BAB :: |9| Kebenaran Imajiner

1.2K 446 375
                                    

♦JANGAN PERGI♦

🎶 The Vamp-
Somebody To You ft. Demi Lovato.

🍁🍁🍁

Terus berjuang tanpa ada timbal balik?
Rasanya lelah, bukan?
Kerena di sini ...
Ada sekat yang membatasi antara aku dan kamu, namanya;
Ego.

          Kini setelah mereka keluar dari tempat pembelanjaan itu Asya terus memandang Atar dengan tatapan mematikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

          Kini setelah mereka keluar dari tempat pembelanjaan itu Asya terus memandang Atar dengan tatapan mematikan. Bagaimana mungkin Atar berbicara bahwa mereka itu sepasang kekasih, yang kenyataannya bahwa mereka itu adalah musuh yang abadi. Sedangkan pelakunya a.k.a Atar, memasang raut wajah biasa saja seperti hal itu hanya semacam lontaran candaan anak TK.

          Asya tergesa-gesa mengikuti langkah lebar kaki Atar hingga ke parkiran mobil sambil membawa kantung plastik penuh belanjaan. Tak kunjung berhenti, dengan geram gadis itu lalu menarik sedikit ujung jaket cowok di depannya. Berhasil, kini dia menghentikan langkah kakinya lalu berbalik, menaikkan sebelah alisnya kepada Asya.

“Uang lo bakalan gue ganti, gue janji. Dan seperti omongan gue tadi siang, gue nggak bakalan mau harus utang budi sama lo.”

“Gue nggak pernah bilang kalo lo harus ganti uang itu. Ini udah malem, mending lo pulang.” jawab Atar melanjutkan langkahnya lalu masuk di antara celah dua mobil yang terparkir. Asya yakini salah satu mobil itu adalah mobil milik Atar. Sebelum cowok itu membuka lebar pintu mobil itu, Asya lebih dulu menutup pintunya seperti semula.

Asya membatin, kenapa sikap Atar gampang sekali berubah, “Lo marah sama gue?”

“Marah? Kenapa gue harus marah?” Atar tersenyum simpul, melipat kedua tangannya di dada. Bersender di pintu mobil sambil menoleh ke sambing ke arah Asya, “Bukannya cewek itu suka kalo ada cowok yang ngasih perhatian spesial seperti di kebanyakan adegan di film drakor, ya? Apalagi nilai plus jika cowok itu nggak jelek-jelek amat, lebih tepatnya sih, keren.”

Atar tersenyum membanggakan diri atas ucapannya, tetap berpose seperti itu layaknya model-model iklan papan atas di tv-tv. Idih!

“Hah? Duh, sayangnya gue bukan tipe cewek-cewek di novel roman picisan yang bakalan baper, histeris dan salting ketika ada cowok yang tiba-tiba ngasih perhatian lebih atau nolongin dia tanpa pamrih supaya kelihatan gentle dan ganteng.”

“Kenapa gue nggak percaya, ya?”

“Memangnya lo kira gue butuh kepercayaan lo?”

Atar mengernyit, “Oh, ya? Buktinya kenapa sekarang lo ngikutin gue sampek parkiran? Bahkan kalau lo nggak tau, sekarang lo lagi berdiri tepat di sebelah mobil gue. Di depan gue.”

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang