Thirty Two

673 112 4
                                    

Satu minggu kemudian

"Bagaimana ini, Kapten?"

Kapten Nam menggusak rambutnya dengan kasar. Para bawahannya menatap dengan saksama, menunggu perintah selanjutnya.

"Jang Gyuri!"

"Nde, Kapten?"

"Kau sudah mencoba mengambil rekaman cctv gedung itu?"

"Saya sudah memintanya dari lima hari yang lalu, tetapi mereka belum mengabari kembali."

Trringgg trringgg

Semua mata memandang kearah telpon kantor yang berbunyi. Gyuri dengan sigap mengangkat telpon itu.

"Selamat Siang, dengan kepolisian Seoul, ada yang bisa kami bantu?"

"...."

"Ah, nde,"

"...."

"Baiklah, kami akan secepatnya kesana."

"...."

"Nde, terima kasih, tuan."

Gyuri menuntup telpon itu kemudian memandang kearah kapten Nam, "Perusahaan cctv baru saja menelpon."

.

.

.

"Permisi, kami dari kepolisian Seoul,"

"Ah, nde, Tuan Lee sudah berpesan kepada saya, silahkan Nona."

Joohyun bersama dengan Gyuri melangkah masuk kedalam ruangan yang penuh dengan layar. Di sana terdapat berbagai macam rekaman cctv yang sedang terekam.

"Anda berdua sangat beruntung, rekaman cctv yang kalian cari untung saja belum terhapus. Meskipun agak susah menemukannya." ujar penjaga ruangan cctv tersebut sambil membuka salah satu dokumen yang berada didalam komputer utama. Joohyun hanya tersenyum tipis.

"Apakah kami bisa meminta salinannya, Pak?" tanya Gyuri.

"Maaf anak muda, tetapi tuan Lee melarang saya untuk memberikannya. Kalian hanya boleh melihatnya saja." jawab pak penjaga dengan wajah iba.

"Tapi pak-"

baru saja Gyuri ingin protes, tetapi Joohyun langsung memberhentikannya. Gyuri menoleh kearah atasannya. Joohyun menggeleng lalu menyuruhnya untuk mundur.

"Kalo begitu bisa anda tunjukkan rekaman cctv disekitar gedung itu?"

Pak penjaga itu mengangguk, "Tentu saja, nona"

.

.

.

"Letnan!" seru Gyuri sambil mengejar Joohyun yang melangkah dengan terburu-buru. Joohyun dengan gusar masuk kedalam mobil. Begitu Gyuri masuk kedalam mobil dengan dingin ia berkata, "kita pergi ke rumah sakit, sekarang."

Selama perjalanan, tidak ada pembicaraan sama sekali diantara mereka. Bahkan suara radio tidak mampu mencairkan suasana dingin didalam mobil. Semua ini terjadi setelah mereka melihat rekaman cctv tadi.

Baik Joohyun maupun Gyuri memperhatikan dengan saksama rekaman cctv itu. Namun tanpa diketahui oleh penjaga, Joohyun merekam video tersebut dengan kamera handphone miliknya. Selama dua puluh menit pertama tidak ada hal yang mencurigakan, tetapi di menit kedua puluh tiga, saat sesosok pria tiba-tiba muncul dari balik pintu, yang kemudian dikenali oleh Joohyun. Oh Il Seung, pria yang muncul itu adalah bawahannya yang akhir-akhir ini bekerja sama dengannya.

Joohyun mengeratkan genggaman tangannya, begitu menyadari jika ia dibohongi oleh Oh Il Seung. Begitu rekaman cctv itu selesai, ia pamit pergi lalu berjalan cepat keluar, kearah tempat mobil mereka terparkir.

Sesampainya di rumah sakit, Joohyun langsung berlari menuju kamar inap Eunbi. Namun ia sama sekali tidak melihat Il Seung, hanya ada dua polisi berpangkat rendah yang berjaga.

Joohyun segera menghampiri kedua polisi tersebut, "Dimana Oh Il Seung?"

Kedua polisi itu saling pandang. "Kami rasa ia pergi ke toilet, Letnan. Dia tidak bilang mau kemana, baru saja ia pergi." ujar salah satu polisi tersebut.

Joohyun mendengus kasar, tangannya terkepal kuat, bisa-bisanya ia tidak sadar

jika ia selama ini bersama musuh dalam selimut.

Ia lalu segera meninggalkan tempat itu, berjalan dengan cepat menuju toilet. Namun sekilas sebelum ia berbelok menuju toilet, ia melihat sekilas punggung seorang pria yang sedang berjalan menuju atap. Intuisinya yang tajam mengatakan jika orang itu adalah Oh Il Seung, jadi dengan cepat ia mengikuti orang tersebut.

Sayangnya, orang itu melangkah dengan cepat, dalam sekejap ia kehilangan punggung orang tersebut. Namun sepertinya dewa masih berpihak kepadanya begitu ia mendengar pintu atap tertutup. Dengan segera ia kembali melangkah menuju atap. Begitu sampai didepan pintu atap, ia langsung membuka pintu itu sambil mengacungkan pistol.

Ia terkejut ketika ia tidak melihat siapapun di atap. Perlahan ia berjalan keluar menuju atap, masih dengan pistol ditangannya. Namun tiba-tiba seseorang menyergapnya dari belakang sambil memelintir tangannya yang memegang pistol. Membuat pistol miliknya terjatuh.

Joohyun berteriak tertahan karena mulutnya yang dibekap dari belakang. Ia hendak memalingkan kepalanya ke belakang, tetapi ia tidak bisa. Tenaga orang ini bukan main, menggerakkan kepalanya saja sangat susah.

Darahnya berdesir begitu ia mendengar orang itu berbisik,










"langkah kakimu terdengar begitu keras, Joohyun"











Matanya membulat, suara itu. Meski suaranya berubah menjadi semakin dalam, ia ingat kehangatan dalam suara itu.

Kehangatan yang selama ini ia cari, yang selama ini ia tunggu.













ya, suara ini suara yang sama. Suara yang sama dengan milik sang Pencuri.

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang