BAB :: |30-B| Skandal Pagi Hari

320 114 49
                                    

♦ BAGIAN TIGA PULUH ♦

“Dipertemukan untuk jatuh cinta, belum tentu ditakdirkan untuk bersama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dipertemukan untuk jatuh cinta, belum tentu ditakdirkan untuk bersama. Men, kita emang jomblo, tapi kita jomblo terhormat, men! Emang belum ada aja cewek cakep yang beruntung bisa depetin kita!

Oji, jones akut yang kebelet pacaran.

****

          Pukul enam pagi Asya sudah berada di sekolah. Hari ini sekolah diliburkan, tetapi pengurus OSIS tetap ke sekolah untuk mempersiapkan acara besok. Masih sepi, belum ada yang datang. Asya hanya bertemu dengan Penjaga Sekolah yang sedang menyapu halaman. Cewek itu naik ke lantai dua, masuk ke kelasnya dan duduk di kursi paling depan. Tiba-tiba terdengar bunyi gedubrak dari kursi paling belakang yang membuat Asya menjerit ketakutan, dia bangkit dan berniat untuk melarikan diri kalau tidak ada suara yang menahannya.

“Ini gue, Sya,” suara serak seseorang menyapanya.

Asya berbalik. Dilihatnya Atar muncul dengan rambut berantakan sekaligus tidak pakai baju. Wajah Asya memerah dan cepat-cepat dia membuang wajahnya. “Ngapain sih di sini?” tanya Asya sama sekali tidak berniat melirik Atar.

“Apaan?” Atar mengernyit, dia melirik tubuhnya dan baru sadar kalau semalam melepas seragam sekolahnya. Cowok itu tertawa geli.

“Ngapain lo tidur di kelas? Nggak pakai baju segala!”

“Tenang aja. Nggak ngapa-ngapain, gue masih perjaka ting-ting, lagi,” katanya dengan nada menggoda. “Semalem panas banget, Sya. Jadi gue lepas biar bisa dibelai-belai sama angin.” Atar meraih seragamnya yang dijadikan bantal dan memakainya asal. “Udah nih,” lanjutnya lagi, “Udah pakek baju.”

Asya memutar matanya dan melihat Atar sedang mengancingkan seragamnya. Ada titik darah di kerah bajunya itu. “Pasti lo nggak berani pulang ke rumah gara-gara abis berantem kemarin?”

Atar tersenyum. “Seharusnya gue dengerin kata-kata lo kemarin buat nggak tawuran.”

“Udah telat.” Asya memasang tampang jengkelnya, “Kalo lo mau tawuran lagi nggak apa-apa, nggak bakalan gue larang. Kemarin juga seharusnya gue nggak niat sama sekali buat ngelarang, Firda yang maksa.”

Atar mengernyit, kemudian menganggukkan kepalanya. “Berarti Firda lebih cocok dijadiin pacar. Lebih perhatian.”

“Ya udah sana, deh. Pacaran aja sama Firda. Gue mau ke bawah.” Asya menggertakkan giginya sebal.

“Tapi gue sukanya sama lo, gimana dong?” Atar bangun dari kursi dan berjalan mendekati Asya.

“Terus aja godain gue, Tar.”

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang