Twenty One

907 145 5
                                    

"Yang benar hyung?" seru Byul tak percaya. Aku mengangguk, "Tuan Hwang yang meminta, aku tidak bisa berbuat apa-apa."

"Hanya kita berdua? Bagaimana dengan Taeyeon hyung?"

"Aku tidak tahu, Tuan Hwang bilang tugas ini hanya untuk kita berdua."

"Lalu dimana kita akan tinggal nanti?"

"Aku juga tidak tahu, tapi aku yakin Tuan Hwang pasti sudah menyiapkan semuanya."

"Kau yakin?"

Aku mengangguk, "Tenang saja, yang penting saat ini kita perlu bersiap."

"Baiklah kalau begitu, aku akan berkemas."

.

.

.

"Welcome to Incheon Airport"

tap..tap..tap..

Setelah empat belas jam mengudara, akhirnya aku dan Byul sampai di tanah kelahiran kami. Aku sedikit takjub saat melihat pemandangan disekitar bandara, banyak yang sudah berubah selama aku tidak ada disini.

"Hyung, kita kemana sekarang?" tanya Byul yang berjalan disampingku. Aku mengeluarkan secarik kertas dari saku celanaku lalu membukanya.

"Hannam-dong, rumah kita disana." ucapku lalu memasukkan kembali kertas tersebut ke saku celanaku. Aku dan Byul bergegas keluar dari bandara dan membeli dua tiket bus menuju Hannam-dong.

Tidak lama, sebuah bus berhenti didepan kami. Aku dan Byul segera menaikkan koper dan barang bawaan kami ke bagasi lalu masuk ke dalam bus. Kami duduk di bangku paling belakang dekat jendela, tempat yang cocok untuk menikmati pemandangan selama perjalanan

Bus berhenti menunggu penumpang yang akan naik selama tiga puluh lima menit. Saat hampir semua tempat duduk sudah terisi, perlahan pak supir melajukan bus menuju Seoul.

Selama diperjalanan, aku menikmati pemandangan yang tersaji dari jendela samping. Byul yang terkena jetlag sudah tertidur daritadi saat menunggu bus untuk berangkat.

'banyak sekali yang sudah berubah, aku melewatkan banyak hal'

.

.

.

Setelah turun dari bus dan menaiki KTX menuju Seoul, akhirnya kami sampai di hannam-dong. Lebih tepatnya disalah satu kawasan apartemen dekat Sungai Han. Begitu sampai di apartemen, aku langsung merebahkan diri dikasur kamarku, perjalanan jauh ini cukup menyita tenagaku.

Apartemen yang kami tempati terdiri dari tiga ruang tidur beserta kamar mandi dalam, satu closet yang cukup luas, dapur, ruang tengah, serta sebuah balkon. Walaupun tidak terlalu mewah seperti rumah Tuan Hwang, aku cukup senang dengan apartemen ini. Kawasan yang cukup jauh dari jalan membuat aku dapat beristirahat dengan nyenyak tanpa harus terganggu suara-suara bising kendaraan bermotor.

.

.

.

"Hyung! wake up!"

"nghh.. whats wrong?"

"Tuan Hwang mengirimkan kita sebuah pesan video, sepertinya berkaitan dengan misi kita"

Mendengar itu, aku segera bangkit dari kasur lalu berjalan perlahan kearah ruang tengah. "Apa kalian baru saja sampai kang?" tanya Tuan Hwang begitu wajahku muncul dilayar laptop. "mm.. yah dapat dibilang begitu tuan,"

"Maaf jika aku mengganggu istirahat kalian,"

"Tidak apa tuan, sungguh— aku hanya sedang membereskan barang-barangku"

"Apa kalian suka dengan tempat tinggal kalian yang baru?"

"Tentu, ini jauh melebihi ekspetasiku"

"Ahahaha, kau pandai sekali memujiku"

"Aku tidak sedang memuji tuan, aku hanya mengatakan yang sebenarnya"

"Baiklah baiklah, terserahmu saja ah— aku hampir saja lupa "

"Ada apa tuan?"

"Mengenai tugasmu dan Byul, aku mendapat sebuah rekaman video"

"Video?"

"Sayangnya kualitas video itu tidak terlalu bagus, kita tidak bisa menggunakannya sebagai barang bukti—"

"Tapi?"

"Aku rasa kau bisa menemukan sebuah petunjuk dari rekaman tersebut, jadi aku telah mengirimkannya ke surelmu,"

"Baiklah, aku akan memeriksanya,"

"Satu lagi Kang,"

"Nde tuan?"

"Aku sudah menyiapkan identitas barumu dan Byul selama kalian di Korea, khusus untukmu aku akan menempatkanmu di kepolisian sedangkan Byul akan menjadi warga biasa"

Aku mengerutkan keningku bingung, "Kenapa kami dipisahkan tuan?"

"Aku sudah memikirkannya baik-baik, akan terlalu beresiko jika aku menempatkkan kalian bersamaan ditempat yang sama, terlalu menarik perhatian." jelas Tuan Hwang.

Aku mengangguk paham sembari mengetikkan alamat surelku untuk memeriksa berkas yang dikirim oleh Tuan Hwang. Begitu beranda surelku terbuka, aku segera membuka sebuah berkas dokumen.

"Oh Il-Seung?"

"Itu adalah nama barumu, dan ingat mulai besok namamu bukanlah Kang, namamu adalah Oh Il-Seung ingat itu baik-baik Kang-ah" tutur Tuan Hwang.

"Nde tuan,"

"Dan ingat, jaga emosimu selama mengerjakan tugas ini, aku terus memantau kalian dari sini,"

"Nde tuan, aku akan ingat itu"

"Bagus, aku percaya padamu Kang. Selamat malam kang,"

"Selamat malam juga tuan"

pip

Sambungan pesan video pun berakhir. Aku memeriksa kembali berkas dokumen serta video yang dikirim oleh Tuan Hwang.

"Ah, aku tidak bisa mendapat apapun dari video ini, kualitasnya sangatlah jelek," keluhku begitu selesai melihat rekaman video yang kami bicarakan tadi. Tiba-tiba Byul yang entah dari tadi dimana, duduk disampingku.

"Apa yang sedang kau lihat hyung?" tanyanya dengan kepala yang sedikit condong kearah laptopku— mencoba untuk melihat video yang kuperiksa.

"Apakah itu video yang dikirim oleh Tuan Hwang?"

Aku mengangguk sebagai balasan atas pertanyaan Byul. Aku kira Byul akan pergi begitu tahu apa yang sedang kulakukan, namun dugaanku salah karena saat ini Byul dengan segala rasa penasarannya sedikit mengangguku. Bagaimana tidak? saat aku sedang fokus mengamati rekaman video yang sangat buram ini, Byul dengan seenaknya menutupi layar laptopku dengan kepalanya.

Aku yang kesal, memukul kepalanya pelan. Byul mengaduh pelan sembari memegang kepalanya

"Apa yang kau lakukan hyung?!" serunya tidak terima.

"Memukul kepalamu," jawabku tanpa melepaskan pandangan dari layar laptopku.

"Bagaimana bisa kau dengan ringannya menjawab jika kau telah memukulku," gerutunya ketika mendengar jawabanku tadi.

"Daripada kau menggerutu tidak jelas, lebih baik kau bantu aku"

"Memangnya apa yang kau inginkan dariku hyung?"

"Bantu aku menemukan petunjuk dari rekaman jelek ini"

"Rekaman jelek?"

Tiba-tiba kepala Byul kembali menutupi layar laptop dariku. Aku hendak menarik rambutnya agar tidak menutupiku, namun urung kulakukan begitu ia berkata, "Aku bisa menjernihkan rekaman video ini hyung."

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang