Two

2.1K 261 3
                                    

Kang POV

hah hah hah

Aku terus berlari menyusuri gang-gang sempit. Para polisi itu masih saja mengejarku. Aku berbelok memasuki sebuah gang yang agak lebar. Namun saat aku hendak berbelok lagi terdapat tiga orang polisi yang menghadangku. Aku berhenti, lalu berlari menuju arah sebaliknya dan aku mendapati 4 orang polisi yang sudah menghalangi mulut gang.

'terkepung huh?' batinku.

Aku melihat ke arah dinding yang ada dihadapanku. Tidak terlalu tinggi. Aku segera memanjatnya lalu melihat ke arah dinding yang lain, berusaha untuk mencari jalan agar terlepas dari para polisi itu. Para polisi itu langsung bergerak berusaha mengejarku. Selesai menganalisis keadaan disekitarku, aku lalu tersenyum miris.

"Tuan detektif!" seruku.

Para polisi itu berhenti berlari. Mereka memandangku bingung. Aku tersenyum lalu turun dari dinding yang barusan berhasil kupanjat.

"Aku menyerahkan diri." aku mengangkat kedua tanganku lalu menatap para polisi itu sambil tersenyum lebar.

.

.

.

Aku berjalan pelan dengan kedua tanganku yang terbogol ke salah satu meja di kantor polisi. Aku dipaksa duduk dihadapan salah satu polisi yang tadi mengejarku. Dia menatapku lalu meletakkan koran yang barusan ia beli di atas meja. Aku balas menatapnya.

"hhhh.." dia mendesah pelan.

Aku menatapnya bingung seolah berkata 'ada apa?'. Dia menggeleng pelan, lalu duduk dan bersandar dikursinya. Selama 10 menit tidak terjadi percakapan apa-apa. Kantor polisi yang sangat berisik sama sekali tidak memecah keheningan diantara kami.

"Jadi.." ucapnya lirih memecah keheningan. Aku lalu menatapnya lekat.

"Mengapa kau menyerahkan diri?" tanyanya

"Tidak tahu." jawabku singkat

"Kau bisa saja kabur seperti yang biasa kau lakukan bukan?"

Aku hanya diam saja tidak menjawab pertanyaannya.

"Kau tidak ingin memberitahuku? baiklah. Sekarang kau renungkan saja kesalahanmu, aku akan tidur." dia mengangkat kedua kakinya ke atas meja dan menutupi wajahnya dengan koran.

.

.

.

Author POV

Tujuh jam telah berlalu dan kang masih saja tertahan di kantor polisi. Dia hanya duduk diam memperhatikan detektif polisi yang masih tertidur di kursinya.

"Uhh.." lenguh detektif itu pelan, terbangun dari tidurnya. Ia mengusap matanya dan melihat seulgi yang masih duduk dihadapannya.

"Kau masih disini? Sudah kau renungkan kesalahanmu?" tanyanya lalu saat hendak menurunkan kedua kakinya,

"Akh!" ringisnya kesakitan. Kang hanya menatapnya dalam diam.

"Kakiku keram, bisa kau bantu aku menurunkan kakiku?" pintanya. Kang berdiri lalu membantu detektif itu menurunkan kakinya kemudian duduk kembali dikursinya.

Detektif itu menatap Kang lekat, "Ada yang ingin kau beritahu padaku?"

"Tidak." jawab kang singkat. Detektif itu mengerutkan keningnya, "Apakah kau ingin mendengarkan apa yang kupikirkan?"

Kang mengangkat kedua bahunya, "Terserah saja."

Detektif itu hanya mendesah pelan lalu menatap kang kembali.

"Kau bisa saja kabur dengan memanjat dinding dibelakangmu lalu melompat ke rumah disebelahnya dan berlari hingga rumah ke tiga disebelah kanan. Diatas sana ada seseorang yang sedang menjemur pakaian kau bisa saja menghambat anak buahku dengan berlari diantara pakaian-pakaian itu lalu turun melalui tangga darurat dan melompat ke rumah disebelah kiri-"

"Tidak, itu terlalu tinggi aku akan jatuh." potong kang.

Detektif itu tersenyum tipis melihat reaksi kang, "Oke, jika begitu kau bisa saja melompat turun lalu berlari ke arah timur tidak jauh dari sana ada sekolah, kau bisa saja berbaur dengan anak-anak itu dan anak buahku akan kebingungan mencarimu diantara anak-anak itu sehingga kau berhasil kabur." jelas detektif itu detail.

"Anda salah tuan, aku tetap akan tertangkap," ucap kang dengan tersenyum geli.

"Anda tahu? Sebenarnya aku ingin kabur, tapi aku terlambat." lanjut kang lagi. Detektif itu menatap kang bingung. Kang tertawa pelan melihatnya.

"Sekolah itu telah usai tuan detektif, jika aku kabur dan berlari ke arah sekolah itu aku bisa saja menabrak seseorang dan itu akan membuatku terhambat karena orang-orang pasti akan menolong seorang anak yang terjatuh bukan? dan itu hanya akan menguntungkan anak buahmu untuk menangkapku." jelas Kang.

Detektif itu menatap kang tak percaya lalu tak lama kemudian dia tertawa keras.

"Kau sangat cermat untuk ukuran anak kecil." puji detektif itu. Kang hanya tersenyum sebagai balasannya.

"Kau bisa pergi sekarang."

Kang tersenyum semakin lebar. Namun saat hendak meninggalkan kursi, detektif itu menahan tangannya

"Sebelum kau pergi, tolong kembalikan kunciku." pintanya. Kang menatapnya bingung.

"Kunci borgol nak, kau tadi mengambilnya bukan saat membantuku menurunkan kaki?"

Kang tertawa kecil, ia tidak menyangka detektif itu bisa mengetahui aksinya. Ia pun mengembalikan kunci tersebut.

"Jangan lupa dengan borgolnya, kau sudah membukanya bukan?" tanya detektif itu memastikan.

Kang terdiam sejenak lalu memberikan borgol itu kepada detektif itu. Setelah itu ia berjalan pergi. Saat hendak melewati pintu keluar, ia mendengar detektif itu berteriak.

"Hei anak muda!"

"Namaku adalah Shin Nam Gi panggil saja Detektif Shin! Kita pasti akan bertemu lagi!"

Kang yang mendengarnya hanya tersenyum kecil lalu kembali berjalan keluar dari kantor polisi tersebut. Di dekat pintu masuk ia bisa melihat Byul yang sedang memandangnya khawatir. Ia bergegas lari ke arah teman yang sudah ia anggap sebagai adiknya itu.

"Uhh.. kau lama sekali hyung." rengeknya begitu kang berada dihadapannya.

"Maafkan aku Byul, tuan detektif itu menahanku begitu lama." jelas Kang.

"Kau tidak dipenjara hyung?" tanya Byul penasaran.

"Tidak, aku mencuri kunci borgolnya lalu melepaskan diri." jawab Kang.

Byul memandangnya tak percaya. Kang hanya tersenyum melihat reaksinya. Ia mengacak rambut Byul pelan lalu mengajaknya pulang.

"Oh iya. kau melupakan ini." Kang yang berjalan didepan membalikkan badannya lalu melemparkan sebuah gantungan ke arah Byul. Byul tersenyum begitu menangkap gantungan tersebut lalu berlari ke arah Kang dan memeluk hyungnya itu.

"Terima kasih hyung!" serunya berterima kasih. Kang hanya mengangguk lalu mereka berdua berjalan menjauhi kantor polisi.

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang