3. Teman baru

11.4K 563 2
                                    

Pagi ini rumah sakit sedikit lenggang dari biasanya, buktinya sekarang Dasha dan Dasti duduk dihadapan seorang pria.

Dia adalah dokter Psikolog yang menangani kasus Dasha akhir-akhir ini, Hermansyah Gunawan namanya. Mereka sudah kenal sangat lama.

"Om, aku ingin Nattasha gak muncul saat disekolah. Lihat lah sekarang Dasha tidak memilik teman," ungkap Dasti.

Dr.Herman mengangguk, "om gak bisa buat apa-apa, Das, sebaiknya Dasha jangan mendekati orang yang ingin membully nya, itu saran dari om," ungkap Dr. Herman.

Dasti menghela napas. "Yaudah, makasih yah om, sekarang mau check-up lagi," ucap Dasti dan diangguki Dr. Herman.

Mereka pun keluar dari ruangan khusus itu, dengan berat hati Dasha melangkahkan kakinya ke ruang lab.

"Haii.. Dasha," sapa Meli, perawat yang menangani kasus Dasha juga. Dasha tersenyum kecil, hanya untuk membalas sapaan Meli.

Setelah selesai check-up, ahirnya mereka berdua segera pulang, tak sengaja saat keluar dari taksi Dasha langsung saja membuka pintu taksi, tanpa melihat apakah ada kendaraan yang melewatinya.

Alhasil.

Gubrakk

Sebuah motor menubruk pintu taksi yang Dasha buka, sontak Dasti dan supir taksi segera keluar. Untung saja pintu mobil tidak rusak.

"Ya tuhan, ada apa ini," panik Dasti yang segera membantu si pengendara motor.

"Saya gapapa." Ungkap orang itu, setelah membuka helm baru tau kalau ternyata itu adalah Devano.

"Ini Devan yah?" tanya Dasti memastikan, Devan yang menyadari pun hanya cengengesan, sementara Dasha hanya diam sekaligus kaget.

"Iya," balas Devan yang dipapah ke teras rumah, setelah berterima kasih pada supir taksi, akhirnya mereka masuk ke dalam rumah.

"Maaf yah, Van, aku gak tau kalau ada motor," sesal Dasha tulus, ia lalu memgambilkan air untuk Devan.

"Santai ajah Sha, lagian salah aku juga, melamun tadi," ucap Devan dengan senyuman nya, Dasha bernapas legah, setelah itu Dasti meningalkan mereka berdua.

"Oh iya, kalian abis dari mana?" tanya Devan yang meminum air putih, untung saja tidak ada luka, hanya saja tangannya sedikit memar.

"Check-up, biasa seminggu sekali," jawab Dasha dengan senyumannya, Devan pun mengangguk.

"Dokternya ayah, apa katanya?" tanya balik Devan, yah, dokter Herman adalah ayah Devan, karna itu Dasti sangat percaya. Sebenarnya seminggu yang lalu Dasha baru mengetahui bahwa yang bertugas menanganinya adalah ayah Devan.

"Iya om Herman, katanya, aku harus menjauh dari orang yang ngeganggu aku," jawab Dasha dengan wajah bersedih, Devan merasa menyesal, ia lalu mengalihkan pembicaraan.

"Hmm, besok kesekolah jam berapa?" tanya Devan yang merentangkan tanganya karna pegal.

Dasha sedikit berpikir, "jam 7 seperti biasa," jawab Dasha dengan melepaskan ikatan rambut yang dikepang nya.

"Bareng aku yah," ungkap Devan yang mengalihkan pandangannya. Dasha diam, ia takut kalau berangkat bareng Devan, ia takut orang-orang akan tidak suka pada cowok tampan ini.

Dasha takut kalau semua orang mencemooh Devan karna berteman dengan orang gila (setidaknya mereka berpikir seperti itu).

"Maaf, kayaknya gak bisa deh," ucap Dasha tidak enak, ia lalu menundukan kepalanya, tidak ingin melihat wajah sedih Devano.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang