Joohyun POV
"Joohyun!"
Aku menoleh, terlihat Wendy yang berlari pelan kearahku. Aku tersenyum tipis begitu dia sampai didepan meja kerjaku.
"Apa yang kau lakukan disini?" tanyaku. Dia tersenyum lebar, "Apa malam ini kau senggang? Kalau iya, ayo kita jalan-jalan!"
Aku mengerutkan keningku, mencoba mengingat jadwal kerjaku hari ini, "Aku pikir aku akan sibuk hari ini," raut wajah Wendy berubah, senyumnya memudar dengan cepat
"Tapi akan kuusahakan untuk selesai secepatnya." lanjutku lagi. Lagi-lagi ekspresi wajahnya itu berubah dengan cepat, wajahnya kini terlihat sangat senang. "Terima kasih kawan! Malam ini aku akan menjemputmu, bye!"
Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatku itu, mengapa dia harus repot-repot datang ke kantor polisi hanya untuk mengajakku pergi?
.
.
.
Aku berdiri sambil mengetuk-ketuk sepatuku, menunggu Wendy datang menjemputku. Sekitar jam lima sore tadi, ia mengirimkanku pesan kalau dia akan menjemputku jam setengah tujuh malam. Namun, hingga sekarang— tepatnya jam setengah delapan malam lebih, Wendy belum juga menjemputku.
tin!
sebuah mobil SUV berwarna hitam berhenti tepat didepanku. Lalu pengemudi mobil tersebut menurunkan kaca mobil sampingnya, aku berdecih kesal begitu melihat wajahnya yang tampak tidak merasa bersalah sama sekali.
"Yak! kau bilang kau akan menjemputku jam setengah tujuh, dan lihat jam berapa sekarang?" tanyaku kesal. Wendy langsung memasang wajah memelas, "Mianhae, Joohyun-ah.."
Aku hanya memutar bola mataku kesal, kemudian aku berjalan menuju mobil dan masuk kedalamnya. "Mau kemana kita malam ini?" tanyaku sambil memasang sabuk pengaman. "Hmm.. how about a small picnic on the han river? kita bisa beli chicken dan beberapa soju jika kau mau," saran Wendy. "sounds good for me, lagipula sudah lama aku tidak pergi ke Sungai Han."
Mendengar jawabanku, Wendy mempercepat laju mobilnya menuju Sungai Han. Aku menikmati pemandangan kota dari jendela samping. Pemandangan kota Seoul pada malam hari memang yang terbaik, aku selalu menyukainya. Radio mobil yang memutar lagu-lagu balada semakin membuat suasana menjadi nyaman, sesekali aku menanggapi celotehan Wendy yang tidak ada habisnya itu.
Tidak terasa aku dan Wendy sudah sampai di Sungai Han. Kami langsung turun dari mobil. Wendy bertugas pergi mencari tempat untuk duduk sedangkan aku bertugas untuk membawa dua porsi chicken dan mini cooler box yang selalu tersedia di mobil Wendy. Aku mengikuti Wendy dari belakang, dari kejauhan terlihat banyak sekali orang yang juga berpiknik di Sungai Han. Akhir pekan memang banyak orang yang memilih untuk melepas penat disini, apalagi saat malam hari. Selain karena pemandangannya yang bagus, suasana tenang untuk mengobrol santai membuat tempat ini menjadi salah satu pilihan terbaik.
"Sudah lama aku tidak kesini," gumamku pelan sambil memandang ke langit, menerawang jauh mengingat kembali kenangan indah yang tidak mungkin terulang kembali. "Ayah..." panggilku lirih, sosok itu selalu muncul dibenakku tiap kali aku mengingat kenangan masa kecilku.
Wendy menoleh kepadaku, "Kau memanggilku?" Aku menggeleng cepat, "aku tidak memanggil siapapun, aku hanya bilang pemandangannya bagus,"
"Benarkah?"
"Kau tidak percaya padaku?"
"Terserah kau saja rene"
"hehe"
"Bagaimana pekerjaanmu sekarang, Rene? Kau senang?"
"Tentu saja, ini adalah pekerjaan impianku"
"Dulu kukira kau akan meneruskan perusahaan Bae Group— ah maafkan aku,"
"Tidak apa, itu sudah lama sekali, aku sudah tidak apa-apa"
"Kau yakin?"
Aku mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan wendy, "Sudah saatnya aku bangkit bukan?" ucapku sambil tersenyum tipis.
"wanna a hug?"
Aku menoleh melihat wendy, lalu mengangguk seraya merentangkan kedua tanganku, "thank you for being here, Wendy" bisikku pelan.
.
.
.
Kang POV
krieett
"Anda memanggil saya tuan?"
"Ah kau sudah datang, silahkan duduk Darren," ucap Tuan Hwang mempersilahkanku duduk. Aku pun duduk di sofa tepat didepan meja kerja Tuan Hwang.
"Ada yang ingin kubicarakan denganmu" ujar Tuan Hwang tanpa basa-basi. Tubuhku seketika menegang, memikirkan apa yang akan dibicarakan oleh Tuan Hwang.
"Apa yang ingin anda bicarakan Tuan?"
"Pertama, aku tidak ingin kau terus merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Leo, itu bukan salahmu"
"Tapi Tuan—"
"Kedua," potong Tuan Hwang cepat.
"Aku barusan mendapat kabar dari Seoul dan ini berkaitan dengan Shin."
Kedua tanganku mengepal keras saat nama itu disebut. Tuan Hwang yang melihat itu segera mengenggam kedua tanganku.
"Jangan membencinya nak, jangan." tutur Tuan Hwang lembut, "Dia pasti punya alasan, aku yakin."
"Aku tidak akan pernah memaafkan pria itu, Tuan." ucapku tegas. Tuan Hwang menggeleng pelan, "Aku yakin kau akan memaafkannya setelah tahu apa yang terjadi padanya."
Aku mendongak, menatap Tuan Hwang, "Apa anda berpikir aku akan memaafkannya begitu saja? Setelah apa yang dia lakukan?"
Tuan Hwang mengangguk, "Maka dari itu aku ingin kau dan Byul kembali ke Seoul, aku punya tugas untukmu Kang"
"Tugas apa itu Tuan?"
"Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi padaBae Jung Won."

KAMU SEDANG MEMBACA
Missing
AcciónBetween ambition, love, and sacrifice Started : 30/07/2018 End : 04/06/2020