Ten

1.1K 185 6
                                    

Author POV

"Eoh Byul, kau sudah bangun rupanya." ucap Kang menoleh kearah Byul yang berada dibelakangnya. Byul tidak meresponnya, dia diam dengan kepala tertunduk, mengumpulkan nyawa setelah tertidur lelap tadi.

Joohyun yang tidak mengerti situasi ini menarik pelan lengan baju kang. Kang menoleh menatap Joohyun. Matanya seolah bertanya, 'Ada apa Joohyun-ssi?'

Joohyun berbisik pelan, "Siapa ahjussi ini?" bukannya menjawab pertanyaan Joohyun, kang malah membalasnya sinis, "Mengapa kau ingin tahu?" Joohyun mendelik kesal kepada kang. Detektif Shin yang menyadari tingkah Joohyun dan kang terkekeh geli.

"Apakah Nona masih ada urusan dengan anak ini?" tanya Detektif Shin lembut. "Ah, ngg..." Joohyun menggaruk kepala belakangnya pelan, bingung harus menjawab apa. "Tidak, kami sudah tidak ada urusan lagi," kang menjawab cepat.

Joohyun mendelik kesal kepada Kang lagi. Kang yang tidak peduli hanya menatap Joohyun datar.

"Ah kalau begitu, apakah tidak apa jika aku meminjam dua anak ini?" izin Detektif Shin. Joohyun menoleh ke arah Detektif Shin, "Ah itu.. tentu saja, anda bisa membawa mereka pergi."

"Terima kasih Nona, oh ya apakah Nona sudah makan?" Detektif Shin bertanya lagi. "Uh?" Joohyun terkejut dengan pertanyaan detektif yang tiba-tiba itu.

"Aku ingin mengajak mereka makan, jika Nona belum makan Nona bisa bergabung dengan kami." ajak Detektif Shin. Kang terkejut dengan ajakan Detektif Shin itu, Kang menatap Detektif Shin 'untuk apa anda mengajaknya?' kira-kira seperti itulah arti dari tatapan Kang.

"Ah, terima kasih atas ajakannya ahjussi, tetapi saya sudah makan tadi, maafkan saya." tolak Joohyun halus. Kang menghela napas lega.

"Tidak apa Nona, kalau begitu kami pamit undur diri dulu." Detektif Shin merangkul aku dan Byul, lalu berjalan menjauh dari taman kota, meninggalkan Joohyun yang masih berdiri didekat kursi taman.

.

.

.

Kang POV

Sekarang kami -Aku, Byul, dan Detektif Shin- sedang duduk disalah satu meja Kim's Pizza, menunggu pesanan pizza kami datang. Aku rasa hari ini pengunjung yang datang ke sini lebih banyak daripada minggu lalu.

"Kang-ah, Byul-ah kalian ingat kapan terakhir kali kita kemari?" tanya Detektif Shin tiba-tiba. "Umm... sekitar seminggu yang lalu?" jawab Byul ragu.

"Kalian masih ingat apa yang kusuruh seminggu yang lalu?" tanya Detektif Shin lagi. Aku mengangguk pelan, "Anda meminta kami untuk mencermati tempat ini." Detektif Shin tersenyum lebar, senang.

"Bagus! Sekarang aku akan memberikan kalian sebuah quiz!" serunya bersemangat. Aku dan Byul saling menatap, terkejut sekaligus bingung dengan tantangan yang barusan diucapkan oleh Detektif Shin.

"Yang berhasil menjawab paling banyak akan aku belikan bonus pizza!" tawar Detektif Shin. Aku dan Byul langsung tersenyum senang, siapa yang bisa menolak pesona sebuah pizza?

"Apa kalian siap?"

"Nde!"

"Jja~ pertanyaannya adalah... sebutkan apa saja yang berbeda dari toko ini!"

"Huh?" aku dan Byul kompak menatap Detektif Shin bingung.

"Kalian mencermati tempat ini seminggu yang lalu bukan?"

"Ah, nde tuan, kami melakukannya." balasku membenarkan. "Sekarang beritahu padaku apa yang berbeda dari toko ini pada hari ini?" tanya Detektif Shin cepat.

Aku melihat ke sekitar, mengamati dengan seksama. Byul melakukan hal yang sama sepertiku. Para pelayan, pelanggan, menu, vas, kursi-kursi- apa yang berbeda?

"Ah! aku tahu tuan!" seru Byul tiba-tiba. Aku menoleh kearahnya kagum.

"Kau sudah tahu jawabannya Byul?" tanya Detektif Shin memastikan.

"Nde tuan, aku sudah tahu jawabannya!." jawabnya yakin.

"Apa itu Byul?"

"Meja bundar besar di pojok sana," Byul menunjuk sebuah meja bundar yang sedang dipakai oleh beberapa anak muda, "Mereka memindahkannya tuan!"

Ah, aku ingat sekarang! Meja itu memang awalnya tidak berada disana, meja itu sebelumnya berada ditengah ruangan ini. Mungkin para pelayan memindahkannya ke pojok sana agar tidak menghalangi jalan.

"Apa aku benar, tuan?" Byul menatap detektiif Shin lekat. "Kau benar Byul, meja itu memang dipindahkan." ucap Detektif Shin membenarkan jawaban Byul.

"Apa itu berarti aku mendapat bonus pizza?"

Detektif Shin tertawa lirih, "Ahaha, belum Byul, kang harus menjawab terlebih dahulu,"

"Jika kang tidak bisa menjawab baru kau yang berhak mendapat bonus pizza." lanjut Detektif Shin melanjutkan ucapannya. Byul langsung cemberut begitu mendengarnya. Aku terkekeh melihat sikapnya itu.

"Maafkan aku Byul, tapi sepertinya aku lah yang akan mendapat bonus pizza itu!" ucapku percaya diri.

"Kau juga sudah mendapatkan jawabannya kang?"

"Nde tuan, aku sudah mendapatkannya."

"Apa jawabannya kang-ah?"

"Yang pertama, lukisan di dinding itu." aku menunjuk sebuah lukisan.

"Kenapa dengan lukisan itu?" Byul bertanya, bingung dengan maksud dari jawabanku. Aku menghela napas sejenak lalu mulai menjelaskan, "Sebelumnya lukisan abstrak itu dominan dengan bentuk geometri bukan? sekarang mereka menggantinya dengan lukisan aliran futuris."

Byul dan Detektif Shin mengangguk paham. "Kemudian yang kedua adalah mereka mengganti lilin aromaterapi dengan yang baru." Byul menatapku tidak percaya. "Aku bisa tahu dari baunya, minggu lalu baunya lebih kuat daripada minggu ini." ucapku menjelaskan.

"Yang ketiga, hari ini mereka menambahkan menu baru." ucapku sambil menujuk kearah tempat memesan. "Apa itu juga termasuk hal yang berbeda?" tanyaku kepada Detektif Shin memastikan. Detektif Shin mengangguk.

"Lalu yang terakhir adalah... pelayan perempuan dan greeter laki-laki itu berkencan." Detektif Shin menatapku dengan tatapan menyelidik, "Bagaimana kau tahu?" tanyanya. "Cincin." jawabku singkat dan cepat.

"Kenapa dengan cincin mereka, hyung?" tanya Byul penasaran. "Mereka menggunakan cincin couple, aku yakin itu." jawabku tenang. Byul bertepuk tangan, "Wow, kau memang hebat hyung!" aku tersenyum senang saat mendengar pujian darinya.

"Luar biasa nak, matamu begitu cermat!" sekarang giliran Detektif Shin yang memujiku. "Terima kasih, tuan." balasku sambil tersenyum.

"Karena Kang berhasil menjawab lebih banyak, maka dia lah yang mendapat bonus pizza." ucap Detektif Shin final. Byul terlihat sedikit kecewa.

"Tenang saja Byul, aku akan memberikan sebagian padamu jika kau turuti keinginanku." ucapku mencoba menghibur Byul. Dia langsung menatapku dengan berbinar-binar, "Benarkah hyung?" aku mengangguk. "Terima kasih Hyung!" serunya lalu memelukku erat.

Aku tersenyum melihat tingkah lakunya itu, dia anak yang sangat bersemangat, sangat bertolak belakang denganku yang lebih suka dengan ketenangan. Meskipun begitu, Byul merupakan satu-satunya kerabatku sekarang. Aku bersumpah untuk selalu melindunginya karena dia sangat berharga bagiku.

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang