BAB :: |17| Senja Teduh Pelita

834 274 117
                                    

Parade senja menjadikan kita sepasang perasaan bahagia, mengajarkan kita arti jeda bukan sekedar kalimat luka dan mempertemukan kita pada pekan raya parade patah asa, hingga bersua dengan festival jatuh cinta.

“Kaaf, muter-muter aja lo kayak gangsingan! Kesel gue lihatnya,” komentar Fikri sambil mengunyah kripik singkong di pangkuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kaaf, muter-muter aja lo kayak gangsingan! Kesel gue lihatnya,” komentar Fikri sambil mengunyah kripik singkong di pangkuan. Kemudian melirik ke samping kiri, menyikut Oji yang sama risihnya melihat tingkah Kaafi.

“Lagi pusing gue nih!” keluh Kaafi menormalkan tingkat ke-nervousannya.

“Soal lo yang mau pergi ke ultah Angel itu? Jadi gimana?”

“Ya nggak gimana-gimana,” sewot Kaafi kesal. Meletakkan botol soft drink ke tiga di atas meja yang sudah ia habiskan.

“Kata pakar cinta di buku Teori Cinta yang gue baca nih, ya. Kalau lo udah yakin sama suatu hubungan, deket, pepet auto lengket. Sikat sampai ke pelaminan ...” ujar Oji menggebu-gebu.

“Yeee ... si kampret, ini mah bukan soal mrepet-mrepet aja. Kaafi tuh sebenernya cuma gengsi karena nggak punya pasangan. Dia kan udah nolak Angel berkali-kali, ralat tiap hari. Jadi ... di ulang tahunya kali gue nggak jamin kalau dia mau kalah lagi sama lo.” sahut Gusti fokus memainkan stick play station. “Ayang Kaafi ... lo nggak mau menjilat ludah lo sendiri, kan?”

Wah, minta dikasih kecap ini mulut biar manis.

“Kok kalian seneng banget ya lihat gue sengsara.” Kaafi melemparkan botol minuman kosong itu pada ke tiga temannya.

“Oh, so pasti.” Fikri ber-high five dengan Oji lalu keduannya tertawa.

“Dosa apa gue punya temen kayak kalian.” Kaafi mendelik. “Padahal gue nggak minta banyak-banyak sama Tuhan. Cukup hidup kaya, bahagia, mati masuk surga.”

“Busyet, doa manusia sejuta umat itu!”

“Gue juga mau hidup begitu. Nggak usah kaya-kaya amat, cukup buat jalan-jalan ke Eropa tiap enam bulan sekali aja gue udah seneng. Nggak perlu punya jet pribadi, naik business class kemana-mana aja udah bikin hati gue bahagia.” Fikri cekikikan melirik ke arah Kaafi.

“Preeet, kebanyakan halu kalian.” Gusti membanting stick PS itu karena layar 24 inch di hadapannya menampilkan game over dengan tulisan loser. “Ngeri gue sama yang suka halu, karena kalo sadar dari kenyataan, biasanya bakal jadi gila.”

“Untuk terakhir kalinya, teori kalian meleset. Gue bakal dateng ke ultah Angel, tapi bukan sendiri. Melainkan sama Asya.” Kaafi menunjukkan dua buah undangan. “Well, gue gerogi sama penampilan gue kali ini.”

“Akhirnya, temen gue udah nggak jones lagi. Abang Kaafi bentar lagi taken, Sold out udah ....” goda Oji tersenyum geli.

          Dari slide foto yang ditampilkan iPhone-nya. Kaafi memandang potret Asya satu persatu melalui Ig gadis itu. Kaafi teringat ada ungkapan yang bilang ketika seorang perempuan jatuh cinta, maka bias dilihat dari senyumnya. Kalau seorang laki-laki jatuh cinta, maka bias dilihat dari matanya.

𝐉𝐀𝐍𝐆𝐀𝐍 𝐏𝐄𝐑𝐆𝐈Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang