Thirty Nine

707 108 26
                                    

"Akhirnya kau datang juga, Kang Seulgi."

Untuk sepersekian detik, Kang terkejut saat ia mendengar wanita itu menyebut namanya. Tetapi ia tetap diam bergeming, tidak menyahuti wanita yang mengkhianati kepercayaan mentornya.

"Aku sudah cukup lama menunggumu, sayangku. Ternyata kau cukup lambat dari pada yang ku pikirkan." ucap wanita itu sambil menegak kembali bir yang ada di tangannya.

"Kau pasti sudah melihat foto-foto itu bukan? kau terkejut?" tanya wanita itu, tetapi tetap tidak mendapat respon dari Kang.

"Ada yang ingin kau tanyakan? Mumpung aku masih baik kepadamu" ujar Gook Cha Kyung yang kemudian kembali menegak bir.

"Kenapa kau punya foto malam itu? Kau ada di situ pada saat ibuku tertabrak?" akhirnya Kang menyuarakan pertanyaannya. 

Wanita itu terkekeh pelan, "Itu pertanyaanmu? Aku kira kau akan bertanya hal lain"

"Jawab dulu pertanyaanku itu" ujar Kang tajam, memotong kekehan Gook Cha Kyung.

"Jika iya, kau mau apa?" jawab Gook Cha Kyung sambil menatap Kang dengan tatapan menantang.

Kedua tangan Kang mengepal erat menahan amarah, "Kenapa kau tidak menolongnya?!"

Gook Cha Kyung tertawa dengan keras, "Kau lucu sekali ternyata."

"Untuk apa aku menolong target yang harus aku singkirkan?" lanjutnya yang semakin menyulut emosi Kang.

"Apa maksudmu?" tanya Kang yang menahan marahnya.

"Malam itu, ibumu bukan tidak sengaja tertabrak, melainkan itu dilakukan dengan kesadaran penuh. Malam itu, kami ditugaskan untuk membunuh ibumu." jawab Gook Cha Kyung dengan tenang.

Kang Seulgi sudah mencapai batas kesabarannya, ia segera mengeluarkan pistol yang ia simpan di dalam jaketnya.

"Wow, wow, tenang dulu, nak"

"Kau pikir aku bisa tenang setelah kau mengatakan padaku bahwa kau yang membunuh ibuku dengan sengaja?!" tanya Kang dengan penuh emosi.

"Jika kau membunuhku sekarang, kau tidak akan pernah tahu fakta yang ada dibalik semua ini, nak," ujar Gook Cha Kyung, "lagipula bukan aku yang seharusnya kau bunuh. Tapi ayahmu."

"Apa maksudmu?"  tanya Kang bingung. Gook Cha Kyung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan menuju Kang. Begitu sampai dihadapan Kang, ia segera merangkul pemuda itu dan berbisik, "Ayahmu adalah dalang di balik semua ini."

"Ayahku? aku sudah tidak punya ayah! Ia sudah lama tiada, jangan coba-coba menipuku!" seru Kang yang semakin marah. Ia lalu mengarahkan pistolnya tepat dipelipis Gook Cha Kyung.

"Aku tidak berbohong, anak manis. Ayahmu masih hidup," ucap Gook Cha Kyung dengan tenang sama sekali tidak merasa takut terhadap todongan pistol di pelipisnya.

"Ayahmu itu adalah Lee Jae Wook." lanjutnya. Tepat setelah mendengar fakta mengejutkan tersebut, pistol yang digenggam oleh Kang terjatuh. Kakinya seketika kehilangan kekuatan untuk menopang badannya. Ia jatuh terduduk tepat dihadapan Gook Cha Kyung.

Wanita dihadapannya itu lalu berjongkok dihadapannya, "Aku tahu ini cukup mengejutkan, tapi apa yang kukatakan ini adalah kebenarannya, Kang."

"Ibumu— Kang Sora dan Lee Jae Wook adalah orang tua biologismu. Apakah mereka sepasang suami istri? Tentu saja bukan. Seorang politikus besar macam Lee Jae Wook tidak mungkin memperistri seorang anak yatim piatu yang besar di panti asuhan pinggir desa. Akan tetapi, ibumu yang berani itu menjalin hubungan terlarang dengan Lee Jae Wook padahal saat itu ia sudah mempunyai istri. Kemudian saat ibumu mengandungmu, ia meminta Lee Jae Wook untuk bertanggung jawab. Sayangnya, Lee Jae Wook menolak itu. Apakah ibumu marah? Sekali lagi, tidak. Ibumu itu terlalu mencintai Lee Jae Wook hingga membuat dia menjadi bodoh." ungkap Gook Cha Kyung. Raut wajah Kang menjadi gelap, matanya terlihat memancarkan amarah yang sangat besar.

 "Bertahun-tahun ibumu menghilang dari kehidupan Lee Jae Wook lalu tiba-tiba ia kembali muncul dihadapan Lee Jae Wook. Aku ada di situ pada saat itu. Ibumu itu meminta bantuan uang untuk dirinya dan dirimu. Ia berkata hanya untuk kali itu saja, setelah itu ia akan menghilang selamanya dari kehidupan Lee Jae Wook. Lee Jae Wook menyanggupi hal itu, ia memberikan sejumlah uang kepada ibumu. Kemudian setelah ibumu pergi, ia menyuruhku untuk benar-benar menghilangkan ibumu dari kehidupannya. Lebih tepatnya, melenyapkannya dari dunia ini. Malamnya, anak buahku mengeksekusi hal itu. Tepat di malam yang dingin dan sepi, anak buahku menabrak ibumu yang tengah menyebrang setelah membelikanmu jajanan ringan. Sungguh malang seka—" 

ucapan Gook Cha Kyung terpotong karena tangan Kang yang tiba-tiba mencekik dirinya.

"Kau tidak berhak mengasihani ibuku, dasar iblis!" umpat Kang marah. Gook Cha Kyung terlihat kesulitan bernapas. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan cekikan Kang.

"Le-Lepas-s kan" pintanya terbata.

"Lepaskan? kau pikir aku akan melepaskanmu semudah itu? setelah apa yang kau lakukan kepada ibuku?!"

"M-maaf k-kan aku, aku b-bersalah. Tolong d-dengarkan a-aku sebentar"

Bukannya mengikuti permintaan Gook Cha Kyung, Kang semakin mengeratkan cekikan dileher Gook Cha Kyung.

"A-aku m-m-mohon, kali-i ini s-s-saja"

Melihat air mata yang berlinang dar sudut mata Gook Cha Kyung membuat Kang melonggarkan cekikannya dan melepaskannya.

Gook Cha Kyung langsung mengambil napas sebanyak-banyaknya, ia merasa hampir saja mati tadi.

"Cepat katakan apa yang kau mau" ujar Kang tajam. Gook Cha Kyung yang sudah bernapas dengan normal kembali menatap Kang, "Aku akan membantumu"

"Apa?" tanya Kang terkejut.

"Aku akan membantumu membalaskan dendam kepada Lee Jae Wook" ulang Gook Cha Kyung.

.

.

.

Tepat dini hari Kang pulang ke apartemennya. Begitu ia masuk, ia disambut dengan pemandangan Byul yang sedang tertidur di sofa. Ia tersenyum sendu melihatnya, adik satu-satunya itu pasti sudah lama menunggunya.

Dengan perlahan ia menepuk pundak Byul, "Hei ayo bangun, aku sudah kembali" 

Byul kemudian membuka matanya dengan perlahan, "Eoh hyung, kau sudah pulang?"

"Sudah kubilang aku akan pulang bukan? sekarang kembali ke kamarmu, punggungmu bisa sakit jika terlalu lama tidur disini."

Dengan terkantuk, Byul bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya. Setelah memastikan adiknya masuk ke kamarnya, giliran Kang yang menidurkan diri di sofa itu. Matanya terpejam, tetapi pikirannya dipenuhi dengan kejadian yang ia alami hari ini. Sungguh ia merasa sangat lelah hari ini. 

.

.

.

"Hyung! Bangun hyung! Kenapa malah kau yang tidur di sini?" ucap Byul membangunkan Kang sambil mengguncang pelan pundak Kang.

"Ah? Apakah sudah pagi?" tanya Kang yang masih belum sepenuhnya sadar. 

"Ayam sudah berkokok sejak tadi, tapi kau malah asyik tidur, hyung" jawab Byul sedikit menyindir. 

"Maaf, aku sangat lelah kemarin."

"Ah benar, apa yang terjadi kemarin Hyung? Apa yang kau cari di kediaman Gook Cha Kyung? Apakah terjadi sesuatu?" tanya Byul bertubi-tubi.

Kang terkekeh kecil mendengar pertanyaan dari adiknya itu, "Tidak terjadi apa-apa, aku akhirnya menemukan apa yang kucari."

Dahi Byul berkerut, "Apa itu?"

Kang tersenyum pahit, "Orang yang harus bertanggung jawab atas kematian ibuku." 







Kemarin siapa yang ngasih ide kalo Lee Jae Wook itu ayahnya Kang? wkwkwk. Makasih ya atas idenya, aku jadi terbantu buat nulis chapter ini.

Btw dari chapter ini, kalian tahu apa ambisi atau apa yang dicari Kang selama ini ngga? sebenarnya aku ngga pernah nulis secara gamblang apa ambisinya Kang dan aku ngga pernah nyinggung itu sebelumnya. Jadi aku ngga tahu kalian ngeh atau ngga. Semoga chapter ini memberikan pencerahan terhadap jalan cerita yang rumit ini ya 😣

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang