BAB :: |5| Dua Cangkir Kopi

1.6K 580 539
                                    

JANGAN PERGI♦

"Mau memilih yang mana?Perhatian yang membuat pipi bersemu merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mau memilih yang mana?
Perhatian yang membuat pipi bersemu merah. Atau perhatian besar yang menembus sampai ke relung hati."

“Kenapa kamu nggak pernah kapok udah kena hukuman apalagi skors berkali-kali?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kenapa kamu nggak pernah kapok udah kena hukuman apalagi skors berkali-kali?”

          Guru laki-laki berperawakan gendut dan berkumis tebal itu terlihat berjalan mondar-mandir. Seorang murid cowok menatap beliau dengan begitu berani. Seorang cowok bandel yang sangat menjengkelkan para guru. Ia selalu bertingkah seenaknya seakan berada di sekolah milik sendiri. Atar tidak pernah takut dengan ancaman para guru. Skors sudah seperti teman baginya. Bolos pelajaran adalah hal yang menyenangkan, dan berkelahi sudah menjadi hobinya.

          Guru yang kerap dipanggil Pak Danur itu berhenti melangkah. Beliau menghadap ke arah Atar, dan menatap cowok itu tajam. Kedua bola mata Pak Danur memperhatikan penampilan Atar dari atas kepala hingga ujung kaki. Rambut hitam Atar yang tampak acak-acakan. Baju seragamnya tampak lusuh, mana dikeluarkan dari celana. Ada tanda tangan guru di bagian bawah baju. Itu artinya, Atar sudah melanggar aturan. Lihatlah, ia bahkan tidak memakai dasi. Seragam celananya pun dipermak menjadi seperti slim fit jeans. Belum lagi kaus kaki sebatas mata kaki. Dari penampilan saja sudah melanggar peraturan, apalagi kelakuannya.

          Pak Danur mengambil senter di saku baju kemudian menyorot ke rambut Atar yang tampak mencurigakan. Pencahayaan dalam ruangan masih kurang untuk melihat warna di balik rambut hitam itu. Ternyata benar dugaannya. Warna rambut Atar berubah hingga membuat Pak Danur berdecak tak habis pikir. Rambut Atar memang berwarna hitam di dalam ruangan, tapi, begitu tersorot sinar matahari atau cahaya akan berubah menjadi kebiruan.

Atar yang ditatap dengan lekat oleh gurunya itu mendengus geli. “Pak, ngeliatin saya jangan segitunya kali. Entar malah suka lagi.”

Pak Danur melotot. “Kamu ya, dalam keadaan seperti ini masih saja bercanda!” tangan Pak Danur lalu menarik sedikit rambut Atar. “Kalau sampai rambut ini belum kamu cat hitam. Bapak botakin kepala kamu!”

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang