BAB :: |10| Tiga Nadi Baik Hati

1.1K 433 332
                                    

♦JANGAN PERGI♦

***

🎶 Fiersa Besari ft. Tantri -
Waktu Yang Salah.

🍁🍁🍁

"Bagaimana mungkin aku menolak apa yang kamu mau.
Sedangkan kamu adalah sesuatu yang aku mau."

          Kaafi duduk di kursi panjang rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaafi duduk di kursi panjang rumah sakit. Menunduk, menautkan jemari tangan. Tatapannya kosong. Saat ini pikirannya sudah kembali normal setelah kalut karena kejadian beberapa waktu yang lalu, meskipun kejadian demi kejadian terproyeksi bagai kaset rusak di ingatannya sejak tadi.

"Luka di lengan lo mendingan diobatin dulu deh, Kaaf. Biar nggak infeksi. Heran, baju lo sekarang udah kayak gembel aja, robek-robek gitu. Badan udah kurus kering keremp-, Aduh ..."

Fikri menjitak kepala Oji seenaknya, "Sialan emang, orang lagi pada panik gini masih aja bisa bercanda. Gue saranin mending lo pulang, mandi bungga tujuh rupa. Gue malahan yang heran, mak lo dulu ngidam apaan sih."

"Gue nggak apa-apa kok, cuma tergores dikit besok juga udah sembuh. Eh, lo pada udah hubungi keluarganya Asya, kan?" jawab Kaafi tenang, meskipun hatinya sedang kacau.

"Beres kalo itu mah. Berkat Oji yang udah tepe-tepe gila sama siswi kelas sebelah, dapetin nomor siapapun gampang bener kayak mau beli permen ..." sindir Fikri melirik Oji. Sedangkan yang dibicarakan menyunggar rambut dengan jari tangan, bersender di dinding dan berpose seperti model-model di majalah iklan.

Tidak jauh dari mereka, Atar sejak tadi bersender di tiang dekat taman memasukkan ke dua tanggan dalam saku celana. Bola matanya terfokus dengan ruangan tempat Asya ditangani. Menengadahkan kepalanya ke atas, bertanya apakah dia sedang khawatir?

Atar menampik hal itu, mungkin dia hanya sekedar ingin tau apa yang terjadi. Mengusir rasa asing dalam hatinya. Atar mengingat ketika mereka bertemu, bahkan kalau diingat-ingat mereka bahkan tidak pernah berdamai sama sekali. Namun, otaknya mulai ikut-ikutan melawan. Sama seperti yang dilakukan oleh hatinya.

"Bodoh! Ngapain juga gue ngikutin mereka." bisiknya jengkel pada dirinya sendiri. Sebenarnya dirinya kenapa?

Susah sekali otaknya memaksa hati untuk meninggalkan tempat itu. Ia ingin pulang, tapi sesuatu dalam dirinya malah menolak. Lagi pula dia tidak ada hubungannya dengan ini semua. Mereka bertemu hanya sebuah kebetulan, di sekolah juga kedekatan mereka hanya sebatas Atar yang ingin mempermainkan Asya, tidak lebih.

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang