♦ BAGIAN DUA PULUH TIGA ♦
"Hanya karena seulas senyuman, yang biasanya sok cool jadi mati kutu, yang biasanya jail jadi beku, yang biasanya cerdas mendadak bodoh. Mereka menyebutnya itu adalah salting."
- Unknow -
****
Mampus!
Sudah pukul tujuh lebih lima belas dan Asya baru terbangun. Biasanya, jam segitu jalanan sudah ramai dan padat sehingga jalanan agak macet. Masalahnya, kalau gerbangnya sudah ditutup, mau nggak mau Asya terpaksa harus pulang lagi.
Asya berlari kencang menuju gerbang sekolah ketika dia sudah turun dari bis. Harapannya hancur, gerbang sekolah sudah ditutup. Pak Bambang, satpam SMA Nusa Bestari, tidak ada di pos satpam, tidak seperti biasannya. Ketika dia membalikkan badannya, terlihat Oji yang baru saja sampai. Berbeda dengan dirinya yang panik, Oji berjalan dengan santai.
"Lo mau pulang lagi, Sya?" tanya Oji yang kini berada tepat di hadapannya.
"Gerbangnya aja ditutup, masa manjat?" ucap Asya dengan sebal.
"Ck, ikut gue."
Asya pun mengikuti Oji. Oji melangkah menuju belakang sekolah, terdapat sebuah gerbang kecil yang menuju lapangan sekolah. Gerbang belakang tersebut tidak ditutup. Asya membuntuti Oji yang mendahuluinya melwati gerbang itu dan tiba di dalam area sekolah.
"Asya!" panggil seseorang dari belakang ketika Asya sudah memasuki sekolah.
Asya tidak berani melirik ke belakang. Dia masing mematung di tempat, sementara Oji terus melangkah lebih cepat. Keringat dingin membasahi tubuh gadis itu.
****
"Kaaf, lo ngapain di situ?" Alisa menghampiri Kaafi yang duduk di pinggir gerbang belakang sekolah.
"Nungguin si Fikri, kagak dateng-dateng dia. Padahal udah jam tujuh," jawab Kaafi sambil melihat jam tangan hitamnya.
"Tumben banget dia belum dateng. Ya udah deh, gue ke kelas duluan ya, Kaaf." pamit Alisa.
Tak lama kemudian, Oji masuk lewat gerbang tersebut. Kaafi berniat untuk mencegahnya, namun tidak jadi. Kaafi kaget, melihat Asya yang tiba-tiba masuk lewat gerbang tersebut.
"Asya!" panggil Kaafi.
Asya langsung mematung di tempat. Kaafi menghampiri cewek itu dan berdiri tepat di hadapannya.
"Tumben telat?" tanya Kaafi.
"Emm... a... gu... gue telat bangun," jawab Asya terbata-bata tanpa mengangkat wajahnya. Jantungnya masih deg-degan, dia belum mengetahui yang kini berada di hadapnnya adalah Kaafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈
Short Story❝Buat apa berusaha mendekat, kalau akhirnya hanya untuk sesaat?❞ -A story of Jangan Pergi. Berawal dari cerita masa SMA yang terkadang cukup pelik dan rumit. Antara sebuah keinginan, atau takdir yang terkadang tidak berpihak. Cerita yang d...