Eight

1.1K 178 21
                                    

Joohyun POV

Aku berjalan keluar dari kawasan apartemen. Untung saja halte bus tidak terlalu jauh dari sini. Di halte bus ternyata sudah banyak orang yang mengantre. Karena tidak ada ruang untuk duduk akhirnya aku menunggu bus dengan berdiri.

Setelah menunggu selama kurang lebih dua puluh menit, bus yang kutunggu akhirnya datang. Aku langsung masuk ke dalam bus dan duduk di kursi dekat pintu. Aku memandang keluar jendela, menikmati pemandangan perkotaan. Aku terus memandang keluar sampai netraku menangkap seseorang yang tidak asing.

"Huh? bukankah itu si pencuri?" gumamku lirih.

"Apa yang sedang ia lakukan?"

"Jangan-jangan dia akan mencopet ibu itu?"

"Woah! Tak bisa kupercaya! Bukankah dia sudah berjanji padaku?!"

"Aku harus memotretnya! Dia tertangkap basah olehku!" aku pun mengeluarkan handphoneku lalu memotret kelakuan si pencuri kecil itu.

"Pulang sekolah aku akan memberinya pelajaran!" tekadku. Kemudian aku kembali memperhatikan jalan hingga bus berhenti di halte depan sekolah. Aku langsung turun dan berjalan masuk ke sekolah.

.

.

.

Kang POV

"Apa yang akan kita lakukan disini?" tanyaku sambil menengok ke kiri dan ke kanan, memperhatikan keadaan sekitarku yang sangat ramai. "Kita akan latihan disini." jawab Detektif Shin singkat. "Eung? latihan apa tuan?" Byul kali ini yang bertanya.

"Perhatikan sekitar kalian, disini ramai bukan?" aku menoleh ke Detektif Shin, "Tentu, kita kan sedang berada di myeongdong tidak mungkin disini sepi." jawabku yakin. "Nah sekarang aku akan memberikan kalian trik saat mengintai seseorang," ujar Detektif Shin memandangku dan Byul bergantian.

"Kunci dari pengintaian adalah sepatu, kalian harus menyamakan langkah kaki kalian agar tidak ketahuan, lalu jangan lupa selalu sembunyikan tubuh kalian," jelas Detektif Shin.

"Apa kalian mengerti?" Detektif Shin bertanya memastikan. "Aku rasa....ya," jawabku kurang yakin. Byul kelihatannya juga sama denganku, tidak terlalu yakin.

"Baiklah kalau begitu, sekarang kalian coba untuk mengintai seseorang hingga ujung jalan sana. Jika aku rasa kalian telah berhasil, kalian bisa berhenti. Jika tidak, kalian harus mencari target baru." ucap Detektif Shin memberikan instruksi kepada kami. Aku dan Byul mengangguk paham lalu menjalankan instruksi dari Detektif Shin.



6 jam kemudian...

"Tuan... bisakah kita istirahat sebentar?" pinta Byul dengan raut muka memohon. Aku juga ikut-ikutan menatapnya dengan raut muka yang sama. "Hmm... baiklah, kita berhenti dulu. Sekarang kita pergi ke Kim's Pizza okay? aku akan mentraktir kalian." ucap Detektif Shin mengabulkan permintaan kami. "Terima kasih tuan!" kami berseru senang.

Sekarang kami sedang duduk di salah satu meja Kim's pizza, menunggu pesanan datang. Toko pizza ini ramai seperti biasa. "Hei, aku ingin kalian mencermati toko ini," bisik Detektif Shin pelan. "Kenapa tuan?" tanya Byul tak mengerti. "Perhatikan saja baik-baik." ucap Detektif Shin tidak menjawab pertanyaan Byul.

Aku memperhatikan sekitar, tidak ada yang aneh. Para pekerja disini terlihat ramah seperti biasa. Aku sudah sering melewati tempat ini dan jujur saja aku tidak merasa ada yang aneh dari tempat ini. Kenapa Detektif Shin menyuruh kami untuk mencermati tempat ini? apakah ada sesuatu yang mencurigakan disini?

.

.

.

Joohyun POV

"Huhh.. kenapa hari ini terasa sangat lama?" keluhku pelan. "Setiap hari kau selalu berkata seperti itu Bae." sahut teman sebangkuku, Son Seungwan tapi aku lebih suka memanggilnya Wendy, itu nama panggilan yang kuberikan kepadanya.

Ia juga punya nama pemberian untukku. Wendy memanggilku Irene, karena waktu kami pertama kali bertemu ia kira aku orang pendiam dan cinta damai jadi ia memberiku nama Irene yang berasal dari nama dewi yunani Eirene.

"Arra, tapi hari ini terasa berjalan lebih lama daripada biasanya." keluhku. Wendy hanya diam, malas mendebatku. Dia tahu bahwa percakapan ini tidak akan ada habisnya jika ia mendebatku.

Teng teng teng

Suara bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Aku segera membereskan barang-barangku dan memasukkannya ke dalam tas. Setelah itu aku berjalan keluar kelas. Tiba-tiba Wendy merangkulku dari belakang, "Kajja kita pulang!" aku terkekeh didalam rangkulannya.

Aku sudah terbiasa dengan sikapnya itu. Dia mungkin terlihat anggun dan berwibawa saat aku pertama kali melihatnya, namun ternyata itu hanyalah sebuah kedok belaka. Begitu aku mengenalnya aku langsung mengucapkan selamat tinggal kepada ekspetasiku itu karena ia sangatlah berbeda dari apa yang kupikirkan.

Kini aku sedang duduk menunggu bus datang. Wendy sudah pulang dari tadi, dijemput oleh supir pribadinya. Sebenarnya tadi Wendy menawarkanku tumpangan untuk pulang, namun aku menolaknya karena aku tidak akan langsung pulang hari ini. Aku harus menemui seseorang saat ini.

.

.

.

Kang POV

"Hyung," panggil Byul.

"Hm?" aku merespons panggilannya. Byul menoleh menatapku, "Di masa depan... kau ingin jadi apa?" tanyanya. "Ummm.... entahlah, aku belum memutuskannya." jawabku tenang.

"Bagaimana dengan kau? kau ingin jadi apa?" aku balik bertanya padanya, Byul tersenyum kepadaku, "Aku hanya ingin terus disampingmu hyung! Aku akan terus mengikutimu!" jawabnya riang. Aku tersenyum mendengar jawabannya.

"Jika aku jadi penjahat berarti kau juga akan mengikutiku hm?" godaku.

"Bukankah sekarang kita sudah menjadi penjahat?" balasnya. Aku tertawa. Adikku ini benar-benar bisa membuatku senang kembali. Kemudian kami terdiam, sibuk dengan pemikirannya masing-masing.

"Byul," panggilku memecah keheningan.

"Nde hyung,"

"Emm, soal adikmu..."

"Ah itu, aku yakin dia tidak apa sekarang."

"Anii, maksudku, apakah kau tak ingin menemuinya lagi?" tanyaku. Dia menggeleng, "Dia sudah bahagia dengan keluarga barunya, aku tak pantas untuk menemuinya lagi." jawabnya sendu.

Aku tahu meski ia berkata seperti itu tetapi hatinya berkata lain, dia pasti sangat merindukan adiknya.

Awalnya aku tak menyangka jika Byul mempunyai saudara, tepatnya seorang adik perempuan. Awalnya aku tidak percaya saat ia menceritakannya padaku. Akan tetapi, saat dia mengajakku ke tempat keluarga adiknya yang baru aku bisa melihat dari sorot matanya, jika ia benar-benar kakak dari anak itu.

Bisa dibilang aku dan Byul mirip. Kami sama-sama kehilangan seseorang yang berharga bagi kami. Hanya saja, orang yang berharga bagi Byul masih berada di dunia ini. Sedangkan aku, hanya bisa berdo'a ketika aku mulai merindukan....ibuku.

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang