"Sersan Oh, kemari" panggil Letnan Bae. Il Seung bangkit lalu berjalan kearah meja Letnan Bae.
"Ada apa Letnan?" tanya Il Seung. Joohyun menunjuk kearah layar laptop, "orang ini mencurigakan"
Il Seung memicingkan matanya, mengamati seseorang yang ditunjuk oleh Letnan Bae. Rekaman cctv mungkin tidak terlalu jelas tapi Il Seung masih bisa melihat jika orang tersebut adalah seorang pemuda yang bertubuh pendek semampai.
"Dia sudah berada disana selama kurang lebih tujuh jam" jelas Letnan Bae.
"Apa yang ia lakukan?" tanya Il Seung.
"Tidak ada, dia hanya diam disana daritadi" jawab Joohyun.
Il Seung melihat video itu dengan seksama. Memang benar pemuda yang ditunjuk oleh Letnan Bae itu tidak melakukan apapun.
Dia hanya duduk diam dipojok kanan restoran setelah memesan makanan. Tetapi sampai makanannya habis, ia sama sekali tidak beranjak dari sana.
"Sial!" seru Joohyun tiba-tiba. Il Seung menoleh, "Ada apa Letnan?"
"Kita sudah dapat tersangkanya, tapi aku tidak tahu dia itu siapa" jawab Joohyun dengan raut muka kesal.
"Andai saja dia berbalik dan memperlihatkan wajahnya" sungut Joohyun.
"Sudahlah, kita tidak akan mendapatkan apa-apa dari video itu" ucap Joohyun pasrah.
"Tunggu sebentar Letnan"
"Percuma saja Sersan Oh"
"Tidak, tunggu sebentar"
"Apakah kau mendapatkan sesuatu?"
"Letnan Bae, lihat ini" ucap Il Seung lalu menunjuk pojok kiri video tersebut, "ini cermin bukan?"
Joohyun menyipitkan matanya, "benar itu cermin, kenapa?"
Il Seung tersenyum, ia memutar ulang rekaman cctv tersebut, "perhatikan apa yang ia lakukan setelah memesan makanan, Letnan"
Dalam video tersebut, terlihat tersangka yang baru memasuki restoran cepat saji. Kemudian karena tidak ada antrean sama sekali, ia langsung menuju kasir dan memesan makanan.
Lalu setelah ia memesan, tersangka berjalan menuju wastafel di pojok kiri restoran. Tidak hanya mencuci tangannya, tersangka juga terlihat sedang merapikan pakaiannya.
"Wah, kau sungguh luar biasa Sersan Oh" Joohyun menatap Il Seung tak percaya.
"Terima kasihLetnan Bae " Il Seung tersenyum senang mendengar pujian dari atasannya tersebut.
"Aku akan mengirimkan rekaman ini kepada tim analisis, semoga saja kita bisa mendapat wajah tersangka"
"Lalu, aku ingin kau ikut denganku. kita akan pergi ke tkp"
"Siap Letnan!"
.
.
.
Joohyun dan Il Seung segera masuk kedalam restoran cepat saji itu begitu mereka sampai.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang pramusaji.
"Umm, kami dari kepoli-"
"Kami ingin memesan 2 bulgogi burger dan 2 soda" potong Joohyun sebelum Il Seung selesai berbicara.
"Nde, saya ulangi pesanannya. dua bulgogi burger dan dua soda, totalnya enam ribu won" Joohyun menyerahkan enam lembar uang seribu won kepada pramusaji tersebut.
"Terima kasih, mohon ditunggu pesanannya"
Joohyun segera menarik Il Seung ke salah satu meja yang dekat dengan jendela restoran.
"Yak! Kau tidak boleh seenaknya seperti tadi" tegur Joohyun lirih.
"Apa maksud anda, Letnan?" Dahi Il Seung mengkerut tanda ia tidak paham maksud dari atasannya itu.
"Kalau aku tidak memotongmu tadi, pasti sudah terjadi keributan disini" jelas Joohyun.
"Tapi bukankah kita kemari untuk menyelidiki kasus?"
"Kau benar, tapi kita tidak harus memberitahu mereka kita dari kepolisian"
"Kita akan menunggu tersangka muncul disini, aku harap tim analisis bisa segera memberikan kita data tentang tersangka." lanjut Joohyun. Il Seung mengangguk mengerti.
drrt drrt drrt drrt
Ponsel Il Seung bergetar. Ia segera mengambil ponsel dari saku celananya.
Oh Seho is calling...
"Maaf Letnan, aku harus menjawab panggilan ini" izin Il Seung.
Joohyun mengangguk lalu menyuruh Il Seung pergi dengan gesture tangannya.
Il Seung berterima kasih lalu segera mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa Byul?" ucap Il Seung begitu ia keluar dari restoran.
"Aku sudah mencoba mencari tahu tentang tersangka dari video yang kau kirim, hyung. Hanya saja.."
"Hanya saja kenapa?"
"Aku tidak mendapat apapun. Aku hanya mendapatkan wajahnya"
"Bagaimana mungkin?" ujar Il Seung tak percaya.
"Aku juga tidak tahu, Hyung. Lagipula aku sudah memperbaharui databaseku, jadi seharusnya data tentangnya pasti bisa aku dapatkan"
"Baiklah, kita akan memikirkan itu nanti. Sekarang kau kirim saja foto wajah tersangka kepadaku. Aku sedang berada ditempat kerja korban" titah Il Seung.
"Nde hyung, akan kukirimkan sekarang."
.
.
.
Ting!
Aku membuka ponselku, sebuah pesan masuk dari Byul. Aku lalu membukanya. Byul mengirimkan foto tersangka yang tertangkap oleh cctv.
Aku menyimpan foto tersebut. Lalu memasukkan kembali handphoneku ke dalam saku celana."Permisi, ini pesanan anda, dua bulgogi burger dan dua soda, silahkan dinikmati, " seorang pramusaji datang ke meja kami, memberikan pesanan kami.
"Nde, terima kasih" ujarku dengan tersenyum simpul.Letnan Bae yang berada dihadapanku sesari tadi hanya diam.
"Letnan Bae?" Tidak ada respon sama sekali. Lalu aku mengetuk-ketukkan jariku dimeja, berusaha membuyarkan Letnan Bae dari lamunannya.
"Letnan?" panggilku sekali lagi, sedikit agak keras.
"Nde, ada apa?" respon Letnan Bae, akhirnya.
Aku menggeleng pelan sambil tersenyum simpul, "Tidak ada apa-apa Letnan, hanya saja anda terlihat sedang memikirkan sesuatu, aku menjadi sedikit khawatir."
"Maafkan aku, aku seharusnya memberikan contoh yang baik padamu, bukannya malah melamun" sesal Letnan Bae.
"Tidak apa-apa Letnan, apa anda sedang mempunyai masalah? Anda bisa bercerita dengan saya, jika anda berkenan" ujarku mencoba mengakrabkan diri dengan atasanku ini
"Tidak, aku tidak sedang bermasalah, aku hanya sedikit lelah, akhir-akhir ini pikiranku terbagi sehingga aku mengeluarkan lebih banyak energi daripada biasanya"
"Baiklah, tapi jika anda merasa lelah, anda bisa beristirahat sejenak. Biar saya yang melakukan investigasi ini"
"Aku tidak apa, sungguh. Lagipula aku tidak akan membiarkan kasus ini begitu saja"
"Kenapa?"
"Aku merasa, kasus ini lebih rumit daripada yang terlihat"

KAMU SEDANG MEMBACA
Missing
AksiBetween ambition, love, and sacrifice Started : 30/07/2018 End : 04/06/2020