Malam ini aku dan Byul memutuskan untuk pergi membeli makan malam di sebuah mini market. Hasil curian kami kemarin cukup untuk membeli dua cup ramyeon dan sebuah samgak-kimbap. Setelah selesai membayar, kami keluar dari minimarket dan berjalan tanpa tujuan. Kami bisa tidur dimana saja. Sehingga kami tidak perlu mengkhawatirkan dimana kami akan tidur dan sekarang kami belum menentukan dimana kami akan tidur sehingga kami biarkan saja kaki kami melangkah membawa kami pergi.
Aku berjalan disamping Byul. Kami saling melontarkan candaan satu sama lain. Tidak jarang kami saling kejar-kejaran karena aku menggoda Byul ataupun sebaliknya. Kami berhenti saling mengejar saat melihat sebuah halte bus. Kami duduk disana untuk memakan ramyeon dan samgak-kimbap yang kami beli tadi. Sekarang sudah larut malam, bus terakhir sudah lewat dari tadi.
"Hyung," panggil Byul. Aku yang sedang memakan ramyeon menoleh kepadanya, "Ada apa?"
"Aku ingin bertanya sesuatu." ucapnya agak ragu.
"Tentang apa?"
"Tapi kau harus berjanji akan menjawabnya ya."
Aku berpikir sejenak, "Baiklah, aku akan menjawabnya."
"Emm... sebenarnya... apartemen yang kemarin kita curi itu... itu milik siapa?"
"Mengapa kau ingin tahu?" aku balik bertanya.
"Aku hanya ingin tahu siapakah orang yang bisa mendapatkan informasi tentang mantan presiden Lee Jae Wook sedetail itu." jawabnya.
Aku menghela napas, "Apakah kau akan percaya dengan jawabanku?"
"Tentu saja hyung! Aku selalu mempercayaimu!" sahutnya yakin.
Aku tersenyum lalu mengacak rambutnya pelan. Dia merengut kesal saat melihat rambutnya menjadi berantakan.
"Bae Group. Apartemen itu milik direktur utama Bae Group." jawabku akhirnya. Byul tersedak kaget mendengar jawabanku. Dia terbatuk menenangkan dirinya.
"Maksudmu Tuan Bae Jung Won?!" pekiknya tidak percaya. Aku mengangguk membenarkan. Byul berhenti makan sejenak.
"Bagaimana bisa Tuan Bae Jung Won mengetahui hal tersebut," gumam Byul pelan namun masih bisa kudengar. Aku tidak menanggapi gumaman Byul. Aku lanjut memakan ramyeonku yang sudah dingin.
"Kita harus kembali ke apartemen itu besok." ucapku setelah menghabiskan ramyeonku.
"Kenapa hyung?"
"Aku masih harus mencari gelangku."
"Masih belum kau temukan?"
Aku menggeleng, "Belum, dia menyimpannya dengan sangat baik."
"Aku pasti akan mengambil lagi barang milikku!" ucapku kesal saat memikirkan gelangku yang masih belum kembali.
"Mengambil apa hah?" sahut seseorang dari samping. Aku dan Byul langsung menoleh kearahnya kaget. Mataku membulat, tidak percaya dengan apa yang kulihat. Gadis cerewet itu -Bae Joohyun- saat ini sedang berdiri disebelahku. Aku langsung bangkit dan berdiri berhadapan dengannya.
"Kenapa kau disini?" tanyaku
"Apa aku tidak boleh berada disini?" dia balas bertanya tidak terima.
Aku menggeleng, " tentu saja kau boleh disini, ini kan milik umum." lalu hening, tidak ada percakapan diantara kami. Kami saling menatap sengit. Saat aku melihat ke tangannya aku melihat sesuatu yang tidak asing bagiku.
"Gelangku!" seruku sambil menunjuk ke arah tangan kanannya. Dia langsung menutupi pergelangan tangan kanannya.
"Kembalikan gelangku!"
"Tidak mau!"
"Kubilang kembalikan gelangku, Bae Joohyun-ssi!"
"Sudah kubilang tidak mau!"
Aku yang sudah merasa kesal langsung menarik tangan kanannya dengan keras. Dia tersentak kedepan, mendekat kearahku. Aku mencoba melepaskan tangan kirinya yang masih menggenggam erat pergelangan tangan kanannya. Namun genggamanya sangat kuat. Merasa tidak berhasil, aku akhirnya berhenti mencoba melepaskan tangannya. Tidak kusangka dia mempunyai tenaga yang sangat kuat untuk ukuran seorang anak perempuan. Walaupun menyerah, aku tetap menatapnya sengit.
"Aku akan mengembalikan gelang ini," ucapnya kepadaku. "Asalkan kau kabulkan permintaanku."
Aku mengangkat sebelah alisku, "Apa yang kau inginkan?" dia tersenyum senang, raut wajahnya berubah menjadi sedikit bersahabat.
"Kau harus berhenti mencuri!" ucapnya tegas. Aku terkejut mendengar permintannya, "Tidak, aku tidak bisa."
"Kalau begitu aku tidak akan mengembalikan gelang ini."
Aku langsung mengeleng, "Baiklah aku akan kabulkan permintaanmu."
Dia tersenyum semakin lebar saat aku turuti permintaannya. Dia lalu melepaskan gelangku dari tangannya dan memberikan keadaku. Aku langsung memakai gelangku begitu menerimanya.
"Apakah gelang itu sangat penting?" tanyanya. Aku mengangguk masih sambil memasang gelangku. Selesai memasang gelang, aku langsung duduk dan memakan samgak-kimbapku. Byul sedari tadi hanya diam memperhatikan percakapan diantara kami.
"Darimana kau mendapatkan gelang itu?" tanyanya lagi. Aku hanya diam mengunyah samgak-kimbapku. Merasa diacuhkan, dia kembali bertanya
"Apakah kau mencurinya?"
"..."
"Hei! aku berbicara denganmu!"
"..."
"Jadi benar kalau gelang itu adalah barang curian."
"..."
"Kau tidak boleh mengenakan gelang itu, kau harus mengembalikan gelang itu kepada pemiliknya."
Aku yang merasa muak mendengar ucapannya berdesis sinis, "Tahu apa kau tentangku? memangnya kau siapa hah?"
Dia kaget melihatku marah. Sekarang ia menatapku dalam kemudian ia berlalu pergi. Aku yang melihatnya pergi mendengus kesal.
"Sudahlah hyung, tidak usah kau perdulikan ucapannya itu, dia tidak tahu apa-apa tentangmu." hibur Byul. Aku menghela napas menenangkan diri lalu mengangguk setuju.
'Dia hanya gadis asing, dia tidak tahu apa-apa tentangku.' batinku.
Setelah tenang aku berdiri bangkit dari kursi lalu berjalan pergi. "Ayo kita kembali ke basecamp." ajakku kepada Byul. Byul langsung bangkit mengikutiku. Kemudian kami berdua berjalan ke arah taman kota untuk beristirahat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing
ActionBetween ambition, love, and sacrifice Started : 30/07/2018 End : 04/06/2020