12. Pernyataan

6.6K 360 5
                                    

Tama berlari dengan sangat kencang, mendengar kabar dimana Sully dan Flora dirawat membuat ia cukup bingung.

Entah kenapa Tama menjadi lebih tertarik dengan peristiwa yang mengguncangkan sekolahnya itu. Sebenarnya ayah Tama adalah seorang polisi dan Tama diminta ayahnya untuk mencari tau siapa yang paling mencurigakan untuk kasus yang sangat bersih ini.

"Maaf siapapun tidak diperbolehkan masuk ruangan ini."

Untuk kali kedua tidak seorang penjaga pun memperbolehkan Tama masuk keruangan dimana Flora dan Sully dirawat. Tama benar-benar ingin menanyakan saja apakah Dasha sigadis yang mencurigakan itukah dalang dibalik peristiwa in, hanya itu yang ingin Tama tanyakan.

Tama menatap Dasha yang tengah makan dikantin utama sekolah, karna cukup mengganggu akhirnya Dasha keluar dari kantin, ia akan ketaman belakang saja.

"Kok bisa yah dia curiga sama aku,'' gumam Dasha cukup aneh, entah bagaimana mengatakannya tapi ia tidak ada hubungannya dengan apapun yang terjadi.

Ia hanya ingin sekolah dengan damai, ia sekuat tenaga mengendalikan sisi lainya itu, namun sepertinya kedamaian tidak akan menghampirinya.
Sesuatu tengah menatapnya, sesuatu itu akan menghampirinya, Dasha menghela napas.

"Ini terjadi lagi, disetiap masalah akulah yang menjadi targetnya," gumam Dasha sesaat setelah seseorang duduk disampingnya.

Dia Tama.

"Lo bilang gak ada hubungannya, terus kenapa ngehindarin gue?" tanya Tama yang membuat Dasha menghela napas.

"Tatapan kamu buat aku terganggu, sekali lagi aku bilang sama kamu, aku gak ada hubunganya, stop curiga , mengerti." Dasha kembali menghela napas, kali ini ia tidak akan pergi, ia menunggu Tama yang pergi, namun sudah beberapa lama kemudian Tama sama sekali tidak meninggalkan tempat duduknya. Dan itu membuat Dasha membalikan tubuhnya menatap Tama.

"Apa?" tanya Tama saat mata mereka bertemu, Dasha menggaruk telinganya ,babel juga yah ternyata Tama ini.

"Aku kira kamu orang yang gak mau deket-deket cewek, tapi ternyata sama aja," ungkap Dasha membuat perhatian Tama teralihkan.

"Maksudnya?" tanya Tama aneh, pasalnya ia baru pertama kali mendengar seseorang mengatakan hal itu.

"Gak," jawab Dasha yang membuat Tama melotot sempurna, Dasha kemudian meninggalkan Tama, belum juga jauh tangan Dasha ada yang menahanya.

Dia Devano.

"Sha, kamu ngapain disini?" tanya Devan yang menatap Tama yang tengah duduk dikursi tempat ia dan Dasha biasa duduk.

"Van, untung kamu disini, aku mau cerita sama kamu, nanti pulang bareng yah," ajak Dasha yang membuat Devand mengangguk setuju, setelah itu mereka meninggalkan taman.

**

"Jadi cowok itu namanya Tama, pantes aja cukup familiar, dia kapten tim judo yang terkenal banget," ucap Devand saat dia dan Dasha duduk di caffe tempat mereka biasa nongkrong.

"Masa sih," balas Dasha cukup terkejut ternyata Tama sangat populer.

"Jadi yang mau kamu ceritain apa Sha?" tanya Devand yang seketika membuat wajah Dasha muram.

"Cowok itu. Tama, dia nuduh aku yang buat Sully dan Flora masuk rumah sakit, dia nuduh aku Vand, aku heran kenapa ini bisa terulang lagi, aku masuk sekolah baru supaya bisa hidup normal, tapi.."

Tak terasa air mata itu menetes begitu saja, teringat dimana ia sampai harus masuk rumah sakit, pindah rumah, pindah sekolah, teringat bagaimana dulu ia dituduh karna mempunyai kepribadian ganda. Bagaimana bisa orang sepertinya diperlakukan berbeda oleh teman-temanya.

Dasha memejamkan matanya, entah bagaimana ia bisa menghadapinya kembali, ia sudah bosan hidup dengan tuduhan orang-orang karna ia berbeda. Sungguh sisi lainya ini tidak berbahaya kok.

"Apa.. kurang ngajar banget dia, apa dia punya bukti sampai nuduh kamu kayak gitu?" tanya Devand cukup geram dengan tingkah kapten judo itu.

Dasha menggelengkan kepalanya, "Aku gak tau Vand, alasan dia nuduh aku cuma karna dihari yang sama Nattasha membalas bullyan dari Sully, hanya dihari yang sama bukan berarti Nattasha pelakunya bukan," ujar Dasha dengan menatap minuman didepanya ini.

"Maafin aku Sha, aku gak ada saat kamu butuh, aku akan buat si Tama minta maaf sama kamu," ucap Devand dengan mengepalkan tanganya. Dasha tersenyum.

"Apaan sih Vand, aku gak butuh kali permintaan maaf dari dia, aku cuma mau cerita sama tentang hari aku ajah, yaudah kita pulang yuk," ajak Dasha yang membuat Devand mengangguk.

**

Tama termenung di sofa rumahnya, baru saja ia mendengar kabar yang mengejutkan, sangat mengejutkan.

Dimana Sully dan Flora sudah memberikan pernyataan nya, tanpa paksaan atau tekanan dari siapapun.

Polisi merilis bahwa itu adalah kasus bunuh diri disengaja.

Luka luka ditubuh Sully dan Flora adalah karna kecelakaan lalu lintas, bukti itu diperkuat dengan adanya kerusakan pada mobil Sully.

Ngomong-ngomong tentang asmara, yaitu kekasih Sully ternyata berselingkuh dengan Evi yang diketahui saat mereka dipuncak, Sully nekat bunuh diri ketika mengetahui ini, lalu dengan Flora gadis itu juga ikut ingin bunuh diri karna merasa dikhianati oleh Evi, entahlah walaupun membingungkan pernyataan tersebut dibenarkan oleh Evi.

Tidak masuk akal memang tapi itulah kenyataanya ,semua itu diperkuat dengan adanya bukti bahwa bunuh diri itu disengaja oleh Flora dan Sully.

Namun justru itu semakin aneh, bagaimana bisa yang kemarin tidak ada bukti sama sekali, namun sekarang seolah sudah diskenario.

Tama menghela napas, ia sepertinya sudah salah duga mengenai Dasha, apa Tama harus minta maaf.

Semakin Tama memikirkanya semakin ia merasa bersalah pada gadis yang bernama Dasha itu.

Namun disisi lain ada yang tengah tersenyum evil melihat ringkasan vidio pernyataan Sully ,Flora dan Evi.

"Gak masuk akal sih, tapi cukup buat cowok itu merasa bersalah."

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung.

Kepribadian Ganda [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang