponsel yang berdering. Tangannya refleks menggapai benda itu dan melihat nama Kaafi di layar. “Hm?” Asya berdeham sambil menempelkan layar di telinga.

“Bangun tidur?” tanya Kaafi di balik teleponnya. “Kok serak suaranya? Jangan bilang abis nangis gara-gara nggak ketemu saya pulang sekolah tadi.”

“Nangisin lo? Nggak deh. Kayak nggak ada hal lain yang bermanfaat.”

“Oh. Berarti saya salah? Ya udah maaf, Ndoro.”

“Gue lagi ngerjain tugas tadi, dua nomor lagi selesai.”

“Nggak usah dikerjain nggak pa-pa. Niat amat, Sya. Bu Salamah palingan marah doang kalau nggak ngumpulin tugas, biasanya juga gitu.”

“Tapi kenapa nilai lo bisa bagus semua, sedangkan yang lo pikirin sekarang seolah-seolah nilai itu nggak penting.”

“Siapa bilang nggak penting? Kan bisa ditunda, nanti dilanjut lagi. Alasan doang ini, Sya. Supaya bisa berduaan. Kalau nggak gitu, mana sempet kamu nemenin. Iya, kan? Entar deh saya coba bantu kerjain.” cecar Kaafi dan dibalas Asya dengan lenguhan.

“Ngomong dong dari tadi, jadi gue nggak susah buat ngerjain sendiri. Susah banget, tau.”

“Ini lagi ngomong.”

“Ya udah. Gue mau tidur. Ngantuk.”

“Oke.”

“Gue tutup ya.”

“Nanti dong. Cepat amat sih tidurnya, baru juga jam delapan. Temanin saya dulu.”

“Emangnya nggak ada orang di dekat lo, gitu?”

“Ada Bentar. Mau ngomong? Nih,” Asya mengerutkan keningnya saat mendengar Kaafi seperti menyerahkan ponsel pada seseorang. “Denger, nggak?”

“Apaan? Nggak denger apa-apa.”

“Saya lagi di balkon kamar. Ditemani angin. Anginnya menel, ih, nerbangin rambut saya terus. Pakek acara ngebelai-belai tangan segala. Jadi kedinginan.”

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang