Seventeen

1K 149 10
                                    

"Nona!" seru Pak Han memanggilku yang masih saja menangis di ruangan Ayah. Dia menarikku untuk berdiri lalu mendekapku, berusaha untuk menenangkanku. Aku masih terisak didalam pelukannya.

"P-Pak Han.. A-Ayah—"

"Sst.. jangan berbicara dulu, jika Nona ingin menangis, menangis saja.."

"ini h-hanya mimpi bukan? Ayah tidak mungkin—"

Pak Han tidak menjawab, dia terus mengelus kepalaku lembut, berusaha membuatku senyaman mungkin. Aku semakin terisak, aku masih tidak ingin percaya dengan apa yang barusan terjadi.

Tiba-tiba aku teringat dengan Kang yang keluar dari ruangan Ayah dengan tergesa. Apa mungkin dia—

Aku segera melepaskan diri dari dekapan Pak Han lalu berlari menuju atap. Aku ingat Kang tadi berlari ke sana. Pak Han berteriak memanggilku, tetapi aku tidak mengacuhkannya dan terus berlari menaiki anak tangga. Tidak peduli seberapa banyak anak tangga yang kulewati, yang ada di pikiranku saat ini adalah aku harus bertemu dengannya saat ini juga.

.

.

.

Author POV

Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu terus berlari dengan kecepatan penuh. Raut wajahnya penuh emosi dan matanya yang sembab membuatnya terlihat berantakan— membuat wajah cantiknya menjadi tersamarkan.

Joohyun semakin menambah kecepatan larinya saat ia hampir sampai diatap. Namun saat ia hendak berbelok di bordes terakhir, tiba-tiba sebuah tangan menariknya masuk ke ruangan lantai terakhir. Dia yang tidak menyangka hal tersebut tertarik masuk dan sedikit kehilangan keseimbangannya. Namun, tubuhnya ditahan oleh tangan seseorang sehingga ia tidak terjatuh dilantai.

"Apa yang kau lakukan disini?!" tanya seorang pemuda dengan emosi. Joohyun kemudian mendongak— melihat wajah pemuda yang ia cari itu.

"Harusnya aku yang bertanya padamu!" jawabnya ketus. "Apa yang kau lakukan pada Ayahku?!" serunya emosi. Kang langsung menutup mulut Joohyun karena ia berbicara terlalu keras. "Sst! pelankan sedikit suaramu!" suruhnya. Joohyun hanya mendelik kesal kepada kang, ia sangat benci kepada pemuda itu sekarang.

"Akh!" Kang menjauhkan tangannya dari mulut Joohyun karena barusan digigit oleh gadis itu. "Apa kau sudah gila?!" serunya tertahan.

Bukannya menjawab, Joohyun kembali berseru marah kepada kang, "Mengapa kau membunuh ayahku?!" Kang menoleh kaget dengan pertanyaan Joohyun barusan, "Aku tidak membunuh Tuan Bae!" balasnya sedikit emosi. Joohyun yang masih kesal berjalan kearah Kang dengan cepat lalu menarik rambut Kang dengan kasar.

"Akh! stop Joohyun! stop! berhenti menarik rambutku!" Kang meringis kesakitan karena Joohyun yang terus menjambak rambutnya. Ia terus berusaha untuk melepaskan tangan Joohyun dari bagian kepalanya itu.

Saat tangan Joohyun berhasil terlepas dari rambutnya, Kang langsung memegang pergelangan tangannya dengan kencang.

"Dengarkan aku dulu hyun," ucapnya agak lembut. Ia berbicara kepada Joohyun tetapi matanya terus mengawasi pintu penghubung tangga dan ruangan itu.

"Aku tidak membunuh Ayahmu atau siapapun." ujar Kang masih memperhatikan pintu.

"Aku seharusnya bertemu dengan Tuan Bae sore ini, tapi dia tidak ada diruangannya saat aku datang. Aku kemudian berlari ke atas karena—" penjelasan Kang terpotong karena Kang tiba-tiba menariknya berlari pergi.

"Shit! kita ketahuan, kita harus pergi dari sini." umpatnya disela-sela kegiatan berlari mereka. Entah kenapa Joohyun ikut berlari dibelakang Kang, padahal ia sedang marah kepada pemuda itu.

MissingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang